53
Minggu pagi, bikin senang seseorang yang sudah bangun lebih dulu. Gimana ngga, dia benar-benar bebas dari segala tugas kantor yang kemarin mengekang dia dari kebebasan.
Jisoo senyum dulu menyambut pagi. Kaya ada rasa sebongkah bahagia gitu turun dari langit.
Permainan kemarin sukses bikin anggota keluarganya jujur sejujurnya, termasuk Jisoo sendiri.
Jisoo harus berterima kasih sama adik kembarnya. Berkat buah pikiran yang si kembar keluarkan itu, keeratan hubungan semakin lengket. Sesuatu yang tidak diketahui jadi diketahui. Jisoo kasih standing ovation buat mereka berdua. Terharu sampai kaya mau meninggoy katanya.
Makin hari makin keliatan pintarnya, haha.
Jisoo pergi dulu ke kamarnya. Bawa beberapa selimut buat tutupi tubuh adiknya. Bisa-bisanya, dia tidak sadar sebelum tidur. Mungkin terlalu malam dan terlalu lelah, jadi ingatannya terbatas. Alias lupa.
Jisoo sedikit tertawa pas lihat posisi tidur ketiga adiknya, seperti biasa, tidur gaya bebas. Tidak usah dideskripsikan lagi. Jisoo cape sendiri jelasinnya.
Selesai menyelimuti adik-adiknya, Jisoo pergi ke dapur, mau buat sesuatu yang bisa bikin matanya melek.
Kopi di pagi hari alangkah nikmatnya, rasanya seperti bapak-bapak yang diam di teras rumah sambil baca koran dan gorengan yang siap dimakan. Waduh.
Capuccino sachet yang dia buat sudah jadi. Tinggal dikasih taburan chocolate granule-nya. Habis itu Jisoo duduk di meja makan sambil ngelamun. Nah, paling asik juga nih. Biar makin fresh otaknya nanti. Nggak tahu benar, nggak tahu salah. Yang jelas Jisoo lagi menikmati waktunya kaya bapak-bapak.
Lagi merem sambil peragain iklan di tv yang pura-pura menikmati kopinya, seseorang tiba-tiba memeluk dari samping.
Jisoo kaget, dia langsung noleh ke arah orang tersebut. "Jennie," dikirain penyusup di pagi hari.
"Sekarang nggak usah di-dare lagi kalau mau meluk unnie," kata Jennie.
Dia tidak melepaskan pelukannya. Nyaman meluk Jisoo yang posisinya lebih rendah dari dirinya. Jelas, karena Jisoo sedang duduk, dan dia lagi berdiri.
Jennie taruh pipi gembulnya di atas kepala Jisoo, amboyyy nyaman sekali saudara-saudara. Jennie senyum biar afdol. Sayang banget sama kakak satunya ini.
"Maaf yaa, unnie." Kata Jennie.
"Unnie yang minta maaf, udah cuekin Jennie."
Sekali lagi, mereka tanpa bosan terus mengulang kata maaf. Jelas-jelas sudah dimaafkan sejak malam kemarin. Tapi rasanya masih ada sesuatu yang mengganjal dari rasa keduanya. Ya sudah lah ya, biarkan saja. Mungkin sampai seribu kali kata maaf terucap, mereka baru berhenti. Saking bosannya.
Jennie duduk di samping Jisoo setelah puas meluk kakaknya yang cantik. Ambil alih gelas yang ada di tangan kakaknya buat dipinta.
"Argh, enak," tidak sopan. Jennie tidak bilang-bilang dulu. Tapi ya Jisoo nya juga tidak marah. Kan sayang.
"Unnie, masih marah sama Jennie?"
Buset, si Jennie malah nanya mulu ya.
"Iya, masih." Jisoo kan jadi kesal juga jawabnya.
"Hehe, jangan dong."
Tau ah, Jisoo putar bola matanya, males.
"Hallo, everybody's," Chaeyoung menyapa kedua kakaknya yang lagi asik ghibah di pagi hari. Kalah acara entertainment di tv. Maaf, Chaeyoung lagi berburuk sangka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things
Novela Juvenil[On Going] Brrr... "HYAA PARK CHAEYOUNG" -Lisa "Mwo? Wae? Ada apa denganku?" -Chaeyoung "Baru pulang udah di giniin? Ngajak berantem hah?" -Jennie "Wae? Apa yang kalian ributkan lagi sekarang?" -Jisoo Cocok buat kalian yang ingin ringan-ringan bacaa...