55
Bawaannya Jennie kesal terus kalau harus nunggu si kembar keluar dari gedung megah yang bagus itu.
Gimana tidak kesal coba, Jennie cape nunggu. Udah tujuh menit mendekati delapan menit tapi adik kesayangan Jisoo itu belum nongol ujung sepatunya.
Stopwatch yang sengaja dia beli dua hari yang lalu buat hitung keterlambatan adik-adiknya terus dimainkan. Agak sedikit aneh sih Jennie beli barang begituan, yang kalau mau hitung waktu di hp juga bisa. Cuma yaa biar profesional aja gitu, jadi terkesan kaya guru olah raga yang nunggu di garis finish buat hitung kecepatan muridnya.
Habis kuliah Jennie tuh rencananya mau belajar, mau ngerjain tugas yang suka bikin geleng-geleng kepala tanda kecewa. Jadi tolong ya, jangan bikin mood Jennie hancur. Awas aja kalau si kembar di menit ke sembilan dia nunggu belum ada juga. Murka nih, murka.
Tapi sayangnya ini anak-anak manis ke mana, ya? Jennie udah bersenandung lirik kekecewaan yang dia ciptakan sendiri.
Dan yaa, itu mereka. Tunggu deh, Jennie memincingkan lagi pandangannya. Fokus ke dua adiknya.
Wajah keduanya dari jauh tidak sedap dipandang. Lisa kenapa jalannya agak pincang terus pegang poninya? Chaeyoung yang di samping Lisa seolah-olah lagi menjaga kembarannya agar tidak terjatuh.
"Kenapa?" Tanya Jennie setelah si kembar masuk ke mobilnya.
Posisi keduanya lagi duduk di belakang. Biasanya Jennie marah, harus salah satu ada yang di depan. Biasanya juga Jennie ngedumel karena sekarang mereka telat sepuluh menit.
Tapi, Jennie simpan dulu kekesalannya. Lisa lagi tidak baik-baik saja ternyata.
"Lisa jatuh tadi, unnie." Jawab Chaeyoung, mewakili Lisa yang lagi meringis sakit.
"Jatuh? Di mana? Kapan?" Tanya Jennie kaget. Putar badan lihat ke belakang. Meraih tangan Lisa untuk diturunkan agar bisa lihat sesuatu yang tersembunyi di jidat kebanggaannya. Khawatir nih.
"Ini baru banget, tadi kesandung kakinya sendiri pas mau lari, di lapangan."
"Ngapain lari?" Tanya Jennie. Sekarang Jennie ikut-ikutan meringis sakit lihat luka goresan yang masih ada sisa tanah di kening si bungsu.
"Buru-buru, takut telat masuk mobil."
"Emang udah telat," kata Jennie gemes.
Hilang sudah kan kegeraman Jennie yang tadi sempat mengebul. Dia semakin maju meski sudah paling ujung karena posisi duduknya yang tidak enak.
Meraih tangan Lisa yang juga ada luka di telapak kanannya. Bersyukur tidak di kiri, nanti susah buang hajat.
"Di kaki ada ngga?" Tanya Jennie sambil tangannya raba-raba rok Lisa. "Buka dulu coba,"
"Awww, perih unnie," mata Lisa berkaca-kaca. Lukanya masih basah kayaknya. Jadi ketika ada pergesekan luka dengan roknya dia kesakitan.
Sakit baru sekarang dia rasa. Tadi pas jatuh yang dominan terasa itu malunya. Malu banget sumpah Lisa. Jatuh di antara orang-orang yang berjalan santai. Mana namplok kaya cicak jatuhnya. Hadeuh tutup muka Lisa karena malu.
Sesudah jatuh malah ngefreez pula dia. Kalau tidak Chaeyoung yang segera jongkok di hadapannya, mungkin Lisa masih diam merasakan sesuatu, dan mengulang kejadian beberapa detik lalu. 'Kok bisa jatuh?' pikirnya.
Terus setelah Lisa duduk dia dikerumuni orang.
"Hati-hati,"
"Udah jatoh!"
Lisa dengar jawaban Chaeyoung yang kesal. Telat Jennie memberi peringatan. Kalau udah terjadi kesannya jadi nasihat.
Lisa kan tidak perlu itu. Yang dia butuhkan ruang kosong biar dia tidak malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things
Teen Fiction[On Going] Brrr... "HYAA PARK CHAEYOUNG" -Lisa "Mwo? Wae? Ada apa denganku?" -Chaeyoung "Baru pulang udah di giniin? Ngajak berantem hah?" -Jennie "Wae? Apa yang kalian ributkan lagi sekarang?" -Jisoo Cocok buat kalian yang ingin ringan-ringan bacaa...