55 - Rasa Takut

1.4K 157 22
                                    

Author POV

Jovan dan Jonathan berlari menuju ke ruang IGD dimana disana sudah ada Sebastian yang terduduk di kursi tunggu dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.

Jovan sebenarnya sudah kehabisan tenaga tapi dia harus tau bagaimana keadaan Haven.

"Om, haven gimana?" tanya Jovan, dia tidak mengenal orang di depannya tapi dia asumsikan itu sebagai Papa kandung Haven.

"Masih diperiksa dokter. Kamu juga harus periksa." kata Sebastian.

"Aku mau tau keadaan Haven dulu."

Sebastian tak menyuruh Jovan periksa lagi, hanya membiarkan Jovan duduk di kursi di sampingnya.

Tak berapa lama Arin datang dengan berlari bersama dengan Hanggara dan Jerico, sampai disana Hanggara langsung memeluk Jovan.

"Gimana keadaan kamu Van?"

"Aku gapapa kak, tapi Haven..." kata Jovan.

"Haven kenapa?" tanya Arin.

Jovan langsung bangun lalu bersimpuh di depan Arin atas rasa bersalah yang memenuhi hatinya.

"Semua ini salah aku ma, maafin aku. Mama boleh marahin aku. Om juga boleh pukul aku. Memang aku yang salah." kata Jovan sambil menagis.

"Maksud kamu apa Van" Hanggara bertanya karena merasa bingung dengan semua keadaannya.

"Haven udah larang aku ke tempat itu, tapi aku gak dengerin dia. Dia juga luka kayak gini karena nyelametin aku, harusnya yang luka itu aku kak. Maaf ma, aku bener-bener minta maaf." kata Jovan sambil menangis, Arin masih diam saja, masih berusaha mencerna apa yang baru saja didengarnya.

Sebastian yang tidak tega melihat Jovan langsung membatu Jovan untuk bangun dan duduk di kursi.

"Sudah Jovan, bukan saatnya untuk saling menyalahkan."

"Haven sekarang gimana mas?" tanya Arin dengan khawatir.

"Masih diperiksa dokter rin." sahut Jonathan. Sebastian sengaja tak menjawab untuk menghargai Jonathan yang ada disana.

"Tapi dia akan baik-baik aja kan mas?" tanya Arin

"Iya, pasti baik-baik saja." sahut Jonathan.

"Tadi.. Haven kelihatan sakit banget, darahnya banyak banget, Haven juga batuk darah. Aku panggil-panggil Haven tapi dia gak jawab aku." kata Jovan entah kepada siapa sambil memandang kosong ke depan.

"Udah Van.. jangan diinget-inget terus." kata Jonathan mencoba menenangkan.

"Kemarin kita udah janji mau keluar dan pulang dengan selamat."

"Van udah, Haven pasti selamat."

"Tadi tangan Haven dingin." kata Jovan lagi sambil menerawang.

Belum sempat Jonathan menjawab, Jovan sudah kehilangan kesadarannya dan langsung dibantu oleh suster yang ada di sana.

-

Setelah beberapa jam, akhirnya dokter keluar dari ruangan dan Sebastian dan Arin menjadi yang paling pertama menghampiri dokternya.

"Bagaimana dok?" tanya Arin.

"Luka di perut pasien cukup dalam, dan Pasien juga terlalu lama menunggu pertolongan hingga membuat pasien kehilangan terlalu banyak darah yang membuat kondisinya kritis dan tidak stabil sehingga perlu dipindahkan ke ruang ICU untuk sementara." jelas dokter membuat semua yang ada disana merasa tidak tenang.

"Rin aku urus biayanya dulu. Kamu temenin Haven pindah kamar ya."

"Iya mas."

Setelah selesai membayar biaya perawatan, Sebastian menyusul Arin ke ruang ICU. Didepan ruang ICU sudah ada Jonathan, Arin, dan Hanggara yang mencoba menatap di celah kaca di pintu ruang ICU.

Haven Arion | Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang