Author POV
Peluit tanda pertandingan dimulai sudah ditiup dan semua siswa dan guru SMA Tunas Bangsa merasa sangat gugup. Para pemain juga terlihat mengerahkan seluruh tenaga mereka.
Dante terlihat jelas ingin menjadikan Haven targetnya dan untungnya Haven bisa mengembalikan fokusnya dan tidak mengganggu permainannya. Haven juga bisa mencetak angka berkali-kali yang membuat Dante merasa marah.
Di tengah permainan saat Haven membawa bolanya Dante dengan sengaja mendorong Haven yang membuat Haven jatuh dan kaki yang sedikit terkilir yang untungnya tidak parah.
Dante menyeringai melihat Haven meringis kesakitan saat tim medis memeriksa kakinya. Bahkan penonton merasa cemas karena jika Haven sampai tak bisa bermain maka bisa dipastikan kalau mereka tak akan punya kesempatan untuk menang.
"Anjing curang banget" kata Julian yang juga menonton pertangdingan bersama Jovan, dan Yasa.
"Iya, jangan sampe deh Haven gak bisa main. Nanggung banget njir kemenangan kayaknya udah di depan mata banget." sahut Yasa.
"Emang kenapa sih kalo Haven gak main?" tanya Jovan heran.
"Ya kalah lah. Sorry banget nih Van, gue gak maksud muji muji Haven depan lo, tapi Haven itu ace nya tim basket sekolah, kalo dia gak bisa main pasti tim sekolah kita kalah. Dan kita juga kali ini lawan team yang menang 3 kali berturut-turut." sahut Julian yang tak dibalas apa-apa oleh Jovan.
Memang saat dilihat-lihat, Jovan tak memungkiri kalau permainan Haven memang bagus, sedikit bagus bagi Jovan.
Haven mulai bermain lagi setelah mendapatkan sedikit penanganan, yang membuat seluruh pendukung SMA Tunas Bangsa bersorak karena sang captain kembali ke permainan. Dan sekarang keadaan SMA Tunas Bangsa yang tertinggal padahal Haven hanya tidak bermain sebentar.
Haven mulai bergerak lincah lagi dan memimpin permainan SMA Tunas Bangsa dengan sangat baik. Yang ada di fikiran Haven hanya kemenangan, selain agar dapat mencetak sejarah kemenangan pertama SMA Tunas Bangsa dia juga ingin melihat Dante menelan kekalahannya. Haven tak peduli kakinya yang sakit atau keadaannya yang menurun yang dia inginkan hanya kemenangan. Dia akan mengurus sisanya saat mendali sudah pasti ada di tangan timnya, dan saat Dante tak dapat berkutik lagi. Permainan berlangsung semakin ketat yang membuat penonton juga merasakan ketegangannya.
Di detik-detik terakhir pertandingan poin kedua tim saling mengejar hingga lemparan jauh terakhir dari Haven membawa tim SMA Tunas Bangsa berhasil menjadi pemenang untuk pertama kalinya. Seluruh guru, pelatih, dan semua siswa bersorank bahagia menyambut kemenangan pertama mereka.
Para pemain Tunas Bangsa saling memeluk satu sama lain dengan senyum yang terukir di semua wajah pemain, dan airmata bahagia yang keluar seolah ikut merayakan. Akhirnya perjuangan mereka memberikan hasil yang jauh lebih baik dari yang mereka targetkan.
Setelah euphoria selesai, tiba saatnya semua pemain Tunas Bangsa dan Dwijendra saling bersalaman satu sama lain. Dan saat Haven dihadapkan dengan Dante, Haven menyeringai. Meskipun jantung Haven berdebar kencang dia tak peduli, yang dia inginkan hanya menertawakan Dante dengan remeh seperti yang tadi Dante lakukan.
Mereka berjabat tangan, dan berpelukan dengan terpaksa. Haven tak langsung melepas pelukan itu, namun membisikkan sesuatu pada Dante.
"Gimana rasanya kalah dari orang yang lo sebut pecundang?" tanya Haven pelan baru setelahnya dia menarik diri dan memberikan senyuman palsu yang terlihat meremehkan untuk Dante.
"Selamat, lo udah bikin tim lo kalah untuk pertama kali setelah 3 kali menang sama kapten sebelumnya. Dan sayangnya kali ini gue, orang yang lo sebut pecundang yang justru bawa timnya menang untuk pertama kalinya. Does it feel good?" tanya Haven dihiasi dengan senyum kemenangan.
