"Acara pemakan Danil akan di laksanakan besok. Apa kau akan pergi ?"
"Tentu, kenapa tidak. Lagipula besok adalah hari libur, jadi aku akan melihat prosesi pemakamannya. Aku harap kita semua datang."
Perlahan lahan, Ivy membuka matanya. Ia melihat ke sekelilingnya, saat itu ia berada di dalam kelas, suasana sangat lenggang saat itu, mungkin karena jam istirahat. Lalu Ivy menatap kedua gadis yang duduk tidak jauh darinya. Mereka tampak asik membahas pemakaman Danil yang akan di selenggarakan besok. Tidak hanya mereka, siswa lainnya juga membahas soal pemakaman dan penyelidikan kasus kecelakaan Danil dan teman-temannya.
Kasus meninggalnya Danil dan teman-temannya belum juga menemui titik terang. Semua orang berpikir itu hanya kecelakaan biasa, tapi tidak bagi pihak kepolisian, itu terasa janggal. Ada banyak kejanggalan-kejanggalan yang di temukan seperti bagaimana mobil itu terbalik di jalanan lurus tanpa hambatan ? Kecepatan mobil saat itu normal, jadi bagaimana mobil itu terbalik ? Kenapa ke empat remaja itu di hutan ? Dimana hp korban ? Kenapa ada bekas sperma di baju korban ? Dan masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang sulit di jelaskan.
"Entah lah, aku tidak begitu dekat dengannya. Dia juga anak yang nakal, aku agak malas datang ke pemakamannya."
"Hei, jangan bicara begitu."
Mereka terus bicara soal Danil, terkadang mereka terlihat sangat peduli, tapi kadang mereka juga membahas soal aip Danil dan teman-temannya selagi hidup. Itu sangat tidak pantas, tapi mereka melakukannya terus menerus.
Ivy yang tak ingin mendengar hal itu, bangkit dari tempatnya duduk. Ivy pergi meninggalkan kelas dengan santai dan pelan. Ivy pergi menuju ruangan laboratorium. Saat Ivy berada di depannya, Ivy memastikan terlebih dahulu tempat itu sepi, setelah memastikan tempat itu sepi, Ivy masuk.
Ivy melihat isi laboratorium itu dengan seksama. Itu mengingatkannya pada kejadian mengerikan, diaman ia menemukan Jessica yang sudah bersimbah darah bersamaan dengan api yang terus berkobar. Ivy juga membayangkan bagaimana lemari penyimpanan gelas kaca itu menimpa dirinya. Bayangan itu masih terbayang dengan sangat jelas, membuat perasannya tidak karuan. Rasanya, hatinya seperti teriris.
Ivy menarik nafas dalam dalam, lalu mengembuskan dengan kasar. Berharap ia menjadi sedikit tenang. Setelahnya, Ivy mencari cctv di setiap sudut ruangan itu, namun ia begitu kecewa saat melihat benda itu tidak ada.
"Seingat ku, dulu itu pernah di pasang di sana. Tapi kenapa tidak ada, saat persidangan, itu juga tidak di temukan." Ucap Ivy sambil menatap ke salah satu sulit ruangan.
Fokus Ivy teralihkan saat ia mendengar suara langkah kaki memasuki laboratorium. Tanpa melihat Ivy sudah tahu siapa sosok itu, dia adalah Brayen. Pria tampan dengan rambut yang mencolok.
"Kenapa kau terus menggangguku !" Ucap Ivy kesal.
Dalam hati ya sebenarnya Ivy sangat merindukan pria itu, tapi ia akan merasa terluka setiap kali melihat pria itu. Ia masih mencintai pria itu, meskipun mereka sudah lama tak bersama. Ia ingin membencinya, tapi ia tidak mampu membenci pria itu, jika ia berada di dekat pria itu lebih lama, Ivy takut ia akan lemah.
"Ivy, tolong dengarkan aku dulu. Kita harus bicara !" Pinta pria itu.
Ivy menatapnya, tatapan pria itu Melayu. Dia tampaknya menyimpan kerinduan yang teramat sangat besar, namun itu membuat Ivy merasa bingung dan bertanya-tanya, "apa dia merindukanku ? Atau itu hanya perasaanku ?" Ivy ingin menanyakannya langsung, tapi kalimat itu tak bisa ia keluarkan, rasanya ia akan tersedak setiap kali akan menanyakannya.
Sebenarnya, Ivy hanya takut pria itu berbicara sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan Ivy. Membayangkannya saja, Ivy merasa hatinya telah teriris, bagaimana jika itu benar-benar terjadi ? Mungkin ia akan menangis lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Historical FictionIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...