17-A-2

38 2 0
                                    

Saat Ivy melihat  Elsie Cotton, ia merasa jika gadis itu tidak nyaman dengan Murray. Hal ini sangat lucu, terlebih Murray malah bersikap sangat manis pada Elsie Cotton. Entah karena pria itu terlalu bodoh, atau dia pura-pura tidak menyadarinya.  

***

"Murray, perkenalkan dia Elsie Ulusoy. Kau bisa memanggilnya  Ivy." Ucap Elsie Cotton.

Murray melihat ke arah Ivy datar, sangat berbeda dengan cara Murray menatap Elsie Cotton. Sementara Ivy, Ivy hanya membalasnya dengan tatapan biasa. Dia seolah tidak peduli dengan Murray.

"Ivy, perkenalkan dia Hugo Murray McKellen."

Setelah Elsie Cotton menyelesaikan kalimatnya, Ivy merasa sangat kaget. Ia menatap Murray dan Elsie Cotton secara bergantian dengan mata bulatnya. Lalu berkata dalam hati "Bagaimana bisa ! Kenapa nama ketiga orang ini sama dengan yang ada di dalam novel yang aku baca ! Bagaimana bisa terjadi kebetulan seperti ini !"

"Ivy ?" Ucap Elsie Cotton sambil menyentuh tangan Ivy.

Ivy tersadar dari lamunannya, kemudian Elsie Cotton bertanya kenapa Ivy melamun. Namun Ivy hanya menjawabnya "bukan apa-apa." Itu membuat Elsie Cotton bingung, namun dia tidak mengatakan apapun lagi setengahnya.

"Baiklah Murray, kami harus pergi dulu." Ucap Elsie Cotton.

"Baiklah, nanti temui aku ya." Ucap Murray dengan lembut, dan Elsie Cotton hanya menjawabnya dengan deheman.

Ivy dan Elsie Cotton pun melanjutkan perjalanan mereka. Saat mereka berada cukup jauh dari Murray, Ivy bertanya "Siapa ?"

"Apa maksudmu ?" Tanya Elsie Cotton yang tidak mengerti apa arti pertanyaan Ivy.

Ivy menghentikan langkahnya, dia menatap Elsie Cotton, lalu berkata "Hubungan kalian. Kau terlihat sangat dekat dengannya, apa dia pacarmu ?"

"Tidak ! Mana mungkin aku pacaran dengannya. A, maksudku, kami hanya teman." Jawab Elsie Cotton cepat, dan nampak panik. Seolah dia tidak suka dengan pertanyaan Ivy barusan.

Melihat reaksi Elsie Cotton itu, Ivy merasa sangat heran. Dalam hati ia berkata "Kenapa dia bereaksi seperti itu. Apa karena pria itu terlihat bodoh ? Sudahlah, ini bukan urusanku."

Tak ingin merusak suasana, Ivy mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan beberapa hal tentang lorong yang saat ini mereka lemari. Ivy sedikit penasaran, karena ada banyak lukisan di sini.

"Tempat apa ini, kenapa ada banyak lukisan ?" Tanya Ivy.

"Ini adalah lorong sejarah. Kami memasang lukisan wajah para pahlawan Semidio di sini." Ucap Elsie Cotton.

Ivy mengangguk lemah bertanda mengerti. Setelahnya ia berjalan dengan pelan sambil melihat semua lukisan itu dengan baik. Beberapa menit berlalu, langkah Ivy terhenti saat ia melihat lukisan 4 orang yang mengenakan jubah hitam.

"Lukisan siapa ini Elsie ? Kenapa aku tidak bisa dilihat dengan jelas ?" Tanya Ivy.

"Apa mataku bermasalah ?" Lanjut Ivy dalam hati.

"HM… itu lukisan 4 orang yang terlibat dalam pembuatan negri Semidio." Ucap Elsie Cotton.

Elsie Cotton ikut memperhatikan lukisan kuno itu. Lalu berkata "Wajah mereka tidak terlihat jelas karena lukisan sudah terlalu tua. Meskipun kami sudah memperbaikinya beberapa kali dengan sihir, kami tetap tidak bisa melihat siapa keempat orang itu. Tapi kami percaya, salah satunya adalah Cedric Rodriguez."

Mendengar nama, ivy mengangguk pelan. Ivy tahu siapa sosok Cedric Rodriguez. Pria itu adalah pria asal Inggris yang membuat goa Semidio pertama kali. Dia melakukannya untuk anaknya yang terlahir tak sempurna. Bukan karena dia tidak mencintainya, tapi karena dia takut anaknya diambil dan di ganggu.

Setelah itu, Ivy mengalihkan pandangannya ke lukisan lainnya di sekitar sana. Pandangannya terfokus  pada suatu lukisan wajah, yang tampaknya tidak asing lagi di matanya. Sosok pria  misterius, yang telah menyelamatkan Ivy dari kejamnya kehidupan dunia.

"Itu… Cagatay Cotton Ulusoy. Kenapa ada lukisannya di sini." Gumam Ivy yang masih bisa Elsie Cotton dengar.

"Kau, mengenal ayahku ya ?" Ucap Elsie Cotton, yang membuat Ivy begitu terkejut.

Ivy dengan cepat menatap Elsie Cotton, lalu berkata "Ayah ?" Dia nampak syok.

"A, ayah katamu ?" Ulang Ivy.

"Iya, Cagatay Cotton Ulusoy adalah ayahku." Ucap Elsie Cotton sambil mengangguk pelan.

Elsie Cotton terlihat bingung kenapa Ivy bereaksi seperti itu. Terlebih gadis itu nampak martah padanya. Sementara Ivy, dia menyadari perubahan sikapnya itu. Tapi dia juga bingung kenapa dia merasa begitu marah saat mendengar Cagatay Cotton Ulusoy adalah ayah dari Elsie Cotton, gadis yang ada di hadapannya itu.

"Kenapa aku sangat marah ya ?" Tanya Ivy pada dirinya sendiri.

Ditengah kebingungan Ivy saat itu. Tanpa sengaja Ivy melihat liontin kunci yang mirip dengan liontin miliknya ada di dalam lukisan Cagatay Cotton Ulusoy. Di dalam lukisan, pria itu pria itu melilit kalung itu di pergelangan tangannya, meletakkan liontin ya di atas telapak tangannya. Liontin itu terlihat jelas, nampak indah dan bergilau.

"Tunggu. Kalau itu… itu terlihat sama dengan liontin kunci yang Cagatay berikan padaku di tempat pemakaman waktu itu!" Batin Ivy.

Dia menatap liontin itu dengan mata lebar, seakan matanya akan keluar. Dan mulutnya terbuka. Pada saat itu, Ivy mulai memiliki banyak pertanyaan tentang sosok Cagatay Cotton Ulusoy sebenarnya. Mulai dari asal usul pria itu, kenapa pria itu bisa berada di masa lalu, kenapa pria itu bisa mengenalnya, kenapa pria itu mau menolongnya, kenapa dirinya di masa lalu memanggil pria itu ayah, kenapa pria itu memberinya liontin miliknya, dan apa siapa Elsie Cotton sebenarnya ? Pertanyaan itu mulai semakin banyak, hingga jantungnya terasa berdebar tak karuan. Ia merasa penasaran, sangat penasaran hingga rasanya ingin mati.

"Ivy ?" Suara itu membangunkan Ivy dari lamunannya.

Ivy segera menatap Elsie Cotton dengan kaget, lalu berkata "ya ?"

"Apa ada masalah ?"

"Tidak, tidak ada masalah apapun." Ucap Ivy cepat.

Elsie Cotton menatap Ivy dengan wajah bingung, dia merasa penasaran karena Ivy bersikap aneh dari tadi. Tapi dia tidak enak bertanya hal itu, hal hasil Elsie Cotton malah berkata "Bagulah, kalau begitu, mati kita lanjut berkeliling."

***

Beberapa menit kemudian, Ivy dan Elsie Cotton sudah berada di gedung yang berbeda. Gedung terletak tidak begitu jauh dari gedung tadi, dan sama seperti gedung lainnya, gedung itu juga sangat polos dan sederhana dari luar. Di Gedung itu, hanya ada empat pintu besar dengan lambang 4 kelompok, dan memiliki banyak jendela disana. Ivy tidak tahu berapa banyak jendela di sana, tapi kemungkinan besar ada ribuan jendela dengan ukuran yang sama.

"Ini adalah bagian asrama kelompok medusa. Tepat di sebelahnya adalah asrama kelompok Burung finiks, terus kelompok Ikan Kraken dan LEVIATHAN." Ucap Elsie Cotton sambil menunjuk pintu dengan lambang kepala Medusa.

"Apa asrama laki-laki dan perempuan digabung ?" Tanya Ivy.

"Tenang saja. Ruangannya dipisah kok." Ucap Elsie Cotton, lalu tersenyum lembut.

"Ayo kita masuk." Lanjut Elsie Cotton.

Ivy dan Elsie Cotton pun masuk kedalam sana. Mereka langsung terhubung keaula asrama khusus untuk kelompok Medusa. Ivy melihat ke sekelilingnya, tempat itu terlihat mewah dengan banyak ornamen berlambang Medusa dan berwarna hijau. Ruangan itu sangat nyaman untuk berkumpul.

Tepat di tengah-tengah ruangan itu, ada tangga besar yang memiliki dua cabang di atasnya. Gangga itu memisahkan lantai satu dan yang lainnya. Itu terlihat unik.

"Nah, ini ruangan berkumpul. Anak-anak kelompok medusa bisanya akan berkumpul disini." Jelas Elsie Cotton.

Setelah itu, Elsie Cotton mengaku Ivy menaiki tangga ke arah kiri. Sambil berjalan, Elsie Cotton menjelaskan banyak hal tentang tempat itu, serta peraturannya.

"Tepat di atas tangga sebelah kiri, itu adalah kamar perempuan. Dan sebelah kanannya adalah kamar khusu anak laki-laki." Jelas Elsie Cotton.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang