Sedangkan di kediaman Alzaetta, Zet sedang menunggu putri bungsunya yang belum juga dateng ke meja makan.
Melihat waktu yang terus berjalan Sean bangkit dari tempat duduknya, "Biar Sean yang manggil Shena Yah."
Sesampainya di depan kamar adiknya "Shen buru turun udah siang, cepet sarapan!" seru Sean tanpa membuka pintu ruangan di depannya. "Apa masih tidur?" pikirnya.
Untuk memastikannya pemuda itu segera membuka pintu itu, setelah terbuka pandangannya menyusuri sekitar, guna menemukan gadis yang dia cari.
"Masih mandi kali ya?" gumam Sean dilangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang terletak di pojok ruangan kamar Shena. Dahi Sean mengkerut bingung. "Lah kosong," herannya saat di kamar mandi Adiknya juga tidak ditemukan.
Sean memutuskan kembali ke ruang makan, "Eh Bi Sumi lihat Shena nggak? Sean barusan nyari ke kamarnya nggak ada," tanya Sean saat menemukan ART rumahnya sedang mengelap debu di televisi.
Mendengar pertanyaan majikannya Sumi sontak mengganggukkan kepalanya, "Ah iya Den, tadi Bibi lihat Non Shena berangkat pagi-pagi, sekitar jam 6 man" jawabnya memberi informasi.
"Oh iya makasih Bi infonya,"
Zet melihat Sean yang kembali dari kamar anak bungsunya, "Gimana Kak, udah dipanggil Shenanya?"
"Shena gak ada di kamarnya Yah, kata Bi Sumi udah berangkat tadi jam 6," Sean mengucapkan itu sambil kembali duduk dan mulai acara sarapannya.
Keheningan tercipta di antara mereka hingga beberapa menit. "Apa Shena masih marah sama pertanyaan Ayah semalem makanya dia menghindari Ayah?" gumam Zet merasa bersalah.
Nada sendu dapat Sean dengar dari gumaman Ayahnya, "Ayah tenang aja nanti biar Sean yang nyoba ngomong ke Shena di sekolah."
Merasa perutnya sudah full keisi, Sean mengambil tas dan menyampirkan di salah satu bahunya, "Yaudah Sean berangkat dulu yah, udah siang." Diraihnya tangan Zet dan di kecupnya singkat, "Sean berangkat Yah, Assalamualaikum"
"Iya Walaikumsalam, hati-hati bawa motornya Sean,"
Menatap punggung anaknya yang semakin menjauh seketika sebuah penyesalan menyeruak di dalam dadanya, kedua mata lelaki paruh baya tersebut berkaca-kaca,"Natalie maaf, tolong ampuni semua kesalahanku," Batinnya sendu.
*****
"Ziel tunggu!"
Merasa ada yang memanggil lelaki itu menolehkan kepalanya, "Eh bro ada apa?".
"Eum ini lo tadi bareng Shena kan berangkatnya? Sekarang lo tau dia di mana ga? Barusan gue cari ke kelasnya kata Keyla belum dateng,"
"Ouh itu, iya Shena lagi di UKS sekarang," beritahunya pada kakak dari kekasihnya.
Terlihat raut khawatir di muka Sean, "Adek gue kenapa? Dia sakit?" tanyanya beruntun.
Mendengar itu Ziel hanya terkekeh, "Enggak, sengaja gue suruh tiduran di sana sampai jam istirahat, bandelnya itu anak gak ilang-ilang, kagak tidur dia semaleman,"
"Lagi slek dia sama bokap,"
Ziel tersenyum kecil menanggapi ucapan Sean, "Iya tau kok, Shena sempet cerita tadi,"
Sean menatap laki-laki di depannya, "Tolong jagain Shena ya Zel, gue percayain Adek gue ke lo, tolong jangan sakitin dia, Shena berarti banget buat gue," pinta Sean penuh permohonan ke kekasih adiknya.
"Tanpa lo minta gue bakal jagain Adek lo Sen, lo nggak usah khawatir akan hal itu, yaudah gue ke atas dulu ya ada perlu sama guru mau setor tugas," pamitnya dan diangguki oleh Sean lawan bicaranya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena Aquella {SELESAI}.
Teen Fiction•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~• "Ayah minta tolong ke Shena, pertimbangin permintaan Ayah kemaren." Paham akan maksud arah pembicaraan Zet, Shena masih diam. Menunggu Zet menyelesaikan ucapannya. "Kondisi Zoya semakin sering drop sekarang. Paling nggak...