📌Follow guys.
Beberapa menit kemudian Sean kembali ke kamar Shena, dengan segelas air putih di tangannya yang baru saja cowok itu ambil dari dapur.
Pemuda itu berjalan mendekati Shena dengan langkah pelan, entahlah apa yang sedang dia fikirkan.
Dapat Sean lihat Shena yang sedang duduk dengan punggungnya ia senderkan, di sandaran tempat tidurnya, serta kedua mata yang terpejam.
Beberapa detik berlalu dan Sean masih betah mengamati wajah adik nya tersebut, terlihat guratan garis kelelahan wajah cantik Shena.
"Sebenarnya apa yang terjadi sama lo Shen?" batin Sean bertanya, dia dapat menilai bahwa Shena menyembunyikan sesuatu darinya, hanya saja sampai detik ini Sean belum dapat menemukan jawaban dari pertayaannya selama ini.
Kedua mata Shena perlahan terbuka, "Kak" panggil gadis itu. Heran melihat Sean yang hanya diam mematung sambil menatap ke arahnya.
Bahkan panggilan dari Shena, sepertinya tidak mampu membuyarkan lamunan Sean. "Kak" panggilnya sekali lagi dengan volume lebih keras dari panggilan sebelumnya.
Sontak Sean tersadar dan segera menghampiri ranjang gadi itu. "Eh iya Shen, maaf," Sahutnya, "ini minumnya," lanjut Sean.
Tanpa menunggu waktu lama Shena meraih gelas yang Sean berikan, segera Shena habiskan isi gelas tersebut dengan beberapa kali teggukan.
Jujur mulut Shena terasa pahit akibat, beberapa butir obat yang sengaja gadis itu telan tanpa bantuan apapun. Shena sengaja melakukan itu, Ia hanya tidak mau membebani keluarganya dengan penyakit mental yang dia derita.
"Gimana Shen, kondisi lo?" tanya Sean khawatir, ini bukan kali pertama Sean, mendapati Shena seperti ini saat traumanya kambuh, hanya saja dirinya tetap takut terjadi apa-apa dengan adik tersayangnya.
Melihat kekhawatiran di muka kakaknya Shena hanya terkekeh. Sungguh dirinya merasa beruntung punya saudara sebaik Sean. "Gue gapapa," sahut Shena saat merasa jauh lebih baik dari tadi. Tapi rasa takut masih menguasai fikiran gadis itu saat ini.
"Makasih ya Kak," ucap Shena tulus.
"Kak, malam ini tidur di sini ya, temenin gue," pinta Shena penuh harap, sorot matanya terlihat meredup.
Mendengar permintaan dari adiknya tanpa pikir panjang langsung disetujui Sean, jujur kalau bisa pemuda itu ingin sekali ada 24 jam untuk menjaga Shena. Semenjak kejadian penculikan yang melibatkan adiknya 5 tahun lalu, Sean selalu takut adiknya pergi, dia takut Shena menyusul Bundanya. Pergi dan tidak pernah kembali.
"Iya sayang, Kakak bakal temenin Shena," ujar Sean membuat senyum terbit di bibir tipis Shena. "Sini Kak," Suruh gadis itu sambil menepuk pelan tempat di sampingnya, bermaksud agar kakaknya segera membaringkan tubuhnya di sebelah Shena.
Sean segera menuruti perintah Shena, dia membaringkan tubuhnya di kasuh berukuran queen size, dengan Shena yang ada di sampingnya, "Udah Kakak di sini, sekarang Shena tidur ya," suruh Sean sambil membenarkan letak selimut yang Shena pakai.
"Tuh lihat udah jam 23:00 ayo tidur," lirik Sean melihat jam Weker di atas nakas.
Akhirnya beberapa menit kemudian mereka berdua berhasil terlelap, terlihat jelas raut kelelahan dimuka mereka, entah lah.
Beberapa jam berlalu, terlihat sepasang Kakak-beradik yang masih terlelap dalam mimpinya, hingga tanpa diduga tiba-tiba,
Sean tersentak dari tidurnya saat terdengar rintihan suara Shena."To...long...."
"Jan...ngan.."
"Am....pu..n..."
"Sa...kit..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena Aquella {SELESAI}.
Teen Fiction•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~• "Ayah minta tolong ke Shena, pertimbangin permintaan Ayah kemaren." Paham akan maksud arah pembicaraan Zet, Shena masih diam. Menunggu Zet menyelesaikan ucapannya. "Kondisi Zoya semakin sering drop sekarang. Paling nggak...