52🤯

19.7K 755 101
                                    

📌Follow guys🌺

Shena memandang mereka satu persatu, kepalanya terasa semakin berat, bahkan nafasnyapun mulai tercekat.

"Tante Rani," pangil Shena dengan nada yang semakin terdengar lirih, Rani yang dipanggil mendekatkan diri beberapa langkah dari Shena.

"Iya sayang." Diusapnya pelan rambut gadis yang tengah berbaring di depannya.

Shena tersenyum tipis, "Shena mau bilang makasih ke Tante, udah mau nyemangatin Shena selama ini. Makasih ya Tan buat semua kebaikan tante, maafin Shena nggak bisa ngebales itu semua."

Hati Rani merasa tercubit mendengar penuturan Shena. "Shena."

"Bang," Shena beralih memanggil Zain, seseorang tanpa hubungan darah namun sangatlah berarti untuk gadis itu.

"Iya Dek, kenapa?" lirih Zain. Sebisa mungkin dia menahan air matanya.

"Makasih ya Bang udah mau hadir di hidup Shena, Shena bahagia kenal sama Abang. Abang langgeng ya hubungannya sama Viela."

Air mata Zain mengalir mendengar kalimat demi kalimat yang Shena lontarkan.

"Mama Kara." Dengan mata yang sudah basah sedari tadi Kara mendekat ke arah Shena. "Iya sayang," sahutnya dengan suara bergetar. Sungguh! Momen di depannya mengingatkan akan meninggalkan Gaby, anak bungsunya.

"Shena mau bilang makasih."

"Makasih berkat Mama, Shena bisa ngerasain kasih sayang Bunda, Mama sehat-sehat ya di sini. Nanti Shena sampaiin salam Mama ke Gaby."

"Shena kenapa ngomong kaya gitu sayang?" tanya Kara mencoba berfikir positif.

Shena merespon ucapan Kara dengan senyum tipisnya, gadis itu terdiam sesaat. Memejamkan matanya sekejap. Orang-orang di depannya terlihat buram. Sakit di kepalanya juga semakin gencar menyerangnya.

"Sssssttttt." Shena meringis pelan, bahkan sekedar untuk memegang kepalanya sendiri rasanya tidak mampu.

"Keyla, sahabat satu-satunya gue."

"Makasih ya Key udah mau dateng di saat yang lain ngejauh, maaf gue nggak bisa nepatin janji gue ke lo buat satu kampus bareng, gue sayang sama lo, lo harus semangat kedepannya!" ujar Shena dengan suara yang nyaris seperti bisikan.

"Lo ngomong apa BEGO! Lo harus sembuh! Lo udah janji sama gue mau bertahan lebih lama lagi! Mana janji lo!" Keyla berteriak histeris. Zain memeluk gadis di sampingnya dengan erat. Mencoba saling menguatkan.

"Maaf Key, gue harus pergi duluan, waktu gue udah semakin dekat." Air mata Shena mengalir semakin deras.

"Arrrggghhhhh," erang Shena yang sudah tidak bisa menahan lagi rasa sakitnya.

Zain dengan sigap menekan tombol untuk memanggil dokter, keadaan Shena semakin menghawatirkan sekarang.

"Shena," ujar mereka serentak.

"Shena gapapa," lirihnya masih mencoba untuk bersikap baik-baik saja.

"Kakak."

Sean semakin tidak bisa menahan airmatanya, sejujurnya dia belum pernah ada di posisi ini. Sakit, sesak.

"Iya Dek, ini Kakak."

"Kak, Shena minta maaf ya belum bisa jadi Adek yang baik buat Kakak, maaf masih sering bandel dan ngelawan perintah Kakak. Kak Shena mau pergi dulu boleh? Bunda udah nungguin?"

"Shena beneran mau ninggalin Kakak?" Sean mati-matian menahan rasa sakit yang semakin meremas hatinya, bisakan Sean berharap kalau ini mimpi?

"Iya, boleh ya Kak? Kakak tolong jagain Ayah buat Shena. Shena jagain Bunda buat Kakak gimana?"

Shena Aquella {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang