HAPPY READING.
Hari sudah terlalu larut. Dan seperti biasa Shena masih belum memejamkam matanya.
Pikiran gadis itu terasa penuh, banyak beban yang harus bahu mungilnya pikul, dan sayangnya hanya bisa dia tanggung sendiri.
Jujur Shena merasa sedikit segan harus merepotkan Zain terus-terusan. Namun kalau bukan dia dan Mamanya ke siapa lagi Shena meminta bantuan?
"Arrghhhhh sakit," penyakitnya kembali kambuh tanpa mengenal waktu. Shena hanya bisa meringkuk di atas ranjang miliknya sesekali menarik rambutnya sendiri, guna mengalihkan rasa sakit yang kian menyerangnya.
"Bunda.... tolongin Shena," gumam Gadis itu, perlahan air matanya jatuh, membentuk aliran sungai di pipi Shena.
"Sakit," rintih Shena, semakin terdengar memilukan.
Perlahan Shena mengulurkan tangannya, untuk meraih botol obat yang tersimpan di atas nakas. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, tanpa membuang waktu Shena menelan benda itu tanpa bantuan apapun.
Beberapa menit berlalu, dan beruntungnya rasa sakit di kepalanya kian mereda.
Efek obat yang dia minum, rasa kantuk perlahan mulai merenggut kesadarannya.
"Shena."
"Sayang."
Merasa ada yang memanggil dirinya, Shena menoleh berusaha mencari sumber suara lembut itu berasal.
Dan pandangan Shena jatuh ke sosok wanita yang tengah menatapnya sambil tersenyum.
"Bunda." pekik Shena antusias."Hallo sayang, Shena bertahan lebih lama lagi ya?" ujar Nathalie sambil menatap wajah Shena, dengan tatapan teduhnya.
"Iya Bunda,"
"Nanti kalau waktunya sudah tepat, Bunda bakalan jemput Shena. Shena mau?"
Shena menganggukkan kepalanya antusias, "Iya Shena mau. Tapi nanti Ayah sama Kakak gimana kalau Shena pergi?"
Nathalie yang mendengar pertanyaan dari anak gadisnya hanya tersenyum lembut.
"Shena nggak perlu khawatir akan hal itu, nanti akan ada pengganti Shena dari keluarga baru Ayah. Dan kita berdua cukup pantau kebahagiaan mereka dari atas langit. Shena mau kan mengikuti takdir yang sudah dituliskan untuk Shena?"
"Mau Bunda, apapun yang terjadi. Shena bakal jalani takdir yang sudah Tuhan gariskan."
"Yaudah Bunda pergi dulu ya sayang."
"Bunda...."
"Bun....."
Shena terbangun dari tidurnya, "Gapapa cuma lewat mimpi, yang penting masih bisa ketemu Bunda,"
********
Beberapa bulan berlalu, saat ini Shena sedang memandangi pantulan dirinya di cermin, "Shena makasih ya udah bertahan sampai sejauh ini. Gue tau jadi lo sangatlah tidak mudah. Sekarang kita sama-sama berjuang lagi yuk!"
"Lo hebat Shena!" ujarnya memberi apresiasi ke dirinya sendiri.
Shena memoleskan makeup untuk menutupi pucat di wajahnya, karna sampai sekarang penyakit itu masih dengan rapi Shena sembunyikan dari orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena Aquella {SELESAI}.
Teen Fiction•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~• "Ayah minta tolong ke Shena, pertimbangin permintaan Ayah kemaren." Paham akan maksud arah pembicaraan Zet, Shena masih diam. Menunggu Zet menyelesaikan ucapannya. "Kondisi Zoya semakin sering drop sekarang. Paling nggak...