8-A

56 2 0
                                    

***

Pada malam hari, di suatu taman. Ivy duduk seorang diri. Menatap langit yang gelap gulita tanpa adanya bintang dan bulan. Saat itu, Ivy sedang merenungkan kejadian hari ini.

Ivy mengalihkan pandangannya, ia menatap kedua telapak tangannya lalu berkata "Aku sudah tahu siapa pelakunya, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa."

Ivy merasa sangat sedih, pasalnya ia tahu siapa pelaku pembunuh Jesicca, tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Kasus meninggalnya Jesicca sudah di tutup, dan jika ia membuka kasus itu kembali apakah ia memiliki kesempatan untuk membuktikan semua itu, sementara dia bahkan tidak memiliki banyak bukti. Bahkan sakti semuanya telah di sogok oleh keluarga Emeli yang kaya raya.

Selain itu, keluarga Jesicca kini sulit di temui. Mereka menjadi lebih tertutup dan memilih pindah keluar kota. Ivy berpikir mereka melakukan hal itu untuk mencari ketenangan, atau melupakan tragedi mengerikan Jesicca. Namun semakin Ivy memikirkan hal itu, ia mulai berspekulasi jika keluarga Jesicca mungkin sudah di berikan uang kompensasi, sehingga mereka tak banyak bersuara, atau mereka di ancam. Kemungkinan itu bisa terjadi, terlebih keluarga Emeli memang sangat kaya dan memiliki pengaruh yang luar biasa di Eropa.

Ivy mendesah kasar, ia memutuskan untuk berhenti memikirkan hal itu, karena itu hanya akan membuat hatinya sakit. Ivy pun memutuskan untuk beranjak dari teman itu karena hari mulai dingin. Tapi masalahnya Ivy bingung harus bermalam di mana.

Ivy tidak ingin pulang ke-rumah karena masalahnya dengan Rouni tadi sore. Ivy agak takut pria itu melaporkannya pada polisi, dan ibunya setuju akan hal itu, jadi lebih baik tidak pulang ke rumah untuk sementara waktu. Sebenarnya Ivy sadar jika apa yang di lakukan ya salah, tapi  Ivy merasa apa yang dia lakukan juga benar, jadi dia tidak akan pernah mau untuk minta maaf.

"Pria bejat seperti dia pantas menerima hal ini !" Gumam Ivy dalam hati.

Sambil berjalan Ivy berpikir kemana dia akan bermalam, tanpa sengaja Ivy melihat hotel bintang lima di sebrang jalan, dekat taman. Ivy pun berpikir untuk tidur di sana, dengan cara menghipnotis para pegawai hotel.

Saat ia memikirkannya, senyum di bibirnya merekah. Pasalnya Ivy tidak pernah tidur di hotel, bahkan dia tak berani membayangkannya. Tapi dengan kekuatannya, dia bisa melakukan hal yang dirasa tidak mungkin. Bukankah impian Ivy sebenarnya sederhana, namun kenapa sangat sulit baginya untuk memilikinya.

Ivy pun dengan semangat pergi ke hotel itu. Dia hanya tinggal menyebrang jalan saja, namun sebelum itu ia harus menunggu jalanan sepi. Saat Ivy menunggu itulah, Ivy mendengar suara pesan masuk dari hpnya. Ivy segera Melihat layar hpnya, ternyata itu pesan dari Brayen.

Ivy membuka pesan itu, ternyata pria itu hanya menanyakan kabar Ivy sekarang. Itu membuat Ivy merasa bersalah, dan ia merasa penasaran dengan ingatan Brayen. Dia ingin tahu, bagaimana ia di mata Brayen. Tapi terlepas dari itu semua, Ivy sangat ingin melepas kerinduannya selama ini pada pria itu ? Dia ingin memeluk dan mencium bibir pria itu, tidak peduli jika pria itu sudah punya kekasih atau belum.

