23🌺

6.5K 421 23
                                    

📌 Guys, bantu Vote dan komen.
Makasih.🐈
Happy Reading.

******

Dilihatnya jam bermerk dengan harga puluhan juta yang melingkar di pergelangan tangan Ziel. "Shen, masih sore jalan yuk." Ajaknya lantas menarik lengan Shena agar segera berdiri.

Shena menunjukkan raut bingungnya. "Hah?" otak Shena seperti belum bisa diajak berfikir gara-gara kecupan yang pemuda itu kasih barusan.

Melihat kebingungan di wajah kekasihnya Ziel lantas terkekeh kecil. "Iya jalan, keluar lo nggak kangen apa sama gue? Udah lama kita nggak ngabisin waktu berdua," rayu Ziel

"Hayukkkk!" ujarnya sambil menarik tangan Shena

Shena yang geret seperti itu reflek memukul tangan Ziel. "Plak!"

Mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari kekasihnya. "Kok tangan gue digeplak sih" protesnya tak terima, seraya mengusap bekas pukulan Shena yang terasa lumayan perih di kulit tangannya.

"Hehehehhe maap."

"Ya habis main asal tarik aja! lo tunggu dulu di sini, gue mau ganti baju dulu, yakali keluar gue cuma pake baju ginian." Shena ngacir menaiki tangga menuju kamarnya.

Ziel kembali menduduki sofa, namun sebelum itu ia bergumam lirih melihat Shena berlari kecil menuju kamarnya. "Gemes banget sih, jadi makin sayang."

10 menit berlalu akhirnya gadis itu kembali, dengan celana jins hitam, kemeja biru muda serta jaket kulit navy. Tak lupa tas selempang kecil yang tersampir di bahunya.

"Yuk," Ajak Shena. "Sorry kalau lama."

Tanpa menunggu waktu lama Zieldra bangkit dari duduknya, digenggamnya tangan Shena sebelum mereka melangkah keluar, Zieldra sempet berbisik. "Cantik."

Shena merasa kedua pipinya bersemu merah,
"Bunda jantung Shena disco lagi," batinnya berteriak.

"Ayok Shen, heh malah ngelamun."

"Eh iya," ujarnya tersadar.

"Pegangan ay, Gue gak mau lo kenapa-kenapa!"

"Ay?" tanya Shena bingung dengan panggilan yang terasa asing menurutnya.

"Aku panggil kamu Ay boleh kan?" tanya Ziel kepada gadis yang duduk tepat di belakangnya, sambil perlahan menjalankan motor itu menyurusi jalan.

"Aku?"

Kedua sudut bibir Shena berkedut. "Ehem, ceritanya udah mulai aku kamu nih, bukan gue lo?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya guna menggoda cowok itu.

"Iya, yakali sama pacar sendiri masih gue lo."

"Mau kan Shen?"

"Biar romantis dikit."

Shena melingkarkan tangannya di perut Zieldra, memeluknya lembut seraya membisikkan sesuatu di telinga pemuda itu "Iya Zieldra sayang,"

"Makasih Ay, tetep di samping aku ya, jangan pergi lagi,"

Diraihnya tangan Shena yang melingkar di perutnya, Zieldra menggenggam tangan itu, diarahkan ke bibirnya, Zieldra mencium punggung tangan Shena sambil bergumam lirih, "Aku sayang kamu Shen." ucapnya sambil memejamkan matanya sekilas.

Mendapat perlakuan seperti itu Shena sontak menyembuyikan muka merahnya di pundak kokoh Zieldra.

Ziel yang mengawasi gerak-gerik Shena hanya terkekeh pelan, "Tuhan semoga Shena jadi wanita terakhir buat Zieldra, Aamiin," do'a pemuda tersebut.

Shena tersenyum malu, melihat Zieldra yang mengusap punggung telapaknya, yang masih melingkar di pinggang pemuda itu.

"Zel,"

Shena Aquella {SELESAI}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang