32-B-2

35 1 0
                                    


"Hai McKellen." Panggil seseorang.

Murray menghentikan langkahnya, dia menatap sosok yang baru saja memanggilnya. Ya… McKellen, orang-orang sering memanggil Murray dengan nama itu. Imhal itu karena Murray merasa tidak nyaman jika orang yang tidak dia kenal memanggil nama depannya.

"Ah, kau rupanya Xia." Ucap Murray sambil menatap sosok yang tadi memanggilnya.

"Lama tidak bertemu. Kau  apa kabarmu ?" Ucap  Xia ramah.

"Kabarku baik. Bagaimana denganmu ?"

"Ya, aku baik. Sekarang kau kerja di mana ?"

"Aku menjadi pemburu." Ucap Murray.

Xia terdiam sejenak. Dia nampak aneh saat itu, membuat Murray merasa agak tidak nyaman.

"McKellen. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." Ucap Xia sambil memperhatikan sekitarnya.

"Tapi aku harap kau tidak menyalah artikan maksud dan tujuanku." Lanjut Xia.

"Ada apa dengannya? Gaya bicara dan tingkahnya sangat aneh." Batin Murray.

"kau harus berhati-hati dengan tuan Lukas."  Ucap Xia yang membuat Murray penasaran hingga alisnya mengkerut.

"Tuan Lukas ? Kenapa dengannya ?" Tanya Murray penasaran.

"Dia tampaknya menyukai istrimu."

Ucapan itu membuat langsung membuat Murray terdiam. Dia kembali teringat bagaimana pria itu bersikap kasar kepada orang miskin, serta kejadian dimana dia sedang mengobrol dengan Ivy di toko roti.

"Meskipun istrimu sudah menikah. Tidak ada jaminan jika dia akan setia denganmu, apalagi jika dia sampai tergoda dengan harta kekayaan tuan Lukas." Lanjut Xia.

Murray yang mendengar hal itu dengan cepat berkata "Istriku orang yang setia ! Aku mengenalnya !"

Murray mengatasinya dengan penuh penekanan dan keyakinan.  Murray begitu yakin jika Ivy tidak akan mengkhianatinya, karena dia sudah melihat dan merasakan betapa sulitnya mendapatkan hati Ivy. Meskipun itu benar-benar terjadi, Murray jelas tidak akan tinggal diam. Dia akan menggunakan seribu satu saya agar kekasihnya tetap bersama dengannya.

Xia yang melihat tatapan tajam Murray menelan ludahnya. Dia tahu pria itu marah, namun amarahnya terlihat sangat menakutkan. Membuat nyali Xia Sean menciut.

"Tapi tetap saja. Kau harus waspada. Tuan Lukas orang yang licik dan berbahaya." Ucap Xia.

Tak ingin membuat Murray semakin marah. Xia pun segera pamit undur diri. Sementara Murray segera bergegas pulang ke-rumah untuk memastikan keberadaan istrinya. Hari ini sebenarnya masih terang, namun Ivy pulang lebih cepat karena pekerjaannya telah selesai.

Setelah berjalan menit, akhirnya Murray sampai di depan rumahnya. Dia merasa lega saat melihat cerobong asap rumahnya mengepul, menandakan Ivy ada di rumah. Murray mempercepat langkahnya, memasuki rumah. Saat dia membuka pintu, Murray melihat Ivy sedang memasak.

Ivy yang menyadari kepulangan Murray segera mendekatinya. Dia tersenyum lalu berkata "selamat datang."

Murray mengambil lengan Ivy, dia melihat tangan itu sudah terpasang cincin yang baru Murray beli. Ini membuat murray merasa sangat senang, karena Ivy menghargai pemberiannya dengan memakainya. Padahal, ini hanya cincin emas biasa tanpa permata atau hiasan lainnya.

Murray membalas senyum gadis itu, lalu bertanya "Apa yang sedang kau masak ?"

Belum sempat Ivy menjawabnya, Murray dengan nakal mencium bibir Ivy. Awalnya itu hanya kecium singkat, namun saat bibir mereka terpisah Ivy merasa kehilangan. Ivy meju mendekat, mencium pria itu lebih panas. Tentunya, Murray membalasnya dengan takkalah liar.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang