***
Saat hari mulai gelap. Murray dan Ivy bersiap untuk mendirikan tenda, dan memasang lingkaran sihir pelindung agar mereka tidak di ganggu binatang buat atau manusia Semidio yang belum jinak lainnya.
Ivy menatap Murray yang saat itu hendak pergi meninggalkannya. Ivy yang penasaran memanggil nama Murray, lalu berkata "Kau mau kemana ?"
"Aku ingin mencari kayu bakar." Ucap Murray.
"Ya, hati-hati ya, dan cepat kembali"
Murray tersenyum lemah sambil menatap Ivy penuh arti, setelahnya dia berpi. Ivy yang melihat hal itu, dia hanya menatap Murray dengan alis merajut. Dia kebingungan dengan sikap Murray yang aneh.
Murray berjalan menjauh dari Ivy dengan langkah pelan, sambil memungut ranting-ranting pohon yang sudah kering. Setelah beberapa melangkah, Murray ternyata sudah berada di pinggir hutan. Murray terdiam saat ia melihat hamparan padang rumput yang luas. Hal yang paling menggembirakan adalah, dia melihat rumah kayu sederhana berdiri kokoh tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Murray menjatuhkan kayu yang tadi dia kumpulkan, lalu berbalik ke arah Ivy. Ivy yang melihat hal itu agak kaget, namun saat Murray memberitahu apa yang dia lihat, senyum dibibir ivy terukur dengan indah.
"rumah ?" Tanya Ivy memastikan.
"Atau itu hanya halusinasimu saja ?" Lanjut Ivy.
"Tidak, itu benar-benar rumah." Ucap Murray yakin.
"Sungguh. Kalau begitu, ayo kita kesana." Ucap Ivy yang terlihat sangat semangat.
"Ke, kesana ?" Ulang Murray yang nampak kaget.
"A… Ivy. Bagaimana jika orang yang tinggal di sana orang jahat ?" Lanjut Murray.
"Tenang saja. Kalau mereka orang jahat. Kau kan bisa menyihir mereka menjadi batu." Ucap Ivy, lalu ia menepuk pundak Murray, sekolah memberikan semangat dan membuat Murray semakin percaya diri pada kemampuannya sendiri.
"Ini konyol. Aku tidak mungkin bisa melawan mereka." Ucap Murray lesyu.
Mendengar hal itu, Ivy memegang kedua pundak Murray. Menatapnya dengan tatapan serius, lalu berkata "Jangan meremehkan kemampuanmu. Ayo yakin aku bisa, lagipula kita sudah berlatih selama beberapa hari."
Ivy mengatakannya dengan yakin. Ini membuat Murray bahagia. Ini kali pertamanya dia mendapat begitu banyak kepercayaan.
***
Seorang pria paruh baya sedang menyusun potongan kayu ke dalam rak kayu. Dia menyusunnya dengan sangat rapi. Tanpa pria itu sadari, Ivy dan Murray sudah ada di belakangnya."Permisi." Ucap Ivy ramah.
Mendengar suara Ivy itu, pria paruh baya itu meloncat kaget. Dia segera berbalik untuk menatap siapa yang baru saja bicara, dan dia sangat kaget bercampur takut saat melihat Ivy dan Murray.
"Astaga, siapa kalian !?" Ucap pria itu dengan nada tinggi dan raut wajah yang begitu kaget.
"E… manusia." Ucap Ivy, yang terdengar agak ragu.
Ya, karena pada kenyataannya Ivy tergolong manusia Semidio, dan Murray jelas seorang manusia Semidio. Mereka berdua adalah penyihir, namun tidak mungkin Ivy bilang jika mereka berdua adalah menyihir. Seseorang mungkin akan menganggapnya gila, atau malah berpikiran buruk padanya.
"Ka...Ka lian… Manusia ?" Ucap pria itu yang terdengar seperti pertanyaan.
"Tentu saja kami manusia, kau pikir kami apa ?" Ucap Murray kesal.
Sekilas Ivy memperhatikan pria itu dari ujung rambut hingga kaki. Dari bentuk fisiknya, dia adalah pria sehat berpostur tubuh tinggi tegap, kurus, dengan rambut coklat tua panjang dan kulit putih. Sementara bajunya terlihat sangat sederhana. Bahan dasar pakaiannya bisa di bilang kasar, dan modelnya sangat kuno. Model pakaian pria itu seperti pakaian di akhir abad ke 12.
