40🏆

8.7K 418 12
                                    

Sean memasuki kamar Adiknya, pintunya memang tidak terkunci, dapat Sean lihat Shena yang tengah melamun menatap sesuatu. Karena penasaran Sean mengikuti arah pandangan Shena. Sekarang kedua anak manusia itu sama-sama terdiam.

Shena masih dengan lamunannya yang belum menyadari keberadaan Kakaknya. Dan Sean hanya terdiam mengamati sebuah foto. Merasa tidak bisa menahan rasa penasarannya, Sean menyeletuk dengan suara yang sengaja dia keraskan untuk membuyarkan lamunan Shena.

"Shen," panggil Sean.

"Ah iya, Loh Kakak udah lama berdiri disini?" ujarnya heran.

Ditanya seperti itu Sean menjawab. "Baru aja gue masuk, Ini foto bukannya yang di depan?"
Dan sebuah pertanyaan yang membuatnya heran akhirnya terlontar.

"Iya," sahut Shena singkat.

"Kok bisa pindah jadi di kamar lo?"

Perlahan Shena mulai menjelaskan, "Tadi pagi Ayah nyuruh Pak Maman buat nurunin foto Bunda, mau diganti sama foto pernikahan kemaren. Ya daripada foto Bunda terdampar di gudang. Mendingan ditaruh di kamar gue."

Raut muka Sean seketika berubah, rahangnya mengeras tanda bahwa dia tengah emosi sekarang!

"kenapa Ayah jadi seenaknya gini sih sekarang ngambil keputusan!" Marah Sean tak terima.

"Nggak bisa dibiarin! Gue harus bicara hal ini sama Ayah!"

Sebelum Sean melangkahkan kakinya menjauh Shena buru-buru mencegah pemuda itu. "Udah Kak, nggak usah di besar-besarin. Otak Ayah udah sepenuhnya terpengaruh sama 2 orang baru ini! Percuma lo ngomong panjang lebar. Nggak akan didenger."

"Kalau lo kira gue tadi pagi diem aja lo salah Kak. Gue udah ngelarang Ayah bahkan sampai mohon-mohon tapi Ayah tetep kekeh sama keputusannya!"

"Oke lah kalau Ayah mau ngehargai Lina, tapi bisa kan nggak usah sampai copot foto Bunda!"

*****

"Shen kamu nggak mau sarapan dulu?" tanya Zet saat Shena menghampiri meja makan bukan untuk mengisi perut. Namun, hanya untuk salim kepada Ayahnya.

"Enggak, Shena dijemput ZIELDRA, nanti aja makannya di kantin."

Saat akan melangkahkan kakinya, Zet kembali bersuara. "Kamu nggak mau salim juga sama Mama kamu?"

Shena mengerutkan dahinya heran. "Bunda Shena cuma satu Yah, dan nggak akan pernah ada ruang buat yang lain!"

"Tapi sekarang Lin--."

"Pacar Shena udah nungguin di depan, Permisi." Shena memotong ucapan Zet begitu saja. Demi apapun dia pagi ini sedang menghindari semua orang yang berada di meja makan. Kecuali Sean pastinya.

Zoya merasa panas mendengar ucapan Shena. Kakak tirinya terdengar jelas ngasih penekanan waktu menyebutkan nama Zieldra, serta menyebutkan status mereka di hadapannya langsung. Sebagai bentuk penegasan bahwa Ziel memanglah milik Shena.

Melihat tatapan tidak suka dari salah satu anak gadisnya, Zet tersenyum menenangkan, kemudian berkata. "Jangan khawatir Papa masih akan ngebujuk Shena, biar mau ngelepasin Zet buat kamu."

Sean yang tengah sibuk dengan makanannya sontak menoleh kearah Zet. "Maksud Ayah?"

"Zoya mencintai Zieldra Sean," jawab Zet.

"Tunggu! Jadi maksud Ayah karena Zoya cinta sama Ziel Ayah nyuruh Shena buat ngakhirin hubungan mereka?"

"Iya," cicit Zoya.

Tidak bisa dipungkiri Sean tenggah geram sekarang. Dengan 3 orang di hadapannya. Zet, Zoya, serta Lina.

"JANGAN MACAM-MACAM KALIAN!!! GUE NGGAK AKAN BIARIN ADIK GUE MENDERITA KARENA ULAH KALIAN SEMUA!" bentak Sean tak terima.

Shena Aquella {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang