Hi pembaca, mohon maaf jika terdapat kesalahan pengetikan dalam penulisan novel ini. Jangan lupa komentar atau kritik yang membangun agar kedepannya saya bisa lebih baik lagi. Jangan lupa juga like dan follow ya.
***
"Makannya banyak sekali." Batin Ivy saat melihat makanan yang terlihat sangat enak tertata dengan rapi di atas meja panjang.
Ivy melirik ke sekelilingnya, semua siswa nampak makan dengan anggun dan yang lainnya makan dengan lapar tapi sedikit berantakan. Saat itu, Ivy berpikir "Apa mereka akan menghabiskan semua makanan ini. Aku rasa tidak." Pasalnya makanan itu sangat banyak.
Ivy mengambil satu roti di hadapannya, dia mengisinya dengan selai kacang, lalu mulai makan dengan santai. Saat itu Ivy tidak selera makan, pasalnya dia teringat masa lalunya yang harus makan sangat sedikit karena mamanya kekuatan uang. Ya, Ivy bukan berasal dari orang kaya, ibunya adalah single mom, dimana dia harus menjadi tulang punggung keluarga.
Ibu Ivy adalah seorang pegawai kantoran, gajinya cukup besar, namun itu pas-pasan untuk hidup mereka. Ada banyak yang harus dia bayar setiap bulannya, seperti cicilan rumah, bayar pemanas, listrik biaya sekolah, biaya makan, pajak, dan lain sebagainya. Kehidupan ivy semakin sulit saat ibunya menikah lagi, itu memaksa Ivy harus berhemat. Termasuk urusan makan.
15 menit kemudian, satu persatu siswa sudah selesai makan. Para guru juga sudah selesai makan, dan mereka pergi dari ruangan itu. Ivy sebenarnya ingin pergi dari sana, karena ia merasa tidak nyaman terlalu lama di tempat ramai, namun Ivy tidak tahu harus kemana. Sebenarnya pria tua yang berjalan dengan Ivy tadi berkata, jika ada siswa yang akan mengantarnya ke asmara dan berkeliling di sekolah itu, namun sampai sekarang, orang yang di maksud pak tua itu tak kunjung datang.
Ivy mengeluh. Dia beranjak dari tempat duduknya sambil memasang tasnya dengan benar. Dia berpikir untuk mencari guru, untuk ditanya, namun belum sempat itu terjadi seorang siswi mendekatinya.
Siswi itu memiliki paras yang cantik. Wajahnya mungkin tak begitu bersih karena ada bintik-bintik coklat di wajahnya, namun dia masih terlihat cantik. Dia memiliki hidung yang mancung, alisnya lurus seperti panahan, matanya indah dengan warna biru cerah, bulu matanya lentik dan bibir yang merona. Dia memiliki tubuh yang kurus, dan tidak terlalu pendek. Tingginya hampir sama dengan ivy.
"Hai, Elsie Ulusoy. Perkenalkan, namaku Elsie Cotton. Kau bisa memanggilku Elsie. Aku kemari karena aku ditugaskan kepala sekolah untuk membawamu berkeliling sekolah." Ucap gadis itu samping mengulurkan tangannya pada Ivy, hendak bersalaman.
Ivy membalasnya dengan ramah. Namun Ivy menyimpan kebingungan dan pertanyaan di dalam hatinya. "Elsie Cotton ?! Bagaimana bisa namanya sama denganku ! " Ya, itulah yang Ivy bingungkan. Bagaimana bisa mereka memiliki nama yang sama ? Apakah itu hanya kebetulan ?
"Karena Kami kita sama, kau bisa panggil aku Ivy." Ucap Ivy yang terkesan dingin.
"wau, panggilan yang indah." Puji Elsie Cotton yang terdengar sebagai basa basi bagi Ivy.
"Hem… baiklah, bagaimana kalau kita mulai berkeliling." Ucap Elsie Cotton yang hanya di balas anggukan lemah oleh Ivy.
"sebelum kita ke ruangan lain, tempat ini adalah aula pertemuan, sekaligus ruangan makan bersama. Para siswa sering kemari, dan anak-anak sering berkumpul disini." Tambah Elsie Cotton.
Mendengar hal itu, Ivy mengangguk lemah. Lalu mereka mulai berjalan ke laut dari ruangan itu. Selama di perjalanan, ada banyak siswa yang menyapa Elsie Cotton, bagiku itu siswa laki-laki maupun perempuan. Terkadang mereka harus berhenti beberapa menit karena para siswa itu ingin berbicara dengan Elsie Cotton. Itu menandakan jika Elsie Cotton sangat populer di sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Historical FictionIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...