8-B

61 4 0
                                    

***

"A, aku dimana ?" Gumam Ivy.

Ivy melihat sekelilingnya, tempat itu masih tempat yang sama dengan yang dia lihat beberapa menit yang lalu, tapi suasana serta keadaan sekitarnya terasa berbeda. Keadaan itu membuat  Ivy merasa sangat takut, dia sangat gelisah. Ivy mulai berlari dengan panik ke arah taman, dan terus bertanya-tanya dimana dia sekarang. Ivy ingin bertanya, namun ia terlalu takut untuk bertanya. Beberapa orang yang melihatnya, hanya sekedar melirik lalu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mereka tidak begitu peduli.

Ivy pun menghentikan langkahnya, tak kala tubuhnya terasa begitu lemas. Dia di serang kepanikan, yang membuat kakinya tak bisa menopang berat badannya. Ivy terjatuh. Ivy mencoba mengatur nafasnya, lalu berusaha menengkan diri.

Namun baru beberapa detik dia berfikir untuk menahan emosinya, tiba-tiba kotoran burung jatuh di bajunya. Tanpa basa-basi, dengan penuh amarah Ivy menggunakan kekuatan sihirnya untuk membakar burung itu serta membersihkan kotoran burung itu pada bajunya. Ivy yang saat itu sedang marah tanpa sadar membuat burung itu hangus seketika.

"Kau tidak boleh menggunakan sihir sembarangan di sini ! Kalau sampai ketahuan, kau bisa mendapat masalah besar !"

Suara itu menyadarkan Ivy, dan itu sedikit mengurangi kepanikannya. Ivy menatap sosok yang berbicara itu. Dia adalah anak laki-laki berambut putih dengan warna mata putih keabu-abuan, itu warna mata yang langka. Dia juga memiliki wajah yang tampan, serta suara yang sangat menggemaskan.

Untuk sesaat Ivy terpesona dengan anak itu, namun ia mengabaikannya, karena ada hal yang lebih menarik di sini, yaitu anak kecil itu tahu soal sihir.

"Kau, bicara padaku ?" Tanya Ivy untuk memastikan.

"Tentu saja ?" Ucap anak itu sambil mengangguk pasti, setelahnya dia menggunakan kaca mata aneh dan sangat tebal.

"Kaca mata apa yang kau gunakan, kenapa sangat aneh ?" Tanya Ivy penasaran.

"Ini untuk melindungi mataku." Ucap anak kecil itu, polos.

"Emangnya, matamu kenapa ?"

"Aku buta. Ayah memintaku memakainya. Katanya agar mataku tidak semakin rusak."

"Kacamata itu keren. Kau terlihat tampan saat memakainya. " Ucap Ivy bong.

Ivy hanya ingin menghibur anak itu, agar dia tidak berkecil hati hanya karna kacamatanya terlihat agak aneh. Ini juga Ivy lakukan Karan ia merasa bersalah karena sudah menyinggung mata anak itu.

Tapi sesaat kemudian Ivy berpikir "dia kan buta, kenapa dia tahu aku menggunakan sihir ?' pikir Ivy kaget.

"Ah, trimakasih." Ucap anak kecil itu.

"Dan... Kalau kau tidak bisa melihat, tahu darimana kalau aku baru saja menggunakan sihir ?" Tanya Ivy sedikit penasaran.

"Aku memiliki kemampuan spesial, yaitu bisa merasakan dan melihat energi sihir seseorang." Ucap anak itu.

"Dan kau memiliki kemampuan yang luar biasa, untuk usia mu." Lanjut anak kecil itu lagi, Ivy yang mendengarnya mengangkat satu alisnya. Seolah terkejut saat mendengarnya.

"Trimakasih atas pujian mu." Ucap Ivy.

"Meskipun aku tidak begitu mengerti apa yang dia ucapkan." Lanjut Ivy dalam hati.

Berbicara dengan anak kecil itu membuat perasaan Ivy menjadi sedikit lebih baik. Entah kenapa, tapi itu bagus.

"Tapi, apa kau seorang penyihir juga ?" Tanya Ivy.

"Mungkin. Semua keluargaku seorang penyihir yang saaaangat hebat. Jadi mungkin aku akan menjadi penyihir sama seperti pendahuluku." Ucap anak kecil itu bangga.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang