Ivy berlan dengan cepat menuju parkiran mobil. Saat dia berjalan, dia menyentuh beberapa mobil yang dia kenal dulu, salah satunya adalah mobil kepala sekolah, Sementa dan Margaret. Setelahnya dia pergi.
Beberapa menit kemudian, satu persatu orang orang pergi ke parkiran. Mereka segera masuk ke mobil masing-masing, lalu meninggalkan pemakaman itu.
Sama seperti yang lain, Natali hendak meninggalkan pemakaman itu, namun langkahnya terhenti. Dia melihat kebelakang dimana kuburan Ivy berada. Di sana ternyata masih ada Brayen. Pria itu masih meratapi kematian mantan kekasihnya, membuat suasana hati Natali yang semua baik menjadi sangat buruk.
"Mau dia gak ada, mau dia ada, selalu saja menyusahkan." Gerutu Natali, lalu melanjutkan langkahnya.
Tidak lama, Sementa dan Margaret juga sampai di parkiran. Pada saat itu, Margaret terlihat sangat kesal akan sesuatu, terlihat jelas dari wajahnya.
"Aku sangat benci dengannya. Kenapa kita harus kesini sih !" Gerutu Margaret pelan yang hanya bisa di dengar Sementa, yang berdiri di sampingnya.
"Sudahlah, yang penting Beben kita sudah pergi. Yaudah, ayo kita pulang." Ucap Sementa.
"Kau akan pulang, tidak pergi jalan-jalan dulu denganku ?" Tanya Margaret.
"Lain kali saja, aku ada urusan keluarga setelah ini." Ucap Sementa, setelah itu mereka berpelukan, mengucapkan sampai juga lalu memasuki mobil masing-masing.
Saat Sementa memasuki mobil, dia di sapa oleh sopir pribadinya. Sementa lantas meminta sopir itu pulang, sopir itu menjawabnya dengan patuh, lalu mobil itu pun berjalan, menuju rumah Sementa.
Semula semua terasa biasa saja, namun saat mobil yang Sementa tumpangi melewati jalan yang cukup ramai di pinggir perkebunan apel yang sangat luas, Sementa tiba-tiba merasakan ada seseorang yang bernapas di sampingnya. Suara nafasnya terdengar begitu berat, membuat Sementa reflek melihat ke sampingnya, namun dia tidak melihat siapapun di sampingnya. Dia hanya berdua di mobil itu.
Tanpa Sementa sadari, ada sosok gadis berambut hitam panjang, dengan wajah mengerikan duduk di kursi paling belakang di mobil itu. Gadis itu memakai baju seragam SMA yang sama dengan seragam SMA Sementa, namun seragamnya terlihat lusuh dan kotor. Seragamnya juga basah dengan cairan hitam yang bau .
Dia memiliki kulit yang sangat pucat, sebagian kulitnya mengelupas dan kulit wajahnya hancur. Satu bola matanya hilang dan mulutnya robek. Seluruh tubuhnya basah, dan bau. Perlahan bau tubuh gadis itu menyebar ke seluruh mobil.
"Kenapa mobil ini bau sekali. Apa kau lupa membersihkannya ?" Tanya Sementa pada sopirnya.
"Sudah nona, saya sudah membersihkannya. Baru saja kemarin." Jawab si sopir.
"Tapi kenapa bau sekali. Seperti bau mayat !" Gerutu Sementa.
"Begitulah ?" Tanya seseorang di belakang sementa.
Sementa reflek berbalik, namun dia tidak menemukan siapapun di belakang. Sementa mulai merasa aneh. Sementa kembali ke posisi semula, dia melihat kearah sopir, pria itu nampak sedang fokus menyetir sambil menahan bau.
"Siapa tadi yang bicara ?" Gumam Sementa.
"Aku."
Suara itu kembali terdengar, namun kali ini dari samping Sementa. Sementa segera berbalik dan dia melihat sosok yang sangat mengerikan.
"AAAAAAAA !" Teriak Sementa.
"Ada apa nona ?" Tanya sopir itu, Sementa melihat kearah sopirnya, namun dia malah melihat sosok gadis dengan wajah menyeramkan di sana. Reflek Sementa meninju sosok di hadapannya, namun itu malah membuat mobil yang di tumpangi Sementa oleng. Mobil itu melaju di luar jalan yang tidak seharusnya dengan kecepatan tinggi, membuatnya berguling beberapa kali lalu menabrak pohon. Seketika Sementa tidak sadarkan diri, dengan keadaan tubuh yang terluka parah. Pecahan kaca mobil mengenai wajahnya, dan kakinya terhimpit bangku mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Fiksi SejarahIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...