29-B-2

35 1 0
                                    

Satu Minggu kemudian. Saat matahari tengah merangkak ke singgasananya, Ivy telah terjaga. Dia mengangkat karung tepung di punggungnya yang kecil dengan susah payang. Seorang pria yang berusia 2 tahun lebih tua darinya melihat kesulitan Ivy. Dia bernama Dion. 

Dion mendekati Ivy, lalu berkata "Biar ku bantu."

Ivy mencoba menolaknya, namun pria itu merebut kering tepung itu darinya dengan penuh semangat. Lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.

Dion masuk ke dapat, dimana roti itu akan di buat. Disana sudah ada nyonya Loren. Nyonya Loren menatap putranya dengan wajah sinis, hal itu karena Nyonya Loren tahu apa yang di pikiran anaknya.

Anaknya menyukai Ivy, sebenarnya Nyonya Loren tidak masalah dengan Ivy. Ivy gadis yang baik serta cantik dimatanya, namun status Ivy yang telah menikah tidaklah layak untuk anaknya. Mereka jelas tidak bisa bersama. 

"Berhentilah mencari perhatiannya. Dia itu sudah menikah !" Ucap nyonya Loren tegas. 

"I, ibu !" Ucap Dion yang terdengar seperti keluhan.

"Apa ?!"

"Cepat pergi sana !" Lanjut nyonya Loren.

Dion pun pergi dari dapur dengan menghentakkan kakinya. Dia nampak kesal. Tidak lama setelah Dion pergi, Ivy baru baru masuk ke dapur.

Nyonya Loren yang menyadarinya segera berkata "Kemari kau. Cepat bantu aku mengadon roti ini."

"Ya, nyona." Jawab Ivy patuh.

***

Beberapa jam kemudian, pekerjaan membuat roti telah selesai. Kini Ivy dengan merapikan susunan roti di toko. Dia melakukannya dengan sangat rapi dan cepat.

Saat Ivy tengah sibuk menyusun roti yang baru saja masak di rak, seorang pria masuk ke toko itu. Ivy yang menyadarinya segera melupakan aktivitasnya, untuk melayani pembeli.

"Permisi tuan, ada yang bisa kami bantu ?" Ucap Ivy dengan ramah, tidak lupa dia tersenyum agar pembeli merasa lebih nyaman.

Pria itu menatap Ivy seolah menyelidiki sesuatu, membuat Ivy agak tidak nyaman. Pria itu sendiri berusia sekitar 30 tahunan, dia nampak berkelas, bahkan dasar bajunya terlihat bagus. Ini menunjukkan kelasnya di dalam masyarakat pada zaman itu, mungkin dia orang kaya atau budak seorang bangsawan.

"Kau orang baru di sini " tanya pria itu.

"Ah, iya tuan." Ucap Ivy.

"Namaku Lukas Francisco." Ucapan pria itu membuat Ivy bingung, hal itu karena dia memberi tahu namanya.

"Duh, kenapa dia malah memberitahu namanya ? Apa dia ingin berkenalan denganku ?" Gumam Ivy.

Pada saat itu, Ivy bingung harus mengatakan apa, dia hanya menundukkan kepalanya. Beberapa detik kemudian, tuan Tutin datang sambil membawa nampan panas berisi roti yang baru maska. Pria itu segera melihat pria bernama Lukas itu, dan segera berjalan mendekatinya.

"Ah, tuan Lukas." Sapa tuan Tutin ramah.

Ucapan itu mengalihkan pandangan Lukas dari Ivy, lalu pria itu berkata "Ayo kemari. Barang pesanan anda ada di sini."

Ini membuat Ivy merasa lega. Ivy segera undur diri secara perlahan. Dia kembali ke dapat. Tanpa Ivy sadari, Lukas masih memperhatikannya, hingga dia benar-benar menghilang dari balik dinding.

***

Saat Ivy sampai di dapur, nyonya Loren sudah ada di sana. Wanita itu menatapnya  dengan mata memicing, namun saat itu Ivy tidak menyadari kehadiran nyonya Loren.

"Apa dia mengatakan sesuatu padamu ?" Ucap nona Loren.

"Astaga, nyonya ! Anda me-ngagetkan saya !" Protes Ivy, dia langsung mengelus dadanya yang terus naik turun akibat dikagetkan.

"Jawab pertanyaan ku ?" Ucap Nyonya Loren yang terdengar sedikit memaksa.

"Tidak, nyonya. Dia hanya memberitahu namanya." Ucap Ivy.

"Bagus. Lain kali kau harus lebih berhati-tahu dengan pria itu." Jelas Nyonya Loren.

