"sial ! Kenapa ini tinggi sekali." Gerutu Murray.
Murray menatap sebuah apel merah yang berada di ujung ranting pohon. Buah itu berukuran besar, merah dan terlihat sangat lezat. Buah itu terlihat sangat menggoda, namun dia terlalu tinggi untuk Murray gapai. Dia sudah mencoba untuk memanjat, namun karena cabangnya terlalu rapuh, Murry memutuskan untuk mengambilnya di bawah dengan bantuan kayu panjang.
Sebenarnya Murray sudah mengumpulkan cukup banyak buah apel. Namun dia masih menginginkan buah itu lebih banyak untuk stok makanan.
Karena tak kunjung mendapatkan buah apel incarannya, Murray pun akhirnya menyerah. Dia segera pergi mengambil semua apel yang dia kumpulkan di atas batu. Setelahnya Murray pergi pulang.
Setelah menempuh jarak beberapa menit, akhirnya Murray sampai ke kempat dimana Ivy membuat lingkaran sihir. Di sana Murray sudah membangun tenda sederhana dari kayu dan daun-daunan untuk mereka berteduh jikalau hujan datang. Tenda itu tidak lah besar, tapi cukup untuk melindungi mereka berdua. Tapi untungnya belum ada hujan selama mereka di sana.
Setelah sapi di dekat tenda itu, Murray meletakkan buah-buahan yang dia kumpulkan di satu tempat. Setelah ya, Murry pergi memasuki tenda. Duduk tepat di samping gadis yang tengah berbaring tidak sadarkan diri.
Murray mendesah kasar, lalu berkata "ini sudah dua hari. Tapi kau juga belum bangun-bangun, aku juga tidak menemukan satupun manusia normal di tempat ini. "
Ya, ini sudah dua hari Ivy tidak sadarkan diri. Murray tidak tahu apa yang terjadi pada Ivy karena dia tidak punya pengetahuan soal medis, ataupun obat-obatan. Tapi untungnya suhu tubuh Ivy mulai normal, dan warna kulitnya mulai normal. Meskipun demikian, Murray masih cemas karena gadis itu tidak di periksa dengan ahlinya.
Murray semakin prustasi, karena dia berada di tempat yang belum pernah dia datangi sebelumnya. Belum lagi ada banyak manusia Semidio yang sangat buas. Semua mahluk itu tidak sejinak manusia yang ada di negri Semidio yang Murray tahu selamanya. Mereka semua yang ada di hutan itu sangat buas dan menakutkan.
Malam hari adalah hal yang paling mengerikan. Murray menyaksikan bagaimana manusia-manusia Semidio itu berburu mencari mangsa. Mereka terlihat begitu buas. Mereka juga sempat hendak menargetkan Murray serta Ivy, namun mereka tidak bisa mendekat karena mantra pelindung yang telah Ivy pasang. Bukankah Ivy sangat hebat, bahkan di saat dia sekarat, gadis itu masih memikirkan keselamatan Murray.
Meskipun begitu, ini masih membuat Murry sangat ketakutan. Dia lebih baik meringkuk di samping Ivy yang tidak sadarkan diri. Namun mereka membutuhkan makanan, sementara di tempat persembunyian mereka tidak ada makanan. Ivy juga sakit, sehingga Murray harus mengandalkan dirinya sendiri. Jadi Murray terpaksa pergi sendiri untuk mencari makanan dan minuman untuk bertahan hidup.
Murray hanya mencari buah-buahan liar, serta mengambil sedikit air dari aliran sungai yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat perlindungan mereka. Dengan sihir sederhana, Murray bisa melakukannya dengan baik, namun kemampuan itu jelas tidak bisa di andalkan. Itu sebabnya Murray hanya berni berkeliaran di sekitar lingkaran pelindung sihir yang sudah Ivy buat sebelumnya.
Murray mendesah. Dia menatap Ivy yang saat itu tengah terbaring tidak sadarkan diri tidak jauh darinya. Lalu Murray mengambil satu apel. Murray menggigit, namun sebelum itu dia membersihkannya dengan sedikit air.
Murray mengunyahnya sampai halus seperti bubur, lalu ia mendekati Ivy. Murray menatap Ivy dengan wajah yang sudah merah padam. Murai mengambil nafas panjang, menutup matanya lalu Murray memasukkan apel yang dia kunyah kedalam mulut Ivy. Setelah itu, ia memastikan Ivy menelannya dengan baik, setelahnya Murray melakukan hal yang sama. Mengunyah makanan hingga halus, lalu memasukkannya ke dalam mulut Ivy.
