Author POV
Haven baru saja memasuki apartementnya dan langsung melihat Arin yang sedang duduk di sofa. Haven mengampiri Arin dan duduk di sebelah Arin. Jika diingat-ingat lagi sudah sangat lama sejak Haven menghabiskan waktu berdia dengan mamanya.
"Haven, kamu ngagetin mama aja." kata Arin
"Mama lagi apa?" tanya Haven.
"Cuma nonton TV aja. Gimana hari ini? pasti capek ya?" tanya Arin.
Haven mengangguk lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
"Yang lain mana?" tanya Haven saat melihat apartment yang sepi.
"Lagi keluar sayang."
"Mama kenapa gak ikut?" tanya Haven.
"Soalnya mama kangen sama kamu. Kita udah jarang ngobrol." sahut Arin.
"Sini cerita sama mama ada apa aja akhir-akhir ini" kata Arin dengan memusatkan seluruh atensinya pada putranya yang terlihat kelelahan.
Haven lalu bergerak memeluk Arin yang membuat Arin sedikit terkejut.
"Kenapa?"
"Kangen aja sama mama." sahut Haven.
"Yakin? Gak ada yang lain?"
"Dia dateng lagi ma, kemarin aku ketemu." kata Haven setelah jeda beberapa saat.
"Siapa?"
"Dante." jawab Haven yang membuat Arin terkejut lalu melepaskan pelukan Haven dan menatap Haven.
"Dimana?" tanya Arin dengan gurat khawatir yang tercetak jelas di wajahnya.
"Di sekolah waktu final basket. Rasa takutnya masih sama ma, aku kira trauma itu udah gak ada lagi, tapi ternyata aku salah. Aku masih takut, aku gak bisa nafas, semua ingatan itu kembali lagi." kata Haven. Arin dapat melihat dengan jelas mata Haven menyiratkan ketakutan.
"Akhir-akhir ini aku juga banyak terima chat jahat yang nyuruh aku mati, yang doain hal buruk terjadi sama aku, sama kayak dulu waktu mereka terus-terusan teror aku lewat SMS. Aku sampe gak berani aktifin kolom komentar di setiap postingan aku, And I don't even dare to check my phone."
"Trus keadaan kamu gimana? mau ketemu sama Om Adit aja? biar mama yang anter kamu." kata Arin panik.
"Udah, aku udah ketemu."
"Kenapa baru bilang sama mama sekarang ven?"
"Mama sama papa kelihatan capek banget, aku gak tega." kata Haven.
"Lagian aku juga udah gede, aku udah harus bisa atasin sendiri." lanjut Haven.
"Emang kenapa kalau kamu udah gede? Mau umur kamu berapapun kamu tetep anak Mama, gak ada yang salah dengan ngadu ke mama atau cerita ke mama."
"Haven, sekalipun sekarang kamu udah besar, udah bisa hasilin uang sendiri, udah bisa atur semuanya sendiri, kamu tetep anak mama. Dimata mama kamu tetep Haven kecil yang harus mama lindungin." Kata Arin sambil menarik Haven ke dalam pelukannya.
Haven hanya diam saja, namun dia tidak bisa menahan air matanya. Dia menangis dipelukan mamanya seperti seorang anak kecil yang diganggu oleh anak lainnya.
Emosi dan rasa lelah yang selama ini ditahannya akhirnya tumpah juga.
-
Sementara Jonathan mengajak Hanggara, Jerico, dan Jovan untuk makan malam. Namun bukan hanya itu tujuan Jonathan melainkan dia ingin berbicara dengan anak-anaknya, memberi pengertian, mendengar keluh kesah mereka, kata Arin cara itu mungkin bisa membantu anak-anaknya menerima Haven.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Arion | Watanabe Haruto
Genel KurguHaven Arion dan bagaimana dia menjaga nama itu.