Sebenarnya tadi, nyonya Loren-lah yang meminta suaminya untuk keluar agar membebaskan Ivy dari tatapan Tuan Lukas. Beruntung itu berhasil.

"Dia suka mempermainkan wanita !" Tambah Nyonya Loren.

"Ba, batik nyonya." Jawab Ivy patuh.

***

Satu Minggu berlalu dengan cepat. Seperti biasa, sebelum berangkat kerja Ivy menyempatkan diri untuk membuat sarapan serta bekal untuk Murray. Setelahnya dia pergi sendirian ke toko roti milik nyonya Loren.

Saat itu hari masih gelap. Meskipun begitu, Ivy tidak merasa takut sama sekali. Sebenarnya Murray ingin mengantarnya, namun itu tidak pernah terjadi karena Ivy tidak pernah membangunkan Murray. Hal ini karena Ivy tidak tega membangunkan murray.

Pria itu melakukan pekerjaan berat, pulang saat hari mulai sore, dan terkadang juga membantu pekerjaan rumah. Jadi Ivy tidak tega membangunkan pria itu.

Saat Ivy sampai di toko roti, dia langsung bekerja membuat roti. Ivy, nyonya Loren, suami serta kedua anaknya membuat roti sangat banyak setiap harinya. Hal itu karena di desa hanya ada satu penjual roti, yaitu nyonya Loren. Sementara orang-orang menjadikan roti sebagai salah satu makanan pokok mereka, jadi tidak heran jika nyonya Loren dan keluarganya harus bekerja sangat keras.

"Kau belajar dengan cepat." Puji nyonya Loren saat melihat Ivy tengah menguleni adonan roti.

"Terima Kasih nyonya." Ucap Ivy, lalu dia tersenyum.

"Dibelakang ada roti sisa. Jika kau mau, ku bisa membawanya pulang."

"Sungguh nyonya ?" Tanya Ivy memastikan.

"Ya. Bawalah pulang beberapa." Mendengar hal itu, Ivy merasa sangat senang, karena dengan begitu dia bisa lebih hemat. Meski itu hanya roti sisa, tapi Ivy merasa sangat senang.

"Terima Kasih nyonya. Anda sangat baik." Ucap Ivy.

***

Jika Ivy tengah membuat kode, maka di tempat lain Murray sedang berjalan ke tempat kerjanya. Namun langkah Murray terhenti saat dia melihat beberapa orang berkumpul seolah sedang menonton sesuatu.

Seorang pria berbadan kurus dan berbaju lusuh bersimpuh di tanah yang becek sambil berkata "Ma, maaf tuan. Saya tidak sengaja. Ampuni saya tuan."

Pria itu memohon dengan air mata yang terus mengalir deras dari matanya. Pria itu memohon ampun kepada seorang pria berbadan tegap yang tengah berdiri di hadapannya.  Pria itu tidak lain adalah Tuan Lukas.

"Maaf mu itu tidak akan membuat baju-ku menjadi bersih !" Ucap Lukas yang terkesan angkuh dan sombong.

"Kau harus mengganti rugi !" Lanjut Lukas yang membuat pria bertubuh kurus berbaju lusuh itu menangis semakin histeris.

"Apa yang sedang ku sihat ?" Ucap seseorang yang membuat Murray tersadar.

Murray melihat siapa yang baru saja bicara. Itu adalah teman kerja Murray, bernama Xia.

Xia melihat ke tempat yang tadi menjadi pusat perhatian Murray, lalu dia berkata "Ah… tuan Lukas."

"Kau mengenal orang itu ?" Tanya Murray, yang terdengar agak penasaran.

"Tentu saja, siapa yang tidak mengenalnya. Dia adalah anak kepala desa. Tapi dia tidak mencerminkan sebagai anak seorang pemimpin, dia sangat memalukan. Tidak hanya terkenal sangat arogan, dia juga terkenal sangat sombong, kejam dan mata keranjang. Ada banyak gadis di desa yang menjadi korban *****. Kau harus hati-hati dengannya !" Jelas Xia yang terlihat sangat membenci Lukas.

"Sudahlah. Sebaiknya kita tidak pergi bekerja." Lanjut Xia.

Xia dan Murray pun pergi ke tempat kerja. namun baru beberapa langkah, perhatian Xia tertuju pada bungkusan yang Murray pegang, karena merasa penasaran Xia pun bertanya sambil menunjuk ke arah benda yang Murray pegang.

"Oh, apa ini ?"

"Oh, ini kentang rebus. Bekal dari istriku." Ucap Murray yang terdengar bangga, dan dia tersenyum setelah kalimatnya berakhir.

"Ah, istrimu sangat perhatian ya." Puji Xia.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang