Hari demi hari berlalu dan tanpa terasa sekarang tepat satu bulan hubungan Shena dengan Ziel berjalan. Ziel mulai banyak tau tentang gadis itu, apa yang disukai, apa yang di benci, dari warna, makanan, kesukaan, 30 hari bersama gadis itu, cukup membuat pemuda tersebut menampung informasi tentang kekasihnya.
Kecuali masalalu serta penyakit mentalnya, Shena masih menutup rapat tentang itu semua. Baginya menceritakan hal tersebut hanya membuka luka lama buat Shena.
Jam menunjukkan pukul 19:00 gadis cantik itu sedang sibuk berurusan dengan buku pelajarannya, sampai-sampai hp yang daritadi berdering tidak ia hiraukan sama sekali.
Shena memang begitu jika sudah berurusan dengan buku, seolah tidak ia izinkan siapapun mengusik rutinitasnya. 1 jam berlalu dan gadis itu masih betah duduk didepan meja belajarnya."Tok...tok...tok.."
Suara pintu diketuk terdengar. "Masuk aja Kak, gak dikunci," teriak Shena tanpa menolehkan pandangannya ke arah pintu.
Cklekkkkk......
Suara pintu dibuka, perlahan sosok di balik pintu tersebut melangkahkan kakinya mendekati seseorng yang tengah mengerjakan sesuatu di meja belajar.
Shena merasakan seseorang mengusap rambut gadis itu lembut, "Ada perlu apa Kak, kalau gak penting keluar aja sono, lagi sibuk ngerjain tugas gue," ucap Shena tanpa mengalihkan pandangannya dari kumpulan buku di depannya.
Mendengar respon gadis di depannya orang tersebut menyeletuk tiba-tiba, "Tau deh yang lagi sibuk."
Merasa ada yang aneh Shena segera membalikkan badannya, berniat memastikan sesuatu.
Kedua mata gadis itu membola sempurna saat menemukan sosok yang dia rindukan sedang berdiri di belakangnya. "AYAHHHHH!" pekik Shena antusias, tanpa menunggu lama Shena segera bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Zet erat.
Sungguh Shena merindukan Ayahnya, 1 bulan bukanlah waktu yang sebentar buat Shena, "Shena kangennnnnnn," gumam gadis cantik itu.
Zet terkekeh melihat tingkah anak bungsunya, bagi beliau Shena tetaplah anak kecilnya, "Ayah juga kangen banget sama Shena," balas Zet membalas pelukan Shena tak kalah erat.
Setelah beberapa menit kemudian akhirnya pelukan manusia berbeda usia itu terlepas "Ayah kenapa lama banget sih di Kalimantan, betah banget perasaan di sana," decak sebal keluar dari bibir Shena.
"Maafin Ayah sayang, banyak yang harus Ayah urus," ujarnya memberi pengertian ke anak kesayangannya.
"Eummm Kak Sean udah tau Ayah pulang?"
"Udah, dari pagi Ayah sudah ngabarin Kakak kamu"
"Iiiissshhhhh kok Kakak dikabarin kok Shena enggak?" Mulut gadis itu semakin manyun mendengar pengakuan Zet.
Zet menyentil pelan bibir Shena, "Ampun deh manyun terus ini anak Ayah"
"Ayah gimana? Ayah sehat kan di sana? Makannya bener kan? Gak makan sembarangan? Jam istirahatnya gimana? Cukup kan? Ayah gak keseringan bergadang kan?"
Menanggapi pertanyaan beruntun dari Shena, Zet gemas sendiri dengan tingkah laku anak cantiknya tersebut." Iya tuan putri, Ayah baik-baik aja kok, Makan sama jam istirahat Ayah Aman," sahut Zet yang disambut senyuman tipis dari lawan bicaranya.
"Alhamdulillah,"
"Shena udah makan belum? Makan dulu yuk Ayah barusan pesen makanan dari luar, berhenti dulu belajarnya," ajak Zet, beliau paham betul jika Shena sudah berurusan dengan buku-bukunya suka lupa waktu.
Shena segera membereskan buku-bukunya menumpuknya menjadi satu di bagian pojok meja. "Yuk, Udah lama Shena gak makan bareng Ayah." Antusias gadis itu serasa menarik tangan Zet keluar dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena Aquella {SELESAI}.
Подростковая литература•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~• "Ayah minta tolong ke Shena, pertimbangin permintaan Ayah kemaren." Paham akan maksud arah pembicaraan Zet, Shena masih diam. Menunggu Zet menyelesaikan ucapannya. "Kondisi Zoya semakin sering drop sekarang. Paling nggak...