17-B-2

40 1 0
                                    

"Tepat di atas tangga sebelah kiri, itu adalah kamar perempuan. Dan sebelah kanannya adalah kamar khusu anak laki-laki." Jelas Elsie Cotton.

***

"Setiap anak harus membersihkan kamar mereka masing-masing, serta mencuci baju mereka sendiri. Kau bisa bertanya kenapa siswi lain dimana tempat mencuci baju. Dan kau bisa melakukannya dengan manual, maupun dengan sihir. Kau juga tidak boleh keluar dari asrama putri diatas jam 9 malam. Jika ketahuan, kau akan terkena hukuman." Jelas Elsie Cotton.

Beberapa detik kemudian, Ivy dan Elsie Cotton sampai di kamar yang akan Ivy tinggali. Kamar itu sangat besar, bersih, harum dan bagus. Itu seperti kamar hotel, hanya saja dia memiliki nuansa abad pertengahan. Itu unik. Setiap kamar, hanya ada dua ranjang berukuran besar, 2 kemari besar dimana baju akan disimpan, 2 rak buku rak buku dan masih banyak lagi perabotan di ruangan itu. Masing-masing anak memiliki perabotan mereka masing-masing.

"Ini kamar mu." Ucap Elsie Cotton.

"Kamu sekamar dengan gadis bernama Marlin." Ucap Elsie Cotton sambil mengetuk pintu, karena pintu tak kunjung dibuka, Elsie Cotton akhirnya membuka pintu itu dan mendapati seorang gadis tengah membaca buku sambil berbaring di atas kasur.

"Nak, itu Marlin." Tambah Elsie Cotton sambil menatap Ivy.

"Hi Marlin !" Sapa Elsie Cotton ramah.

"Hi Elsie." Sapa Marlin lesu tanpa mengubah posisinya.

"Perkenalkan, dia Elsie Ulusoy, kau bisa memanggilnya Ivy. Ivy, perkenalkan, dia Marlin Dominik." Ucap Elsie Cotton.

Marlin yang mendengar hal itu bangun. Dia segera mendekati Elsie Cotton dan Ivy. Marlin menatap Ivy dengan tajam dan seolah menganalisa Ivy. Itu sangat terganggu, Ivy merasa tersinggung dengan sikap Marlin, namun dia masih bisa menahan dirinya dengan tetap diam.

Ivy mengulurkan tangannya, hendak bersalaman sebagai tanda perkenalan. Namun Marlin hanya menatap tangan Ivy dengan sinis seolah tangan Ivy kotor. Itu membuat Ivy sangat tersinggung.

Susana seketika menjadi dingin dan mencekam. Elsie Cotton yang melihat hal itu merasa tidak enak, dia dengan cepat berkata "A, Ivy, jika kau kesulitan, kau bisa tanya pada Marlin. Dia akan membantumu, iyakan Marlin ?"

Elsie Cotton berharap suasana menjadi hangat kembali, tapi nampaknya Ivy dan Marlin tidak berniat berhenti dalam perang dingin.

"HM…" balas Marlin, lalu ia kembali ke kasurnya. Kembali sibuk dengan bukunya.

Elsie Cotton kembali menatap Ivy, lalu berkata "Baiklah, kalau begitu, aku pergi dulu." Yang hanya dibalas dengan tatapan dingin.

Entah kenapa, Ivy merasa muak dengan sikap Elsie Cotton yang bersikap baik padanya. Ia merasa muak, dan itu aneh, Ivy sadar jika dia harusnya merasa senang saat di perlakukan baik, tapi ia merasa sesak di dada menerima perlakukan baik dari Elsie Cotton.

Ivy pergi ke- kasur miliknya. Dia duduk disana, dan melihat dengan teliti semua barang yang sudah dipersiapkan oleh Cagatay sebelumnya tertata rapi di sana. Ivy tidak mengerti bagaimana mereka bisa melakukannya dengan begitu rapi dan cepat, padahal seingat Ivy barang-barang itu baru diberikan dua jam lalu.

"Seharusnya kau masuk ke sekolah ini saat usiamu 12 tahun." Suara itu mengalihkan perhatian Ivy.

Ivy menatap si-pemilik suara. Marlin, gadis itu juga menatap Ivy dengan sinis. Ivy yang sudah sering menerima perlakukan seperti itu, ternyata masih tidak menyukainya. Ivy tidak suka jika ada orang yang menatapnya dengan sinis, jiwa iblisnya seakan memberontak. 

Tangan Ivy terkepal, dia menatap Marlin tajam seolah siap membunuhnya, ia merasa sangat marah saat itu. Marlin yang melihat hal itu merasa takut, ia merasa aura di sekitarnya menjadi sangat mencekam, gelap dan suram. Lalu tiba-tiba seorang gadis tiba-tiba saja muncul dihadapan Ivy,  gadis itu memiliki paras yang serupa dengan Ivy, hanya saja dia memiliki bekas luka bakar di wajahnya. Dan dia menggunakan baju seragam yang basah dan kotor.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang