45🎉

12.7K 587 36
                                    

Setelah kepergian Zet, Shena meraih obat yang dia sembunyikan dia laci, tanpa membuang waku Shena menelan beberapa butir pil.

"Sampai kapan gue harus kaya gini!"

"Sampai kapan gue harus bergantung hidup sama mereka?" ujarnya sendu sambil melirik kresek obat.

Tapi tidak bisa dipungkiri, rasa sakitnya memang perlahan menghilang. "Bunda Shena cape!" gumamnya mulai merasa putus asa. "Kapan semua ini selesai Bun?" racau gadis malang itu.

Shena meraih hpnya di bawah bantal. Dia ingin menghubungi Sean. Dirinya masih tidak tenang semenjak kejadian semalem.

Ddriiinggg....

Di panggilan pertama masih belum diangkat, gadis itu tidak menyerah. Shena masih mencoba menghubungi Sean. Paling nggak Shena masih bisa mendengarkan suara Sean untuk terakhir kalinya. Sebelum dia meninggalkan rumah ini sesuai janjinya kepada Zet.

Panggilan ke-5 akhirnya diangkat.

"Kenapa?"

"Kak"

"Kalau nggak penting mending gue matiin!"

"Lo masih marah sama gue?, harus berapa kali gue jelasin gue nggak ngedorong Zoya dari tangga Kak!"

"Tapi bukti mengarah ke lo Shena!"

"Lo sadar nggak kesalahan lo sefatal apa? Tante Lina keguguran semalem Shen!"

"Kak! Gue harus apa biar lo percaya?"

"Gue matiin ya panggilannya, lo renungin kesalahan lo sendiri."

"Tunggu Kak, gue mau ngomong sekarang takut nggak ada kesempatan lagi. Gue minta maaf kalau kejadian semalem buat lo kecewa sama gue, tapi tolong percaya sama Gue Kak. Dan maaf kalau selama ini mungkin gue ngerepotin lo. Gue pamit ya Kak. Jaga diri baik-baik. Gue titip Ayah. Dan sampaiin juga maaf gue karena belum bisa jadi Anak yang baik buat Ayah."

Setelah mengatakan hal itu Shena memutuskan panggilannya secara sepihak. Tanpa medengar ucapan Sean. Jujur rasanya sesak saat tidak dipercaya oleh orang yang dia sayang.

"Gue.... Gue bukan pembunuh," isaknya.

"Gue bukan pembunuh" gumam Shena pelan.

Shena menghapus airmatanya kasar. Saat ini bukan waktunya untuk menangisi nasibnya. Shena harus segera pergi meninggalkan rumah ini sebelum Zet dan Sean kembali.

Tapi sebelum itu Shena mencoba menghubungi Zieldra. Tujuannya masih sama Shena ingin menyelesaikan masalah semalem dengan pemuda itu. Dia tidak ingin Zieldra terus-terusan salah faham dengan dirinya.

Sampai 10 panggilan tidak ada satupun yang Ziel jawab. Padahal pemuda itu tengah online sekarang. Bahkan sempat ngepost story whatshap.

"Lo kenapa Zel," gumam Shena mulai putus asa.

Di lain sisi Zieldra tengah memandangi ponselnya yang sedari tadi bergetar. Pemuda itu tengah bimbang sekarang. Dia bingung dengan perasaannya sendiri. Sebenarnya cinta dia untuk siapa? Shena gadis yang beberapa bulan ini masuk ke kehidupannya. Atau Maurin gadis dari masalalunya.

Ziel bingung, dia memang sayang sama Shena, namun di satu sisi melihat keadaan Zoya seperti kemarin membuatnya cemas. Bahkan sejak semalem fikiran pemuda itu terfokus pada Maurin. Mantan kekasihnya.

"Maaf Shen, bukannya gue mau cuekkin lo. Tapi kasih gue waktu buat ngeyakinin perasaan gue ini sebenarnya buat lo atau masih jadi milik Maurin. Maafin gue Shen!" gumam Zieldra memandang sebuah foto Shena di ponselnya.

Shena Aquella {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang