Shena memasuki salah satu mobil Sean yang biasa mereka kendarai untuk berangkat sekolah. Dalam hati dia merutuki tingkah laku Zet yang akhir-akhir ini sering banget bikin mereka berantem. Ayolah bahkan obat yang pagi ini Shena minum sepertinya tidak berefek apapun untuk mengatasi mood-nya. Yang naik turun.Di tengah lamunannya seseorang membuka pintu dan duduk di kursi kemudi. Shena melirik sekilas ke arah kakaknya. "Masih pagi kali Shen, masa mau manyun kek gitu. Kalah tuh sama matahari," ujarnya sambil menarik kedua pipi Shena.
"Huft!"
"Sumpah nggak habis fikir gue sama Ayah Kak. Pengen banget ya nyatuin anak haram itu sama gue? Diboyong buat tinggal sama kita udah! Terus dimasukin ke Atlantas satu kelas lagi sama gue. Dan sekarang dia disuruh buat berangkat bareng kita!"
"Aaarrrggghhhhhh tauk ah!" pekik Shena emosi.
Tok..tok..tok..
Tiba-tiba kaca mobil Shena diketuk seseorang. Shena menurunkan kaca mobilnya. "Apa!" jawabnya dengan nada tidak bersahabat.
Dengan nada ragu, Zoya mengeluarkan suaranya yang nyaris seperti nada orang berbisik. "Euummm boleh nggak Kak gue duduk di depan, kalau di belakang gue suka mual," ujar Zoya merasa tidak enak.
Shena menghembuskan nafasnya kasar, dia memutar bola matanya jenggah. Ayolah Shena tidak sesabar itu Tuhan. "Banyak mau lo!" sehabis mengucapkan kalimat tersebut Shena keluar dan membanting pintu mobil kasar. Lantas beralih pindah ke belakang.
Enggak bukan tanpa alasan Shena dengan mudahnya disuruh pindah. Dia sudah muak dengan segala drama pagi ini. Ditambah lagi Zet sedang mengawasi interaksi mereka berdua. Shena hanya tidak mau Zet kembali memarahinya.
Saat kursi depan udah kosong, Zoya perlahan membuka pintu mobil, dan menduduki kursi bekas Shena barusan.
Sean hanya memandangi raut wajah Shena, yang terlihat semakin tidak bersahabat, dari kaca mobil yang bergantung di atas.
Sepanjang perjalanan terasa hening, hanya beberapa kali suara Zoya yang terucap. Namun tidak disahuti oleh Sean. Shena sendiri semakin enggan buat sekedar mengucapkan 1 kata pun. Moodnya yang sudah ancur, semakin hancur sekarang.
"Besok-besok gue mau berangkat bareng Zieldra aja dah! Dari pada harus satu mobil sama anak pelakor! Hih ogah banget gue!" gerutu Shena dalem hati.
Sesampainya di tempat parkir, mereka bertiga keluar dari mobil hitam itu. Sean merangkul pundak Shena dan melangkahkan kakinya menjauhi tempat parkir. Namun, baru beberapa langkah, suara seseorang terdengar. "Kak boleh bareng nggak ke kelasnya," pinta Zoya.
Sean tersenyum ramah ke arah Zoya, Shena yang melihat tersebut tentunya semakin geram. "Ayolah kenapa Sean mudah banget luluh sama tatapan sok polos gadis itu!" batin Shena kesal.
Sean melepas rangkulannya dari pundak Shena, Shena yang mulai menebak jalan fikiran Sean semakin melebarkan kedua matanya tidak percaya, "Serius nih Sean lebih milih dia dari pada gue?" batinnya emosi.
Dengan sekejap sorot pandang Sean berubah, senyum ramah dibibirnya juga ikut sirna. "Gini ya Zoya, harusnya lo sadar lo siapa! Masih gue kasih tumpangan buat ke sekolah aja udah untung! Tolong jangan makin ngelunjak bisa? Dan satu lagi jangan harap lo bisa deket sama gue apalagi sama Shena! Kalian beda. Shena Adik kandung gue dan lo, lo cuma anak hasil dari hubungan gelap bokap gue sama pelacurnya!" Sean berbicara dengan nada santai namun nusuk.
Dan setelah mengatakan hal tersebut, Sean kembali merangkul pundak Shena. Meninggalkan Zoya yang masih diam mematung di tempat.
Shena sendiri tidak menyangka dengan aksi Sean. Dia fikir kakaknya akan dengan mudah menerima Zoya sebagai adik tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena Aquella {SELESAI}.
Teen Fiction•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~• "Ayah minta tolong ke Shena, pertimbangin permintaan Ayah kemaren." Paham akan maksud arah pembicaraan Zet, Shena masih diam. Menunggu Zet menyelesaikan ucapannya. "Kondisi Zoya semakin sering drop sekarang. Paling nggak...