Ivy segera mengalihkan pandangannya, dia menatap pria itu dengan benar, lalu berkata "Maaf ke-tidak kesopanan-nya tuan. Namaku Ivy, dan dia Murray."
Ivy menundukkan sedikit kepalanya untuk menghormati pria tua di hadapannya. Sikap Ivy yang ramah dan tenang membuat pria paruh baya itu sedikit tanang.
"Ah… namaku Royan." Ucap Pria paruh baya di hadapan Ivy.
"Jadi, kenapa kalian bisa ada di sini ?" Tanya Rayon lagi sambil menatap Ivy dan Murray dengan tajam denuh selidik.
Rayon seakan curiga pada Ivy dan Murray, dan ini membuat Ivy merasa agak tidak nyaman pada saat itu. Hal itu wajar karena mereka berada di tempat yang sangat jauh, berpakaian mencurigakan serta fisik mereka yang jauh berbeda. Hal yang paling mencolok adalah rambut, rambut Ivy terlihat sangat putih, dan Murray silver. Tentu warna berambut itu sangat tidak biasa. Seseorang mungkin berpikir jika mereka adalah manusia jadi-jadian.
"A... Itu... Ceritanya sangat panjang. Tapi, bisakah anda menunjukkan jalan ke kota terdekat ?" Ucap Ivy.
"Kota ?" Ulang Rayon, yang dengan cepat di balas anggukan oleh Ivy.
"Hah... Kota jaraknya sangat jauh nona. Anda bisa menempuh selama 1 Mingguan perjalanan darat, dan 3 hari jika melewati jalur laut." Jelas Rayon.
"Se, sejauh itu ?" Ucap Ivy.
Murray yang mendengarnya ikut menimpali "Kita bisa mati dalam perjalanan !"
Merasa tak terima dengan ucapan Murray, Ivy dengan cepat menatap pria muda yang berdiri di sampingnya itu dengan tajam, lalu berkata dengan tegas "Jangan asal bicara ! Aku tidak akan mati, dan aku juga tidak akan membiarkanmu mati di tempat ini !"
Mendengar hal itu wajah Murray kembali memerah seperti kepiting rebus. Dia menutup mulutnya dengan tangan kirinya lalu mencoba menghindari tatapan Ivy yang membuat jantungnya berdebar dengan cepat. Ivy yang melihat sikap Murray malah semakin kesal.
Sementara itu, tanpa Ivy dan Murray sadari. Rayon sedari tadi memperhatikan mereka. Di dalam pikiran Rayon dia berpikir jika Ivy dan Murray adalah pasangan muda yang sedang melarikan diri agar bisa hidup bersama. Pada masa itu, bukan hal aneh jika ada banyak pasangan muda yang melarikan diri karena tidak direstui.
"Apa kalian sudah menikah ?" Tanya Rayon yang membuat Ivy dan Murray terkejut.
"Ha ? Me, menikah ? ap... Apa maksud pertanyaan ?" Tanya Ivy dengan suara terbata-bata.
Ivy menatap Murray, seakan memberi kode akan pria itu mengatakan sesuatu. Namun Murray hanya terdiam. Dia seperti patung saat mendengar pertanyaan dari pria tua itu.
"Aku memperhatikan kalian tidaklah mirip sama sekali. Apa kalian sepasang kekasih yang sedang melarikan diri ? Jika ia, sebaiknya kalian menikah terlebih dahulu, karena tidak baik pria dan wanita tanpa status yang jelas bersama." Jelas pria tua itu.
"Aa.. itu. Kami tidak…"
Belum sempat Ivy menyelesaikan kalimatnya, pria tua itu kembali berkata "Jika kalian ketahuan melakukan zinah, kalian akan dihakimi warga."
"A, i..."
"Ka, kami..."
Ivy kembali ingin ingin mengatakan sesuatu untuk menjelaskan hubungannya dengan Murray, namun lagi-lagi pria tua itu memotong ucapannya dengan begitu cepat. Dia tak memberi Ivy kesempatan bicara.
"Sebaiknya kalian menikah. Aku seorang pendeta. Aku bisa mengeluarkan bukti pernikahan dengan cepat, jadi kalian tidak perlu khawatir. Aku juga tidak akan meminta biaya sepeserpun pada klaim.Kalian harus menikah. Hindari dosa !"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Historical FictionIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...