07🎑

8.7K 708 44
                                    

Guys.. Tolong apresiasinya. Kalian bisa tinggalin jejak di cerita ini jika kalian suka.
Terimakasih.

HAPPY READING.

*********

Tepat pukul 15:30 mobil yang dinaiki Shena dan kakaknya sampai di halaman rumah Zet. Setelah turun dari mobil Shena segera berlari menuju kamarnya "Kak Shena masuk dulu" ujarnya meninggalkan Sean yanh masih ada di dalem mobil Ferrari itu.

Setelahnya Sean mengikuti jejak Shena memasuki rumah. Pandangan Sean seketika tertuju ke sebuah foto besar yang terpajang di ruang tamu rumah dengan interior klasik modern tersebut.

Foto yang menarik perhatian Sean berisi 3 sosok manusia yaitu sepasang suami-istri serta anak kecil laki-laki berusia 1 tahunan. Yahh bocah itu adalah Sean. Dan terlihat juga perut bundanya membesar bisa kalian tebak kan?? Yups Nattalie sedang mengandung putri bungsu keluarga Alzaetta.

Pandangan Sean ia fokuskan hanya untuk menatap wajah cantik sang bunda. "Bun andai Bunda masih ada di sini, mungkin kita bakal jadi kelurga yang paling bahagia, Bun Sean sayang Bunda, kenapa Bunda tinggalin Sean di saat Sean masih butuh kasih sayang Bunda, di saat Sean masih butuh ASI Bunda?, Sean kangen banget sama Bunda, kapan-kapan dateng ya Bun ke mimpi Sean!" ucap Sean lirih, dan tanpa terasa air mata pemuda itu sudah menetes.

Tanpa Sean sadari sedari tadi Shena mengamati kakaknya! Dapat Shena lihat sehancur apa kakaknya saat ini. Merindukan seseorang yang sudah meninggal emang tidaklah mudah, karna Shena juga merasakan apa yang Sean rasakan! Terlebih lagi Shena bener bener ditinggal sejak bayi, bahkan gadis malang itu belum sempat merasakan ASI sang bunda.

"Maafin Shena Kak." Hanya itu yang bisa Shena ucapkan sebelum kembali ke kamarnya.

Sesampainya di pintu kamar gadis itu, Shena memasuki kamarnya, mengunci pintu lantas terduduk di balik pintu dengan lutut yang ditekuk dengan kepala ia letakkan di sela-sela lututnya. Menyembunyikan suara isak tanggisnya.

"Maafin Shena Kak gara-gara Shena Kakak kehilangan kasih sayang Bunda."

"Maafin Shena Yah, gara-gara  Shena Ayah kehilangan Istri Ayah, kehilangan pasangan Ayah."

"Maafin Shena Bun. Gara-gara ngelahirin Shena Bunda harus kehilangan nyawa Bunda." racau gadis malang itu, dengan memukul kepalanya sendiri berulang kali.

"Shena emang pembawa sial. Harusnya Bunda nggak perlu punya anak kaya Shena, harusnya Bunda dulu ga perlu lahirin Shena," ujar gadis itu disela tangisannya.

Bohong kalau Shena bilang dia baik-baik aja, tak jarang Shena melihat ayahnya yang menangis di dalam kamarnya karena merindukan almarhumah istrinya.

Satu yang menghatui Shena selama ini! Sebuah perasaan bersalah, karena kehadirannya menjadi luka buat orang lain. Karena kehadirannya menimbulkan luka buat ayah dan kakaknya.

Ditambah lagi bullyan yang ia peroleh diwaktu kecil .

"Pembawa sial...."

"Shena pembawa sial.... Huuuuu,"ucap seseorang menyoraki

"Jangan mau temenan sama Shena," ucap seorang cowo, sambil melempari kertas yang di bentuk bulatan dan dilemparinya ke tubuh mungil itu.

"Bundanya aja mati gara-gara ngelahirin anak kaya dia."

"Jauh-jauh dari Shena kalau gak mau kita ikutan kena sial."

"Huuuuuuuu." sorakan ramai-ramai dari anak-anak tk itu terasa horror buat Shena.

Shena Aquella {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang