29😍

6K 377 8
                                    


Suasana mobil Ferari berwarna hitam tersebut, kali ini benar-bener hening.
Shena yang sedari tadi membuang pandangannya ke arah jendela. Guna menenangkan fikirannya.

Dan Zieldra yang masih fokus menyetir, dengan pandangan sesekali melirik kearah Shena, air mata gadis itu sesekali masih menetes membasai pipinya.

Zieldra mengulurkan tanganya, diraihnya salah satu tangan gadis itu. Shena yang menyadari tangannya disentuh reflek menatap ke arah Zieldra. "Jangan sedih," bisik Ziel lembut.

Suasana kembali hening, hingga tanpa disadari mobil Zieldra sudah memasuki halaman rumahnya.

Lelaki itu segera turun, berlari kearah Shena dan membukakan pintu untuk kekasihnya, "Silakan turun princess," ujarnya sambil sedikit membungkukkan badannya.

Shena yang di perlakukan seperti barusan, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Dasar," gumam Shena dan segera keluar dari mobil tersebut.

Zieldra merangkul pundak Shena lantas menuntun gadis itu untuk segera memasuki rumah megah di depannya. "Nggak papa gue malem ini tidur disini?" tanya Shena penuh keraguan, dia merasa tidak enak dengan orang tua Zieldra.

Dan sepertinya Shena masih belum terbiasa dengan bahasa aku kamu, buktinya sesekali panggilan lo gue kerap kali terucap darinya.

It's okey Zieldra dapat memaklumi akan hal itu.

"Nggak papa udah ayo masuk, keburu makin dingin," seru Zieldra dan merekapun berjalan menuju pintu putih yang berdiri kokoh.

"Assalamualaikum"

Merasa tidak ada jawaban, tanpa menunggu waktu lama kedua manusia berbeda gender itu berjalan menuju ruang Makan, yap sesuai dugaan Ziel. Jam segini memang jamnya makan malam sesuai rutinitas yang biasa terjalin di rumah itu.

Kara yang tengah mengambilkan makanan untuk suaminya seketika mengkerutkan dahinya bingung.

"Loh Shena," Kara menatap Ziel meminta penjelasan, bukannya barusan Zieldra izin untuk mengantarkan gadis itu pulang.

Ziel yang di tatap seperti itu sontak berucap, "Nanti Gema jelasin Ma. Shen duduk yuk kita makan dulu."

Kara tersadar dari lamunannya, "Eh iya ayo sayang, duduk. Shena mau makan sama apa biar Mama ambilin," tawar Kara.

"Eumm.. Terserah Mama aja."

Mendengar jawaban itu, Kara mengambil nasi beserta lauk untuk gadis yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri. Dan di kasihnya piring yang sudah terisi itu ke arah Shena.

Shena menerimanya, senyum tipis terbit di bibir pucat gadis itu. "Terimakasih Ma."

Sedari tadi Bagas memandang Shena dan Ziel bergantian, pandangan Bapak dan anak itu bertemu. Dari tatapannya seolah berkata, "Kamu apain anak orang?"

Tanpa menjawab tatapan Bagas, Ziel kembali sibuk dengan rutinitasnya.

Mereka menikmati makan malam kali ini dengan suasana hening, hanya terdengar dentingan sendok yang bergesekan dengan piring.

Hingga beberapa menit kemudian, saat ini Shena berada di ruang keluarga bersama dengan Zieldra dan kedua orang tuanya.

Kara merasa aja yang tidak beres, dengan gadis yang saat ini ada di samping Zieldra. Seingatnya tadi Shena ijin pulang masih biasa biasa saja, namun kenapa balik lagi dengan muka murung.

Terlebih terlihat mata gadis itu yang sembab, pipi bengkak, juga ujung bibir yang terluka meninggalkan jejak darah yang sudah mengering.

Kara sontak menjerit, dia menatap tajam ke arah anak semata wayangnya. Dengan mata melotot dan suara kerasnya Kara bertanya. "KAMU APAIN SHENA GEMA!" bentak Kara mulai berfikiran negatif.

Shena Aquella {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang