Minta sumbangan votenya guys.
Terimakasih.Happy Reading.
********
Sunyi, Shena sedang terduduk di depan meja belajarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 00:00 namun sepertinya fikiran dia belum memperbolehkan dirinya beristirahat.
Nggak bukan sedang belajar ataupun memecahkan berbagai macam soal. Shena justru tengah melamun sekarang. Terlalu banyak hal yang mengganggu fikiran dia.
"Apa setelah ini kehangatan keluarga masih bisa gue rasain?"
"Bahkan nggak jarang gue mulai beradu argumen akhir-akhir ini sama Ayah." Shena menatap langit-langit kamarnya hampa.
"Kenapa Ayah bukannya menyadari kesalahannya malah justru semakin mengibarkan bendera perang."
"Harusnya dia lebih bisa ngertiin perasaan gue sama Kak Sean, harusnya dia ngehargai posisi kita berdua di sini!"
"Bunda... Shena kangen!"
"Salah nggak sih Bun kalau Shena berharap pelakor itu pergi dari kehidupan Ayah? Bukan malah hubungan mereka lebih dekat! Shena cuma takut Ayah semakin jauh buat Shena raih!"
"Bun..., Shena nggak mau posisi Bunda di rumah ini digantiin sama uler keket itu!"
"Tapi buat nentang keputusan yang sudah Ayah bikin juga bukan sesuatu yang tepat."
"Bunda..., tolongin Shena," gumam gadis itu penuh keputusasaan.
*******
Shena sengaja bangun lebih awal dari biasanya. Bukan bermaksud lain dirinya hanya ingin menghindari Zet.
Namun semua yang telah direncanakan gagal begitu saja. "Shena mau kemana kamu?"
"Sekolah," jawabnya singkat.
Zet menghampiri putrinya. "Kalian bertiga libur dulu ya? Ayah sudah minta izin ke wali kelas kalian."
Perkataan Zet tentu membuat Shena bingung, sepertinya dia melupakan sesuatu. "Hari ini ijab qabul pernikahan Ayah. Masa kamu nggak datang?"
"Iya," jawab Shena lantas mengurungkan niatnya untuk pergi ke sekolah. Ucapan Zet semalam tidak main-main ternyata.
Sesuai seperti yang direncanakan semalem, hari ini kediaman Zet terasa lebih ramai dari biasanya.
Dan benar saja pernikahan itu benar-benar terjadi. Tidak banyak tamu yang diundang hanya beberapa kerabat dekat dari kedua belah pihak saja.
Selama acara berlangsung Shena hanya menatap kosong ke arah Ayah dan Lina, orang yang sekarang menyandang status sebagai ibu tirinya. Sumpah demi apapun. Shena tidak akan bisa menerima kehadiran Lina beserta Anaknya.
Di depan sana terlihat Zet, Lina serta Zoya yang sedang foto bersama. Senyum ketiganya terpancar. Wajah mereka sama-sama cerah. Tanpa sadar bahwa di lain sisi ada kedua anak manusia yang merasa sakit hati melihat pemandangan tersebut.
"Hahahahha," Shena tertawa sumbang.
Sean yang tepat di samping Shena, perlahan mengalihkan perhatiannya. "Nggak usah dilihat Shen, terlalu nyakitin!" perintah Sean.
"Gue ikut seneng lihat Ayah bisa tertawa selepas itu, tapi nggak munafik gue tetep nggak terima dengan jalan yang Ayah pilih buat raih kebahagiaannya!" celetuk Sean tiba-tiba.
Mereka berdua sama-sama membuang nafas kasar. Beberapa hari terakhir kehidupan mereka terasa diterjang ombak berkali-kali. Intinya Ada saja kejadian yang membuat hati mereka perih. Dan sayangnya Ayah merekalah penyumbang luka itu. Setelah penantian yang lumayan menjenuhkan acara pernikahan Zet akhirnya selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena Aquella {SELESAI}.
Teen Fiction•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~• "Ayah minta tolong ke Shena, pertimbangin permintaan Ayah kemaren." Paham akan maksud arah pembicaraan Zet, Shena masih diam. Menunggu Zet menyelesaikan ucapannya. "Kondisi Zoya semakin sering drop sekarang. Paling nggak...