Seorang gadis berdiri di pinggir jalan. Menatap gerbang utama yang digunakan untuk memasuki kawasan apartemen elit. Gadis itu masih menggunakan seragam sekolah, menggunakan masker yang menutupi sebagain wajahnya, rambutnya bewarna coklat ke hitam dan tubuhnya kurus. Dia adalah Ivy.
Ivy terlihat masih mengagumi bangunan di dalam sana, yang terlihat jelas dari celah gerbang utama. Itu adalah apartemen mewah yang terletak di pusat kota, dimana hanya orang kaya dan orang-orang berkuasa saja yang dapat tinggal di kawasan itu. Kawasan itu juga tidak bisa dimasuki sembarangan, hanya orang-orang yang memiliki akses yang bisa. Seperti pemilik apartemen, petugas, dan beberapa teman yang mendapatkan izin dari si-pemilik apartemen. Secara logika, Ivy tidak akan mungkin bisa memasuki gedung itu, namun Ivy punya sihir, yang membuat jalan hidupnya menjadi lebih mudah.
Ada dua jalan utama, dan 3 jalan lain untuk memasuki kawasan apartemen elit itu. Kedua pintu utama itu, memungkinkan mobil untuk masuk, dan memiliki pengawasan yang sangat ketat. Tiga pintu lainnya hanya bisa di masuki pejalan kaki, atau mengguna sepeda. Tempat itu tidak punya pengawas atau security, mereka hanya perlu kartu atau kata sandi untuk masuk pintu. Ivy sendiri lebih memilih melewati pintu yang di khususkan untuk pejalan kaki atau pesepeda, karena tampaknya lebih mudah untuk di masuki.
Setelah selesai mengawasi keadaan sekitar, Ivy melangkah maju, dengan penuh keberanian serta kemarahan yang begitu besar. Perasan itu meluap di dadanya. Terasa menyakitkan hingga Ivy ingin sekali menghancurkan sesuatu, tapi kali ini Ivy akan melampiaskan amarahnya pada orang yang tepat. Ya... Kepada pelaku yang telah membuat hidupnya dalam masalah.
Saat Ivy sampai di salah satu pintu masuk khusus untuk pejalan kaki, pintu itu masih tertutup dengan rapat. Pintu itu terbuat dari besi yang dicat putih, ada CCTV yang terpasang di sudut dinding, serta ada Door Knob Lock atau sejenis kunci pintu yang terpasang di sana. Pintu itu hanya bisa di buka dengan kartu khusus atau kata sandi untuk masuk, namun Ivy jelas tidak memiliki kedua hal itu.
Ivy pun menatap ke arah CCTV untuk beberapa detik, setelahnya Ivy pura-pura mengisi kata sandi di Door Knob Lock. Pada kenyatannya, Ivy menggunakan mantra sihirnya untuk membuka pintu itu.
Beberapa detik kemudian, pintu itu langsung terbuka, Ivy langsung masuk kedalam. Ivy langsung menuju apartemen keluarga Elena. Ivy masih mengingatnya dengan jelas jalan ke apartemen milik Elena, pasalnya ia pernah beberapa kali ke rumah Elena, hanya untuk bermain.
Apartemen Elena terletak di gedung paling depan, dan berada di lantai paling atas gedung atau di Penthouse. Itu membuat Ivy membutuhkan beberapa menit untuk sampai ke sana, tapi untungnya Ivy tidak menemukan kendala apapun, tidak ada yang mencegatnya atau menghalanginya.
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Ivy sampai di lantai apartemen Elena berada. Ivy keluar dari lift, namun dia begitu kaget saat mendengar suara pintu apartemen Elena akan terbuka. Tak ingin ketahuan, Ivy segera bersembunyi di tangga darurat yang kebetulan berada di sebelah lift.
Karan posisi Ivy membelakangi pintu, ia sedikit kesulitan untuk mengintip, jadi Ivy menggunakan hpnya untuk melihat mereka. Ivy menyeting kameranya terlebih dahulu, agar tidak ada suara apalagi cahaya saat mengambil foto maupun video. Saat Ivy berhasil mengambil Video, dia begitu terkejut saat melihat hasil gambar yang dia ambil.
Disana Ivy melihat Elena dan Natali bersama. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu. Mereka terlihat sangat serius, namun disini Elena terlihat sangat kurus, dan wajahnya sangat kusam. Dia tidak lagi merawat tubuhnya. Dia nampak kacau.
"Natali ? Kenapa dia ada di sini ? !" Gumam Ivy.
"Apa yang sedang mereka bicarakan, aku ingin tahu." Gerutu Ivy.
Ivy begitu penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, Ivy pun berpikir untuk menggunakan kekuatan sihirnya. Namun ia gagal, dia tidak bisa melakukannya.
"Sial, kenapa mantra sihir ku tidak berfungsi ? Apa karna posisi mereka terlalu jauh jadi tidak mempan." Gerutu Ivy.
Tidak lama kemudian, Natali dan Elena-pun mendekat ke arah lift. Ivy pun segera bersembunyi dengan cara berjalan dengan sangat pelan menuruni anak tangga, agar mereka tida menyadari kehadirannya.
"Sial, mereka sudah mau keluar lagi." Gerutu Ivy.
Ivy pun memutuskan untuk tidak mengikuti mereka. Ivy berpikir untuk menunggu Elena di sana, lagipula tubuhnya sudah sangat lelah hati ini.
30 menit kemudian, Elena kembali ke apartemennya. Saat Gadis itu baru saja keluar dari lift, Ivy menyapanya dengan ramah, namun kehadiran Ivy membuat wajah Elena pucat pasi.
"Halo Elena." Sapa Ivy dengan senyum sumringah nya, tapi senyum itu membuat wajah Elena semakin pucat. Seperti mayat hidup.
"I, Ivy ! Ke, kenapa kau di sini ?!" Ucap Elena dengan suar gemetar.
Tanpa Elena sadari, saat itu ia berjalan mundur. Seolah berusaha menjauh dari Ivy, namun Ivy berjalan begitu tepat mendekati Elena, dengan hati yang penuh dengan kebencian di hatinya. Rasa marah yang seakan menguap hingga ke ubun-ubun-nya.
"Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau di sini. Bukannya kau harusnya berada di luar negri untuk melanjutkan studi mu." Ucap Ivy, saat ia sudah berada di depan Elena.
Jarak mereka begitu dekat saat itu, hanya 30 cm. Ivy bisa melihat keadaan Elena lebih jelas di jarak sedekat itu. Dia, terlihat lebih buruk dari yang Ivy pikirkan, wajah Elena nampak sangat kusam, lingkaran hitam di bawah matanya nampak jelas, bibirnya pucat dan kering, tubuhnya kurus kering dan rambutnya terlihat kusut. Itu membuat Ivy bertanya-tanya, apakah dia depresi, atau dia sakit ?
"A, aku sedang liburan sekolah." Ucap Elena yang terlihat jelas kebohongannya.
"Begitu ya." Ucap Ivy, terdengar ambigu.
Ivy menatap Elena dengan wajah datarnya untuk sesaat. Lalu ia menunjukkan sebuah paket yang sudah Ivy buka sebelumnya, itu adalah paket ancaman yang biasa Ivy terima. Kali ini paket itu berisi boneka Barbie tanpa kepala, serta pecahan gelas.
Ivy menunjukkan isi paket itu pada Elena, itu membuat Elena gemetar takut, lalu Ivy bertanya "Ohya, apa kau tahu siapa pengirim paket ini ?"
"A, apa yang kau katakan !? aku..." Sebelum Elena menyelesaikan kalimatnya, Ivy dengan sengaja menjatuhkan paket itu, membuat semua isinya keluar.
Suara pecahan kaca itu terdengar sangat nyaring, dan langsung berserakan di lantai. Pada, saat itu, Elena hanya bisa berteriak kencang. Gadis itu sangat kaget, bahkan kakinya hampir saja terluka karna pecahan kaca itu.
Elena berniat untuk pergi menjauh dari Ivy, namun Ivy dengan cepat menahan tangannya, lalu ia berbisik "Mengerikan bukan. Dulu aku juga seperti itu saat membuka paket ini. Kali ini, aku akan mencaritahu siapa yang mengirimnya, lalu membuatnya mengalami hal yang sama dengan yang boneka ini alami."
Ivy mengakhiri kalimatnya dengan kata "Pembunuh !"
Itu langsung membuat Elena lemas, hingga ia hampir saja jatuh. Namun sebelum itu terjadi, beberapa pelan keluar dari apartemen Elena. Mereka menangkap tubuh Elena yang terlihat sangat rapuh.
"Apa yang terjadi." Tanya salah satu dari mereka.
"Aku tidak tahu, dia mendadak menjadi aneh setelah melihat isi paket." Ucap Ivy.
Pelayan itu pun melihat di sekelilingnya, dan dia sangat terkejut saat menyadari ada begitu banyak pecahan kaca serta boneka Barbie tanpa kepala.
"Ka, kau siapa ?!" Tanya pelan Elena, dia tampak marah saat itu.
"Bagaimana kau bisa masuk ? " Tampah pelayan elena.
"Tenang lah, aku tidak berniat jahat pada Elena. Aku kan, sahabatnya. Apa kalian tidak ingat dengan wajahku ? Aku pernah beberapa kali ke sini." Ucap Ivy dengan dingin.
"Pergi sekarang, atau ku panggil polisi !" Ucap pelayan itu.
Ivy pun pergi setelah mendengar hal itu, bukan karna dia takut, tapi dia tak mau repot-repot. Sementara Elena, hanya bisa menatap kepergian Ivy dengan wajah pucat serta tubuh gemetar-nya. Entah apa yang dia pikirkan soal Ivy saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Historical FictionIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...