2-B

114 4 0
                                    

Brayen duduk dengan santai, namun ia terlihat serius sambil menatap lurus ke depannya. Seorang petugas kepolisian duduk di depan Brayen sambil menatap sejumlah kertas di tangannya serius. Tepat di samping pria itu ada alat perekam suara dan beberapa kemari yang terpasang mengelilingi mereka. Brayen tidak begitu paham kenapa hal itu harus di lakukan, namun sepertinya itu di lakukan untuk melihat reaksi atau ekspresinya saat mereka bertanya. Itu cukup umum di gunakan pihak kepolisian saat penyelidikan di lakukan.

Sebelumnya, sekitar 15 menit yang lalu, polisi di hadapannya telah memberitahu tujuan dari pemeriksaan itu. polisi itu berkata jika Danil Nalson dan ketiga temannya menghilang secara misterius 2 hari yang lalu. Mereka sudah mencari Danil serta ke 3 temannya hampir di sebagain kota, namun mereka tidak menemukannya.  Dan penyelidikan atau interogasi ini di lakukan untuk menemukan petunjuk keberadaan mereka. Ya, siapa tahu salah satu teman sekolah dari Danil mengetahui atau sempat melihat Danil sebelum dia menghilang.

Kabar tentang Danil yang menghilang sempat menghebohkan kota, pasalnya ibu Danil adalah kepala sekolah dan  ayahnya adalah salah satu pejabat penting di pemerintahan. Teman-teman Danil yang lain juga bukan anak sembarangan, mereka anak orang kaya yang cukup tersohor. Brayen sendiri sudah mendengar kabar jika Danil menghilang, namun ia tidak begitu peduli pasalnya mereka tidak memiliki hubungan baik. Bukan Brayen yang memulai hubungan mereka menjadi sangat buruk, tapi sikap dan sifat Danil lah yang membuat hubungan mereka menjadi sangat buruk.

Polisi itu meletakkan kertas yang tadi dia pegang, menatap Brayen dengan serius lalu bertanya "Baiklah Brayen Rodriguez, apa kamu mengenal Danil dan ketiga temannya ?"

"Ya, siapa di sekolah ini yang tidak kenal dengan si pembuat onar itu." Ucap Brayen lalu tertawa sinis, seakan merasa lucu dengan pertanyaan si polisi di depannya.

"Kapan terakhir kali kau melihatnya ?" Tanya polisi itu.

"Aku bertemu dengannya di sekolah. Di hari dia menghilang." Ucap Brayen singkat.

"Apa kau melihat dia pergi ke mana dan bersama siapa ?"

"Tidak. Dan aku tidak peduli."

"Lalu, 2 hari yang lalu, setelah pulang sekolah kau pergi kemana  ?"

"Aku pergi ke rumah pacarku, Natalie Hershlag. Kau bisa bertanya dengannya jika kau tak percaya." Ucap Brayen yang sekolah menantang, tapi ia tidak bermaksud demikian. Itu lah Brayen yang sebenarnya, dia memiliki sifat yang agak buruk (khusunya pada orang yang baru dia kenal), namun sebenarnya dia baik.

"Apa kau pernah melihat Danil serta teman-temannya di tindas ?" Tanya polisi itu lagi. 

Brayen kembali tersenyum sinis, lalu berkata "Tidak. Merekahnya menindas. Seperti seorang preman jalanan."

Mendengar hal itu, polisi itu agak mengerutkan dahinya untuk sesaat. Lalu ia mengangguk, seolah ia mengerti sesuatu, lalu bertanya kembali "Kau terlihat tidak prihatin atau pun peduli saat Danil menghilang. Apa kau memiliki masalah dengannya ?"

"Tidak. Aku hanya tidak menyukai mereka." Jawab Brayen cuek.

"Mereka memiliki sikap yang buruk. Banyak orang yang tidak menyukainya di sekolah ini. Ya... Anda tahu, mungkin seseorang sudah melakukan sesuatu pada mereka, mengingat sifat mereka yang buruk." Tambah Brayen lagi.

***

Ivy duduk di koridor sekolah, menatap ke arah pintu bewarna biru yang ada di hadapannya. Setelahnya, Ivy menatap ke arah jam tangannya, dimana jam itu sudah menunjukkan pukul 11:30 menit. Lalu ia melihat ke kiri dan ke-kananya, dimana  ada beberapa siswa yang duduk di kursi yang ada di koridor itu. Kebanyakan dari mereka adalah teman sekelas Ivy, dan mereka semua sedang menunggu antrian integrasi dari pihak kepolisian atas kasus menghilangnya Danil.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang