44
Jisoo menghampiri kamar si kembar tengah malam. Kebangun tadi gara-gara ingin ke air. Buang air kecil tidak bisa ditahan bung, nanti "ngompol" diketawain sekomplek.
Lihat si kembar lagi tidur di ranjang yang sama. Gemes banget deh rasanya kalau lihat kaya beginian. Bikin adem.
Jisoo elus-elus pucuk kepala Lisa sama Chaeyoung. Di hatinya timbul kata sayang yang terus ingin keluar dari mulutnya buat gambarin perasaan sebenarnya.
"Chaeng,"
"Chaeng jelek," Jisoo kaget pas lagi serius, denger suara serak ngehujat gitu.
"Eumm Chaeng jelek bangettt," Lisa menggeliat dalam tidurnya, berhadapan sama Chaeyoung yang ada di depannya.
Raba-raba wajah yang ada di depannya gemas. Cubit pipi yang sepenuhnya ada di telapak tangannya keras.
Jisoo kaget lagi. Bangsul, lagi ngigo dia. Kata Jisoo pas lihat mata Lisa masih nutup sempurna.
Chaeyoung jadi gerak-gerak mukanya berasa sakit. Udah gitu Lisa balik badan lagi.
Ingin ketawa ngakak Jisoo di tengah malam yang sunyi gini. Si Lisa lagi tidur juga tetap rese ya kalau ketahuan. Kalau ketahuan loh yaa, kalau tidak ya tetap rese.
Tapi, raut wajahnya mendadak serius lihat Chaeyoung. Beneran deh Jisoo masih tidak habis pikir dengan keadaan yang bisa saja melukai adik kecilnya ini.
Rasa marah sama Jennie itu masih ada, bahkan bila mengingat Jisoo jadi emosi sendiri. Bukan apa-apa, perkataannya semalam itu benar adanya. Jisoo takut hal buruk itu terjadi. Dan kalau sampai hal itu terjadi Jisoo akan menjadi manusia yang juga dilanda penyesalan. Bukan hanya Jennie, tapi, Jisoo juga. Jisoo merasa ia tidak bisa memerankan perannya dengan benar.
Sebagai yang tertua di rumah, Jisoo punya tanggung jawab yang bukan sekadar perihal perut kenyang, fasilitas mewah saja. Ia juga harus bertanggung jawab atas kesehatan, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan para adiknya.
Gila, berat banget kan kalau dipikir-pikir lagi jadi Jisoo. Dia bahkan tidak berpikir tentang dirinya yang kata orang-orang harusnya dia udah nyobain rasa pacaran itu gimana. Lah gimana emang? Manis? Asam? Gurih? Asin? Pahit? Atau gimana?
Emang yaa kata orang itu kalau diresapi bikin ngebatin. Jadi Jisoo tutup telinga dengar kata orang itu. Dia lebih mementingkan kata hati, eaakk... Kan enak kalau dengar kata hati, adem aja katanya.
Usap dulu pipi si tembem sebentar, Jisoo bisikkan kalimat sayang pada Chaeyoung juga Lisa. Berdoa biar adiknya bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya. Biar tidak memancing emosi yang berakibat war baik ia ataupun Jennie.
Tapi, tapi, Jisoo masih heran sama adiknya ini. Chaeyoung masih bisa-bisanya terlihat biasa padahal sebelumnya ia habis mendapat kejadian buruk. Hadeuh. Kesayangannya ini terlalu polos.
Setelah itu, kening kedua adiknya mendapat ciuman sayang. Dan Jisoo keluar kamar sambil mengiba.
Balik lagi ke kamarnya. Tidur sendiri. Jennie lagi ada di kamarnya juga sendiri. Biar saja. Biar itu kamar disinggahi sama pemiliknya yang tidak tahu diri tidak pernah pulang.
***
Pagi ini ada yang beda dirasakan sama si kembar. Meja makan yang harusnya hangat kok berasa dingin kaya salju yang selimuti tubuh. Menyentuh langsung sekujur tubuh. Eak lebay.
Gimana tidak, Jisoo sama Jennie dari tadi diam. Saling cuek, saling mengabaikan satu sama lain. Lisa kan jadi senggol Chaeyoung minta jawaban yang di mana Chaeyoung sendiri tidak tahu kenapa. Mereka jadinya menonton saja interaksi kedua kakaknya yang saling diam tidak bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things
Novela Juvenil[On Going] Brrr... "HYAA PARK CHAEYOUNG" -Lisa "Mwo? Wae? Ada apa denganku?" -Chaeyoung "Baru pulang udah di giniin? Ngajak berantem hah?" -Jennie "Wae? Apa yang kalian ributkan lagi sekarang?" -Jisoo Cocok buat kalian yang ingin ringan-ringan bacaa...