Murray melakukannya agar perut Ivy tidak kosong, mengingat dia sakit dan tidak mendapatkan asupan makanan apapun. Murray sendiri sudah melakukannya semenjak kemarin siang, berharap Ivy bisa cepat sembuh karenanya.
Murray tahu, apa yang dia lakukan terdengar menjijikkan. Namun di situasi saat ini, Murray tidak memiliki pilihan lain. Dia tidak mungkin menghaluskan makanan dengan baju karena itu terlihat lebih menjijikkan, lalu bagaimana dia harus menyuapi Ivy ? Dengan daun ? Itu terdengar lebih baik, tapi masalahnya Murray tidak bisa membedakan mana daun yang beracun dan yang tidak. Murray mulai menyadari, jika dia sangat payah dan bodoh, sangat wajar jika semua orang selalu memandangnya sebelah mata.
Setelah selesai memberi Ivy makan, sekarang barulah Murray makan. Murray makan apel lebih banyak dari porsi untuk Ivy. Ya... Sebenarnya itu tidak membuatnya kenyang. Tapi Murray harus bersyukur dengan apa yang dia punya.
Setelah makan, Murray merapikan kembali tenda sederhana untuk mereka berlindung. Murray mulai memanjat pohon untuk mematahkan sejumlah lanting, dan mengambil daun kering. Setelahnya Murray meletakkan di ujung tenda agar tendanya semakin besar dan nyaman.
Murray menghabiskan waktunya untuk membangun tenda, hingga tanpa sadar hari mulai gelap. Saat hari mulai gelap, Murray menghentikan kegiatannya. Dia masuk ke dalam tenda, dan langsung memeluk Ivy.
Malam hari adalah waktu yang sangat berbahaya dan sangat dingin seakan mampu menembus ke dalam kulit. Jadi Murray memeluk Ivy untuk memastikan tubuh mereka berdua tetap hangat, dan untuk menghilangkan rasa takut di dalam hati Murry.
Berada begitu dekat dengan Ivy membuat Murray mampu mencium bau harum di tubuh Ivy, ini membuat Murray nyaman memeluk gadis itu lebih lama. Gadis itu memiliki bau bunga yang sangat harum seperti bunga di musim panas, padahal Murray tahu, jika Ivy belum mandi selama beberapa hari.
Murray yang terus memperhatikan Ivy, wajahnya mulai memerah. Dia mulai malu dan perasan aneh mulai muncul. Jantungnya mulai berdebar sangat cepat, tubuhnya merasa kaku, dan ia mulai merasakan sesuatu jauh di dalam hatinya. Murray tidak tahu apa itu, tapi itu jelas tidak buruk.
Entah bagaimana, tiba-tiba Murray membayangkan Ivy dan dia sedang berjalan bersama sambil tertawa bersama, selayaknya pasangan kekasih. Namun detik kemudian Murray menggeleng cepat, membuatkan semua bayangan yang ada di pikirannya.
"Apa yang aku pikirkan ! Ah... Jangan berpikir bodoh. Mana mungkin dia mau... Dengan ku." Gumam Murray lesu.
Murray pun memutuskan untuk tidur, berharap matahari akan segera muncul. Mengusir segala kegelisahan yang ada di dalam hati bersama semua monster yang ada di malam itu.
Namun tiba-tiba beberapa detik kemudian, suara lolongan serigala memekakkan telinga, lalu diikuti oleh beberapa lolongan lainnya. Itu membuat Murray kembali terjaga. Tubuhnya gemetar hebat dan ia merasa sangat takut, hingga tanpa sadar Murray memeluk Ivy dengan begitu erat.
Tanpa Murray sadari, perlahan mata Ivy terbuka. Ia menatap Murray dengan mata sayu. Terlihat jelas jika pria itu ketakutan, itu membuat Ivy merasa iba.
"Tenanglah, aku disini bersamamu. Semua akan baik-baik saja." Suara Ivy terdengar sangat lemah, namun itu terdengar jelas oleh Murray.
Pria itu menatap Ivy, tatapannya terlihat sangat dalam. Dan perlahan mata Murray mulai berkaca-kaca, lalu ia memanggil "Ivy" dengan suara gemetar. Air matanya mulai turun membasahi wajahnya yang tampan saat Ivy dengan lembut menyentuh kulit wajah Murat dengan lembut. Terlihat raut kebahagian di sana, Ivy yang melihat hal itu entah kenapa matanya memanas. Dan hatinya merasa begitu sedih, namun ia merasa bahagia. Ia tidak tahu, tapi ia bahagia saat ini.
"Ivy, kau bangun ! Aku, kau bangun... Syukurlah kau bangun. Aku sangat takut jika kau tidur selamanya ! Syukurlah kau bangun..."

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Fiksi SejarahIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...