Haven menginjakkan kakinya di rumah megah kediaman kelurga Erlangga. Dia berdiam diri cukup lama sampai ayahnya menepuk bahunya.
"Kenapa ven?"
"Gapapa pa, rumah papa besar." sahut Haven sekenanya.
"Ayo masuk, Papa kenalin sama yang lain." kata Jonathan yang dibalas anggukan oleh Haven.
Saat sampai di ruang tamu, Haven melihat 3 orang remaja laki-laki yang memasang wajah sangat tidak bersahabat. Cukup mengusik namun apa pedulinya?
"Nah ven, itu anak pertama Papa, Hanggara beda 3 tahun sama kamu, yang itu Jerico beda 1 tahun, trus yang terakhir Jovan dia sebaya sama kamu." jelas Jonathan pada Haven. Sebenarnya Haven tidak terkejut, karena memang dari awal dia sudah tau bahwa mereka yang akan menjadi saudaranya. Tentu saja dia tahu siapa mereka, ya walaupun dia tidak begitu kenal. 'Damn mereka bahkan gak ngeliat gue sama sekali.' Lalu Haven hanya membalas dengan sedikit membungkukkan badannya.
Tak berapa lama dia melihat Jovan berdiri dan bersiap untuk pergi.
"Udah kan pa? Aku gak mau buang waktu lama-lama." kata Jovan sambil menatap Haven dengan sinis. Jangan kira Haven akan ciut dengan tatapan seperti itu, tidak sama sekali. Dia bahkan menatap mata Jovan lurus. Dia tidak mengerti kenapa setiap bertemu dengannya Jovan selalu menatapnya sinis, karena seingatnya dia sama sekali tidak ada urusan apapun dengan Jovan.
"Ayo Haven, Papa antar ke kamar kamu." kata Jonathan sambil membawa barang-barang Haven dan mengajaknya naik ke lantai 2.
-
"Nah ini kamar kamu. Papa harap kamu bisa cepat menyesuaikan diri disini. Kalau butuh apa-apa kamu tinggal bilang sama Papa atau Bi Darmi, atau Bi Siti, Bi Siti juga bakalan tinggal disini. Dan mungkin butuh waktu buat kamu bisa akrab sama Saudara-saudara kamu, Papa harap kamu sabar dan omongan mereka jangan dimasukkin hati ya. Nanti Papa yakin mereka bakalan bisa nerima kamu."
"Okey pa." kata Haven lalu mulai menata barang-barangnya.
Selesai menata barang-barangnya Haven langsung menghubungi teman-teman satu bandnya -Saturn untuk mengabarkan kalau dia sudah pindah.
-
Jam 7 Haven dipanggil untuk makan. Dia sangat malas, tetapi apa boleh buat. Jadi dia turun ke ruang makan dan melihat yang lain sudah duduk di sana. Haven merasa terintimidasi tetapi tentu saja dia tidak boleh kelihatan ciut atau dia akan semakin ditindas.
"Haven, Jerico, Jovan kalian kan satu sekolah. Mulai besok gimana kalau kalian berangkat bareng aja?" kata Jonathan ditengah-tengah makan malam mereka.
Ketiga orang yang disebut tadi langsung melihat Jonathan dengan pandangan horor.
"Nggak pa. Ngapain sih?" Jovan adalah yang pertama membantah papanya.
"Iya pa. Biarin aja kayak biasa." sahut jerico yang setuju dengan Jovan.
Haven yang melihat itu memutar kedua matanya malas. 'emang siapa yang mau berangkat bareng kalian, dih' . Sebenarnya dia sangat ingin mengatakan itu keras-keras. Tetapi ini masih hari pertama, jadi setidaknya harus bersikap baik.
"Iya pa, gak usah. Lagian aku lebih suka bawa motor. Aku juga biasanya gak langsung pulang, jadi nanti malah repot pulangnya kalau berangkat bareng." Sahut Haven sesopan mungkin walaupun dalam hatinya udah pengen banget ngomong 'ANJING' keras-keras.
"Iyalah gak langsung pulang, kan lo nongkrong dulu dimana-mana." Sahut Jovan sinis.
Haven menatap Jovan tajam lalu memberi senyumannya, "Kok lo tau van?" tanya Haven yang tidak dihiraukan oleh Jovan.
"Maaf ya pa, aku emang biasanya suka main dulu pulang sekolah. Tapi papa tenang aja, aku masih jaga nilai-nilai aku kok. Mainnya juga bukan yang nakal-nakal" kata Haven pada Jonathan.
"Gak papa ven, yang penting jangan ngelakuin hal yang negatif karena papa gak mau anak-anak papa bikin malu keluarga dengan ngelakuin hal yang enggak-enggak."
"Roger that, capt. I won't cross the line." sahut Haven lalu menatap Jovan dan menunjukkan senyum kemenangannya yang seolah menerima perang yang diajukan Jovan.
---
Haven memarkirkan motornya dan langsung berjalan menuju ke kelasnya. Namun saat dia baru keluar dari area parkir Jovan dan Jerico menghalanginya.
"Denger Haven, gue gak mau anak sekolah tau kita saudara tiri." kata Jovan to the point.
Haven menaikkan sebelah alisnya, lalu terkekeh sebelum menjawab Jovan "As if I will proudly say that everyone. Lo tenang aja, except my band mates gak ada yang tau." Kata Haven jelas lalu meninggalkan mereka berdua.
Saat sampai di kelas Haven disambut oleh anak Saturn.
"Sepet banget pagi-pagi." kata Aksa saat Haven baru saja duduk di kursinya.
"Gimana gak sepet, baru sehari aja mereka udah bikin emosi gue naik. Gak kebayang gue harus tinggal sama mereka bertahun-tahun."
"Kenapa kenapa?" Yugo mulai heboh ingin mendengar cerita Haven.
"Kemarin waktu gue dateng ke rumah itu, mereka ngeliat gue udah kayak ibu-ibu kompleks ngeliat pelakor tau gak? anjing banget." cerita Haven menggebu-gebu.
"Dan tadi, barusan banget nih mereka bilang gak mau kalau anak sekolah tau kalo kita saudara tiri. Emang mereka pikir gue sengebet itu apa buat jadi saudara mereka? Ogah banget."
"Trus lo jawab apa?" Tanya Mahesa.
"Gue bilang aja selain kalian gak ada yang tau, trus gue tinggalin. Males banget."
"Gak nyangka gue, mereka pedes juga." kata Yugo heran.
"Yang pertama sih masih diem-diem aja, yang kedua agak rese. Yang terakhir tuh yang paling parah. Mana kemarin baru hari pertama tinggal disana jadi gak bisa bales."
"Loh kenapa?"
"First impression lah bro. Tunggu aja kalo udah agak lama gue balikin semua nyinyiran dia. Biar mereka kenal sama Haven Arion"
----
Haloo
First time nulis. Kalau ada yang perlu dikoreksi kasi tau aja ya hehe
Thanks udah baca <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
Ficção GeralHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.