Sesampai di sekolah, untungnya mimisan Shena sudah sepenuhnya berhenti. Gadis itu memutuskan untuk segera menuju kekelasnya. Dan tentunya di antar Zieldra. Padahal Ziel berulang kali menyarankan untuk beristirahat di UKS. Kalian tau bukan sekeras kepala apa Shena??? Yups Shena menolak mentah-mentah saran Zieldra. Dengan alasan gak mau ketinggalan pelajaran.Shena memasuki ruang kelasnya, sesampainya disebuah kursi pojok deket jendela, nomer tiga dari depan. Tanpa membuang waktu lama Shena menyembunyikan kepalanya di meja. Dia merasa kepalanya terasa nyeri seperti di jatuhin berat beberapa ton.
Keyla yang memang sudah dateng terlebih dahulu, menatap teman sebangkunya heran. "Lo kenapa Shen?"
"Gue gapapa, cuma kurang tidur. Nanti kalau guru dateng tolong bangunin gue ya" pinta Shena tanpa mengangkat kepalanya.
Mendengar perintah Shena, Keyla menganggukkan kepalanya faham. Dan kembali melanjutkan rutinitasnya apa lagi kalau bukan baca novel.
Shena sendiri tidak sepenuhnya tidur, ia masih mencoba menghilangkan rasa nyeri yang dari semalem hadir tanpa kenal jeda.
Didepan yang lain Shena masih bisa menahannya, namun pagi ini rasa sakit itu datang berkali-kali lipat. Membuatnya bingung apa yang sebenarnya terjadi dengan tubuhnya sendiri. "Ini gue kenapa sih? Akhir-akhir ini sering banget mimisan. Mana ini sakit kepala nggak ilang-ilang" gerutu Shena sebal.
Ayo lah dirinya tidak suka terlihat lemah dihadapan orang lain.
20 menit berlalu, suara langkah kaki terdengar siapa lagi kalau bukan Guru yang memasuki kelas, untuk menjalankan kewajibannya.
"Selamat pagi anak-anak"
"Pagi Bu!"
Pandangan murid-murid terfokus kepada Bu Kelly, lebih tepatnya tertuju kepada murid asing yang bisa mereka simpulkan bahwa itu adalah anak baru.
"Hari ini kita kedatangan murid baru, Zoya silakan perkenalkan diri keteman-teman kamu."
Zoya tersenyum ramah, "Baik Bu."
"Kenalin guys, Gue Zoya. Zoyalina Maurin Alzaetta. Salam kenal semoga bisa berteman baik." sebuah senyuman tersungging di bibir Zoya.
Shena yang dari tadi masih menyembunyikan kepalanya di meja, reflek mengangkat kepalanya. Saat mendengar sebuah nama yang terasa tidak asing.
"Ssssssttttttt" ringis Shena saat kepalanya kembali terasa sakit.
Shena mendongkak guna memastikan sesuatu. Didepannya berdiri seorang cewek, cantik, rambut bergelombang, kulit putih serta tinggi yang tidak jauh beda dengan dirinya.
"Ayah bener-bener keterlaluan!" batin Shena emosi saat melihat sodara tirinya satu sekolah bahkan satu kelas dengannya. Kedua tangan Shena mengepal sempurna sebagai bentuk ketidaksukaanya.
"Alzaetta?"
"Lo anaknya Tuan Zet?"
"Lo adiknya Sean yang identitasnya sempat disembunyin?"
"Wihhhh adik Sean cantik banget ternyata."
"11 12 sama kecantikan Shena."
Mendengar pertanyaan beruntun dari teman barunya, Zoya hanya tersenyum tipis.
"Baiklah Zoya kamu duduk di bangku kosong itu ya!" perintah Kelly menunjuk 1 banggku dibelakang Shena.
Zoya menganggukkan kepalanya, "Iya Bu, terimakasih." ucapnya dan segera menuju bangku yang Kelly maksud.
Belum sampai di bangkunya, Zoya berhenti sejenak lantas mengucapkan satu kalimat yang membuat kelas XI IPA 1 heboh. "Kita bertemu kembali Kak, Shena Aquella Alzaetta." ujarnya dengan senyum yang masih enggan pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena Aquella {SELESAI}.
Teen Fiction•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~• "Ayah minta tolong ke Shena, pertimbangin permintaan Ayah kemaren." Paham akan maksud arah pembicaraan Zet, Shena masih diam. Menunggu Zet menyelesaikan ucapannya. "Kondisi Zoya semakin sering drop sekarang. Paling nggak...