"Haven yang dulu lo bully nggak sama dengan Haven yang berdiri di depan lo sekarang. Kalo Haven yang dulu cuma bisa nangis sama perlakuan lo, Haven yang sekarang justru bisa hancurin lo dengan buruk. Jadi selagi gue masih baik dan nggak ekspos kelakuan lo di sosmed jangan bikin gue marah. Jangan main-main sama gue karena sekali gue mutusin buat ngikutin permainan lo, lo gak akan tau gimana caranya hentiin gue ataupun menang dari gue." kata Haven lalu berjalan melewati Dante yang tak bisa menjawab apa-apa. Sial! dia benar-benar tak bisa berkutik, sejak kapan Haven menjadi seperti ini.
-
Haven langsung berjalan menuju toilet dengan cepat. Dia sudah tak dapat menahannya lagi, Haven meremas perutnya yang mual dan mengeluarkan seluruh isi perutnya. Tangannya gemetar dan keringat dingin yang keluar dari tubuhnya.
Haven merasa paniknya menjadi-jadi hingga dia kesulitan bernafas.
"VEN.. HAVEN... lo didalem?" Haven mendengar suara Vino yang memanggilnya. Dengan susah payah Haven membuka pintu toilet dan keluar dari sana.
Vino, Samuel, dan Evan sudah menunggunya di luar dengan membawa tasnya. Mereka terkejut melihat keadaan Haven yang kacau.
"Anjing kenapa bisa gini? Kita kerumah sakit aja." kata Samuel panik.
"Obat gue... di tas..." kata Haven pelan.
Evan yang sedang memegang tas Haven langsung mengobrak-abrik tas Haven dan memberikan 1 butir obat yang dikeluarkan dari botolnya dan memberi air yang ada di tas Haven yang langsung diambil oleh Haven.
Haven hanya terdiam menunggu obatnya bekerja, butuh waktu cukup lama sampai Haven merasa sedikit tenang, atau setidaknya tidak seburuk tadi.
"Sorry.." kata Haven saat dia sudah mulai bisa mengendalikan diri.
"Gak usah minta maaf. Sekarang gimana? perlu ke rumah sakit?" tanya Evan.
"Nggak, nggak usah. Anak basket pasti nyariin, gue nggak mau ngerusak moment bahagia kita." sahut Haven yang langsung berdiri dan mencuci muka agar terlihat lebih segar.
"Gak perlu fikirin orang lain dulu bangsat." sahut Vino.
"Orang yang tadi perlu dikasi pelajaran gak?" kata Samuel, dia benar-benar marah melihat Haven sampai seperti ini karena orang itu.
"Nggak, nggak usah. Gue gak mau ada urusan sama dia lagi." Sahut Haven.
Sementara tanpa mereka tahu, di luar toilet ada Jovan yang mendengar itu. Tanpa sadar Jovan ikut cemas melihat bagaimana cemasnya teman-teman Haven tadi dan menyadari Haven tak ada di lapangan membuatnya berspekulasi bahwa Haven adalah alasan dari teman-temannya yang terlihat khawatir tadi. Dan benar.
Jovan tak mengerti kenapa dia merasa cemas, harusnya dia tak peduli karena dia membenci Haven. Tunggu... apa dia benar-benar membenci Haven? atau dia hanya merasa iri?
Jika dia benar-benar benci, kenapa dia merasa secemas ini?
-
Haven kembali ke lapangan dan mendapati semua timnya dan penonton masih ada disana.
"Capt sini... kemana aja lo? kita nungguin" kata Dennis.
"Sorry, tadi gue ke toilet bentar." sahut Haven.
"Nanti malem kita makan-makan... coach yang traktir" kata Dennis lagi.
Mereka berbincang dengan sangat bahagia, dan meskipun Haven merasa tak enak badan namun rasanya puas dapat mengalahkan Dante untuk pertama kalinya.
Sekarang Haven si pecundang sudah tidak ada lagi dan sudah digantikan dengan Haven si pemenang. Itu yang Haven percayai....
*****
Double up gessss
Ayang lagi di jepang liburan jadi gabut banget anjir..
Mana jarang banget update... tapi gapapa yang penting ntar baliknya bertiga 🥲👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
General FictionHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.