41- Musuh

1.2K 158 15
                                    

Author POV

Haven masuk ke apartmentnya dengan mood yang buruk, bagaimana bisa dia gagal menangkap orang itu. Saat Haven masuk disana masih ada keluarganya yang terlihat sedang mengobrol serius.

"Darimana aja Ven?" tanya Arin

"Abis dari rumah Mahesa. Kenapa ma?"

"Jovan udah jelasin semuanya ke papa sama mama. Kenapa kamu gak pernah bilang kalo sering dapet teror Ven?" tanya Arin kecewa.

Haven menatap Jovan tajam seolah ingin berkelahi saat itu juga.

"Kita juga rencananya mau kasi tau papa sama mama, tapi belum sempet aja. Maaf."

"Tapi sebelum ini kamu udah sering dapet Haven, harusnya bilang dari kemarin-kemarin."

"Emang lagi banyak yang gak suka sama aku ma, aku kira teror itu cuma kerjaan haters aja jadi aku biarin."

Arin yang mendengar jawaban Haven menghela nafasnya dan duduk si sofa lagi.

"Pokoknya mulai sekarang kalian berangkat dan pulang sekolah sama papa." kata Jonathan yang sama sekali tidak dibantah.

"Tadi orang itu ada di basement lagi." kata Haven setelah banyak pertimbangan.

"Ngapain?  dia apain kamu?"

"Cuma berantem aja, tapi udah keburu kabur."

"Haven, lain kali jangan hadepin sendiri. Kamu bisa telepon papa kan." Kata Jonathan. Haven benar-benar bergerak tanpa perhitungan yang kadang membuatnya kewalahan.

"Maaf pa, gak kepikiran." jawab Haven.

"Yaudah lain kali jangan lagi. Sekarang kalian tidur."

Setelah Jonathan berkata seperti itu Jovan datang ke Haven.

"Gue mau ngomong." kata Jovan dan Haven sudah tau kalau Jovan pasti akan marah. Mereka masuk ke kamar Haven dan langsung mengunci pintunya.

"Lo tuh ya... bisa gak jangan grasak grusuk?" kata Jovan sesaat setelah pintu dikunci.

"Grasak grusuk apa sih?"

"Gausah sok bego lo. Kalo orang itu bawa senjata gimana anjir? lo bisa-bisanya kepikiran brantem sama orang yang gak lo kenal. Lo gak tau dia bawa apa aja, lo gak tau dia siapa, berapa orang yang dateng. Pikir dulu kenapa sih, percuma nilai bagus tapi bego."

"Tadi refleks doang."

"Gak ada orang refleks brantem, anjing."

"Iya iya lo doang yang bener."

Haven tetap menjawab walaupun sebenarnya dia menyadari kalau tindakannya sedikit sembrono.

"Gapapa kan lo? daritadi gue liat lo pegangin perut" tanya Jovan setelahnya.

"Gapapa, tadi kena tendang dikit."

"Dan lo bilang gapapa?"

"Besok juga sakitnya ilang. Udah gue mau tidur, capek banget denger lo ngomel."

Kata Haven membuka pintu untuk Jovan sebagai isyarat mengusir dari kamarnya yang membuat Jovan ingin sekali memukulnya.

-

Haven, Jovan, dan Jerico hari ini berangkat bersama yang membuat anak-anak sekolah menatap kagum sekaligus tak percaya.
Jerico langsung ke kelasnya, sedangkan Haven ke lokernya terlebih dahulu untuk menaruh baju basketnya karena hari ini ada latihan.

Saat membuka loker, Haven melihat amplop hitam disana, Haven lalu membuka amplopnya.
'Nikmati hari-hari terakhir di sekolah.' itu adalah kalimat yang tertulis disana. Haven menatap ke kanan dan ke kiri namun di lorong itu ada banyak orang yang tidak begitu mencurigakan.

Haven Arion | Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang