Author POV
Jovan belajar di sekolah seperti biasanya, tidak ada yang spesial juga tidak ada rasa senang atau jiwa kompetitif yang biasanya dia rasakan. Otaknya sepertinya masih teringgal di rumah sakit, bahkan dia tidak lagi peduli kalau nilainya jatuh. Aneh karena biasanya dia akan memikirkan nilainya diatas segalanya, tapi sekarang rasanya tidak ada gunanya.
Pulang sekolah Jovan langsung ke rumah sakit bersama dengan Jerico, tadinya mereka ingin pulang tapi Jovan bilang kalau lebih baik dia ke rumah sakit saja untuk melihat Haven, dan Jerico akhirnya memutuskan untuk ikut dengan Jovan.
Sampai di ruang ICU mereka merasa aneh karena tidak ada Arin atau Jonathan ataupun Sebastian disana, biasanya salah satu dari mereka akan ada disana untyuk menunggu Haven, jaga-jaga jika suster membutuhkan sesuatu.
Jovan dan Jerico mendekat ke arah pintu ICU, Jovan melihat ke dalam lewat kaca kecil yang dipasang disana, namun dia tidak melihat ada Haven disana, Matanya menelusuri seluruh ruangan sekali lagi namun tetap saja tidak ada. Tiba-tiba dia merasa gusar dan takut, kepalanya dipenuhi hal-hal negatif.
"Van, kenapa?" tanya Jerico melihat Jovan yang termenung di depan pintu.
"Kak, kok Haven gak ada?"
"Hah? kok bisa?" tanya Jerico lalu mengambil alih tempat Jovan dan melihat ke dalam dan benar memang tidak ada.
"Bentar, gue tanya Mama." kata Jerico lalu menghubungi Arin.
"Halo Jer." kata Aril lewat telapon.
"Ma, aku sama Jovan di rumah sakit. Kok Haven gak ada di ICU? gak terjadi apa-apa kan ma?" tanya Jerico kelewat parno.
"Loh katanya kalian hari ini gak kesini?" tanya Arin
"Berubah fikiran ma, Haven dimana?" tanya Jerico tak sabaran.
"Haven pindah kamar ke VIP 05. Kalian kesini aja langsung, atau mau dijemput kesana?" tanya Arin.
"Nggak usah ma, kita langsung kesana aja."
Jovan dan Jerico langsung menuju kamar yang dikatakan Arin setelah bertanya dimana letaknya ke salah satu suster yang lewat disana.
Walaupun sedikit kebingungan mencari kamarnya, setelah sempat tersesat ke kamar lain mereka akhirnya sampai di kamar VIP 05 dimana Haven dipindahkan.
Jovan langsung masuk ke dalam kamar itu dan terkejut melihat Sebastian yang sudah berdiri di dekat pintu, untung saja Sebastian tidak terkena pintu yang mereka buka dengan tergesa.
"Eh Om!, maaf Om kita gak tau om ada disana." kata Jerico.
"Iya gapapa, padahal mau om samperin ke sana, soalnya kalian nyampenya lama. Takut gak ketemu kamarnya." kata Sebastian.
"Udah Om tadi dikasi tau sama suster." sahut Jerico lagi.
"Haven mana Om?" tanya Jovan tak sabaran.
"Ada disana sama mama Arin." sahut sebastian lagi dan Jovan langsung berjalan melewati Sebastian dengan langkah lebarnya menuju ke ranjang yang ada di sana.
Saat sampai di dekat ranjang Jovan hampir tak mempercayai matanya, dia sampai menjatuhkan tas yang dari tadi di taruh di sebelah pundaknya. Haven bangun. Haven benar-benar bangun, Jovan harap dia tidak sedang berhalusinasi.
Skenario seperti ini beberapa kali ada di mimpinya diantara sebagian besar skenario dan mimpi buruk, dan berakhir dengan rasa kecewa yang besar karena itu hanya mimpi. Jovan takut terlalu senang namun akhirnya harus bangun dengan kecewa.
Jovan masih belum beranjak dari tempatnya, sementara Jerico sudah melewatinya dan menghampiri Haven yang sedang berbaring di ranjang.
"Haven.. gue gak mimpi kan? lo udah bangun??" kata Jerico exited.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
Ficción GeneralHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.