"Apakah aku sekotor itu ?" Gumam ivy.

Ivy berpikir apa yang dia pikirkan adalah hal kotor, tapi setelah ia ingat-ingat lagi, ada banyak hal buruk yang dia lakukan. Hal yang diluar nalar, seperti menggunakan sihir, menyakiti seseorang dengan sihirnya, melihat sesuatu yang seharunya tidak di lihat dan masih banyak lagi. Itu membuat Ivy merasa lebih kotor, tapi alih-alih untuk bertobat, ia malah berpikir untuk melakukan yang lebih dari itu, daripada setengah-setengah.

"Aku sudah kotor, kenapa tidak sekalian jatuh saja. Aku tidak masalah di penuhi lumpur." Gumam Ivy.

"Aku, apakah aku bisa jadi selingkuhan ? Tapi, apakah dia mau memiliki kekasih buruk rupa seperti ku ?" Lanjut Ivy sambil menatap pesan dari Brayen.

Sebenarnya, Ivy tidak begitu yakin bisa mendapatkan Brayen kembali, terlebih wajahnya yang sudah rusak. Namun Ivy sangat ingin mencobanya, ia ingin mencoba mendekati Brayen kembali, meski itu hanya sesaat.

Ivy pun memakan tombol panggilan. Saat itu jantung Ivy berdebar tak karuan, dan perutnya merasa tergelitik. Dia gugup. Itu aneh, tapi dia menikmatinya.

Setelah beberapa detik Ivy menunggu telponnya di angkat, namun Brayen tidak mengangkatnya. Ivy pikir Brayan tak mungkin mau mengangkat telponnya, dan berniat untuk mematikan panggilan itu. Namun sebelum niat itu di laksanakan, barang malah mengangkat telpon itu.

"Hai Ivy, a... iya Ivy, ada apa ? A... Maaf lama ngangkat telponnya, tadi aku baru menemui ayahku."

Suara Brayen terlihat begitu berat dan dia terdengar gugup. Entah apa yang membuatnya merasa begitu gugup, tapi yang jelas suara Brayen itu sudah mampu membuat jantung Ivy berdebar tak karuan. Ivy merasa begitu senang, seakan tubuhnya terbang.

"Brayen, aku merindukanmu." Ucap Ivy, yang membuat Brayen terdiam.

"Aku..."

Sebelum Brayen menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba sebuah mobil menabrak Ivy dengan begitu keras. Ivy tak bisa mendengar apapun, kejadian itu begitu cepat hingga Ivy tak bisa menghindarinya.

Untuk beberapa detik Ivy merasa tubuhnya melayang di udara, ia masih bisa melihat langit yang gelap serta jalanan yang sangat ramai. Pada detik itu, Ivy berpikir dia akan mati setelah tubuhnya menghantam jalanan yang keras. Namun, tubuhnya seperti jatuh kedalam Ari, namun detik kemudian Ivy merasa tubuhnya di telan sesuatu, semua terasa gelap dan dingin.

Ivy tak bisa merasakan apapun, tangannya serta tubuhnya terasa begitu kaku, suaranya juga tak bisa keluar, tapi yang pasti ia merasa masih bisa bernafas. Saat Ivy membuka matanya kembali, Ivy tidak lagi melihat langit yang gelap, ia masih berada di pinggir jalan dimana jalan itu dekat dengan taman serta hotel yang ingin Ivy tuju. Tapi kondisi dua tempat itu sedikit berbeda, serta langit yang terlihat masih cerah dalam kondisi bersalju. Semua di tutupi oleh salju putih yang sangat indah.

"Aku, ada di mana ? Apa aku sudah mati ?" Gumam Ivy.

***

Hai pembaca, mohon maaf jika terdapat kesalahan pengetikan dalam penulisan dalam novel ini. Jangan lupa komentar atau kritik yang membangun agar kedepannya saya bisa lebih baik lagi. Jangan lupa juga like dan follow ya.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang