Saat ini Shena sedang dalam perjalanan pulang bersama Zieldra. Ziel sendiri heran melihat raut gelisah dari wajah kekasihnya. "Kamu kenapa sih Ay? Kaya nggak tenang gitu dari tadi?" tanya Zieldra."Itu, anu...."
"Anu apaan?"
"Itu..."
"Iya itu apaan?" Ziel terlihat mulai gemes sendiri, sekaligus penasaran.
Tiba-tiba kedua mata Shena berkaca-kaca. Dia takut kalau Ziel akan marah dan menganggapnya ceroboh.
"Heeyy.... kenapa nangis? Kamu kenapa?"
"Ada masalah? Sini cerita sama aku, siapa tau aku bisa bantu,"
Tangis Shena semakin pecah. Ziel yang khawatir sontak memberhentikan mobilnya ke pinggir jalan.
"Lah malah makin kejer nangisnya," celetuk Ziel semakin kebinggungan.
"Sayang kamu kenapa?"
"Kalung, kalung dari kamu hilang,"
"Tadi masih ada kok pagi, tapi barusan pas aku ngaca di toilet sekolah kalungnya udah nggak ada," jelas Shena dengan air mata yang semakin deras menetes. Hidung Shena terlihat merah sekarang.
"HAH?" Ziel tercengang mendengar penuturan Shena.
"Jangan marah, aku aku janji bakal nyari kalung itu sampai ketemu!" Shena tengah ketakutan. Takut Zieldra marah atau bahkan kecewa kepadanya.
"Ck...." Ziel berdecak sebal.
"Jadi kamu nangis kaya gini perkara kalung?" tanyanya tak habis fikir.
"Iya,"
Karena gemas, Ziel menarik kedua pipi Shena. "Ampun dah, itu cuma kalung Shen. Nggak perlu di tangisin. Nanti aku bisa beliin lagi buat kamu. Yang penting bukan kamunya yang ilang!"
"Aishhhh aku serius Zel!" seru Shena sebal.
"Ya aku juga lebih serius Shen!"
"Udah nggak usah nangis-nangis lagi. Cuma perkara kalung ini. Jelek nanti muka kamu kaya badut" ledek Zieldra.
"Tapi sayang aja harus ilang," gumam Shena masih tidak rela.
"Udah gapapa, nanti aku beliin lagi!" seru Zieldra enteng.
"Apa sekarang aja mau langsung ke toko perhiasan?" tawar Zieldra.
Shena menolak mentah-mentah usulan Zieldra. "Gamau mau langsung pulang aja, mau nyari kalungnya siapa tau jatuh di rumah." jawab Shena.
"Bener?"
"Iya!"
********
Shena memasuki rumah saat mobil Ziel terlihat sudah menjauhi rumahnya.
Tanpa membuang waktu Shena memutuskan untuk berlari ke kamarnya, dia ingin mencari barangnya yang hilang.
Belum juga menaiki tangga, seseorang menghentikan niatnya. "Katanya mau ngejauhin Zieldra, tapi sampai sekarang gue lihat-lihat kenapa makin lengket ya!" celetuk seseorang.
"Urusan lo apa?" tanya Shena santai.
"Enggak gue cuma nanya," sahut Zoya.
Shena hanya tersenyum tipis, "Lo yakin walaupun gue ngejauhin Ziel dia masih mau kembali sama lo?"
"Jelaslah, secara gue cinta pertama Zieldra."
"Cinta pertama belum tentu posisi lo masih spesial dihati Ziel!"
"Kalaupun nanti gue pisah sama Zieldra, gue harap dia dapetin cewek yang lebih baik dari gue! Dan pastinya bukan lo" tunjuk Shena tepat di wajah Zoya.
"Lo," Zoya yang mulai geram hendak melayangkan tamparannya ke muka Shena. Namun, lebih dulu Shena tepis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena Aquella {SELESAI}.
Teen Fiction•~•~•~•~•~•~•~•~~•~•~•~•~• "Ayah minta tolong ke Shena, pertimbangin permintaan Ayah kemaren." Paham akan maksud arah pembicaraan Zet, Shena masih diam. Menunggu Zet menyelesaikan ucapannya. "Kondisi Zoya semakin sering drop sekarang. Paling nggak...