5-B

71 3 0
                                    

Esokan harinya. Hari begitu cerah saat itu, tapi suhu udara sangat sejuk, tidak panas seperti hari-hari sebelumnya. Suara itu sangat cocok untuk piknik, atau sekedar berjalan-jalan bersama keluarga dan sahabat. Namun tidak dengan Ivy yang terlihat tidak begitu menikmati hari libur itu. Ivy menatap dari kekejahuan sekelompok orang berpakaian serba hitam berdiri mengelilingi sebuah lubang galian serta peti mati. . Mereka adalah keluarga serta orang-orang terdekat Danil, mereka berkumpul di sana untuk melakukan prosesi pemakaman. Ivy juga melihat banyak para siswa SMA datang untuk memberi penghormatan terakhir pada Danil. Dan memberikan setangkai bunga. 

Salah satu dari mereka adalah Brayen, pria itu melihat kehadirannya dari kekejahuan. Dimana saat itu Brayen berdiri bersama kelompok berbaju hitam itu. Fokus pria itu pada Ivy teralihkan saat Natali mengajaknya bicara. Saat itu Ivy hanya bisa mengendus kasar, ia merasa ada sesuatu yang tidak enak di dadanya. Rasanya sesak. Dia cemburu !

"Apa aku cemburu ?" Tanya Ivy pada dirinya sendiri.

Pikiran Ivy teralihkan saat ia melihat Leo berjalan menjauh dari kelompok berbaju hitam itu. Ivy pun berjalan mendekatinya, dia berniat untuk menghipnotisnya agar bisa mendapatkan informasi mengenai kejadian kebakaran 6 bulan lalu.  Saat Ivy berada di dekatnya, Ivy mulai membaca mantra untuk menghipnotis Leo,  namun ia tidak berhasil, itu membuat Ivy kebingungan. Sementara Leo, hanya berdiri di depan Ivy , menatap Ivy dengan bingung atas sikap Ivy yang nampak aneh.

"Ke, kenapa tidak mempan ?" Gumam Ivy.

"Kau sedang bicara apa ?" Tanya Leo polos.

"Ah, tidak. Aku, hanya ingin mengobrol denganmu." Ucap Ivy kaku, lalu ia tertawa aneh.

"Tumben sekali, apa ada masalah apa memangnya." Ucap Leo.

Leo terlihat santai, namun dia bukan pria yang bodoh. Dia sangat cerdas, bahkan dia salah satu murit berprestasi di sekolah. Terlepas dari hal itu, dia pria yang ramah dan tenang, namun dia juga sangat pendiam.

Ivy sendiri tidak memiliki masalah apapun dengan Leo. Hubungan mereka bisa di bilang baik-baik saja, hanya saja mereka memang tidak akrap. Hal itu karena mereka memiliki sifat yang berbeda dan karakter yang bertolak belakang.

"Ah... Itu..."

Ivy nampak bingung harus memulai dari mana, dia juga agak ragu harus bertanya pada Leo soal insiden itu atau tidak. Namun nampaknya Leo bisa mengerti maksut Ivy.

"Kalau itu ada hubungannya dengan Jessica, sebaiknya jangan bicara di sini." Ucap Leo.

Setelah mengatakan itu, Leo melihat kearah kelompok berbaju hitam itu, lalu ia kembali menatap Ivy masih dengan wajah datarnya. Sementara Ivy, ucapan Leo itu membuat Ivy terkejut, tapi dia senang.

"Ikut aku." Ucap Leo.

Leo dan Ivy pun pergi bersama. Tanpa Ivy dan Leo sadari, dari kejauhan sedari tadi Brayen memperhatikan mereka. Ia menatap keduanya dengan tajam tan tangan yang terkepal. Dia terus menatap keduanya, hingga mereka benar-benar menghilang dari pandangannya.

Leo membawa Ivy parkiran, agar mereka bisa mengobrol dengan nyaman di dalam mobil pribadinya. Mobil Leo adalah jenis mobil limosin. Sesuai namanya, mobil itu sangat mewah, dengan nuansa bewarna hitam. Tepat di samping mobil itu, berdiri seorang pria paruh baya, yang taklain adalah supir pribadi Leo. Itu membuat Leo seolah dia keturunan bangsawan, atau setidaknya anak konglomerat.

Mereka bicara di sana berdua. Pembicaraan itu santai, namun juga serius. Leo mulai menceritakan awal kedekatannya dengan Jessica, bagaimana mereka pacaran, orang-orang yang dekat dengan Jesicca, memberitahu Ivy beberapa kegiatan atau acara Jesicca ya g dia ketahui sebelum kebakaran, dan orang-orang yang dia curigai. Pria itu menceritakan apa yang dia ketahui.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang