13-B-2

51 2 0
                                    

"sekarang, ayo kita pergi !" Ucap  Adalgiso setelah Taki memberikan ramuan hijau itu pada Brayen.

"Kalian akan pergi ?"  Tanya Ivy.

"Kau juga akan pergi, kecuali dia !" Ucap  Adalgiso sambil menunjuk Brayen.

"Ya, tapi. Kita tidak mungkin membiarkannya disini. Setidaknya, bawa dia kembali ke hotelnya !" Ucap Ivy.

"Kami sudah terlalu banyak membuang waktu karna-mu, dan kau masih ingin pelonggaran lagi !" Ucap Adalgiso mengintimidasi Ivy.

"Ini bukan masalah pelonggaran, tapi masalah kemanusiaan. Aku tidak mungkin meninggalkan seseorang di tengah jalan !" Gerutu Ivy, tapi lebih tepatnya dia tak mungkin meninggalkan orang yang dia cintai, tapi jika itunortang lain, mungkin dia tak sepenuhnya peduli.

"Sudah, biarkan saja dia ingin melakukan apa tuan Cagatay. Kita masih memiliki sedikit waktu sebelum gerbang negeri Semidio tertutup. Lagipula, dia juga belum membawa barangnya kan ?" Ucap Taki seolah menjadi penekan.

Mendengar hal itu, Adalgiso mendesah. Dia pun segera meminta Ivy bersiap sementara Taki bersama rekannya yang lain membantu membawa Brayen ke hotel, tempat Brayen dan Ivy menginap.

Sesampainya di hotel, Ivy segera mengemasi barangnya. Ivy tak begitu memiliki banyak barang, dia hanya memiliki beberapa potong baju, buru merah sihir, satu sepatu, dan alat kosmetik. Setelah mengemasi semua barangnya dengan rapi, seseorang memintanya untuk segera keluar dari kamar hotel. Ivy hanya bisa berkata "iya" pada mereka.

Sebelum pergi, Ivy menatap Brayen yang saat itu tengah terbaring tidak sadarkan diri di atas kasur. Ivy mendekatinya, dia mengelus dengan lembut pipi pria itu. Menatapnya dengan tatapan yang lesu dan berkaca-kaca, seolah dia berat pergi darinya.

Ivy mengecupnya dengan lembut, lalu berbisik "aku akan kembali."

Setelah mengatakan itu, Ivy segera pergi, untuk bergabung dengan kelompok berjubah putih itu. Tepat di bawah hotel, sebagain dari kelompok berjubah putih itu sudah masuk kedalam bus. Ivy juga masuk kedalam sana, itu terlihat antik dan unik seperti mobil tua yang usang.

Taki meminta Ivy untuk duduk dengan benar di belakang karena perjalanan mereka akan sedikit berguncang. Ivy hanya bisa menurut, dan saat mobil itu berjalan, bus itu melaju dengan sangat kencang seperti mobil balap. Tapi dia lebih kencang dari itu, dan lebih elastis seperti permen karet.

Anehnya mobil itu bisa melewati kendaraan lain dengan mudah, tapi hal itu membuat seisi bus seperti diaduk-aduk. Semua serasa pusing, bahkan Ivy yang baru pertama kali tidak bisa menahan mual-nya. Dia muntah. Itu, akan menjadi perjalanan yang panjang untuk Ivy.

Mobil mulai berguncang begitu keras membuat. Taki yang duduk didepan Ivy terjatuh kelantai bus, dan beberapa barangnya terjatuh. Saat mobil kembali berguncang semua barang itu berhamburan kemana-mana, membuat Taki manik. Salah satu barang itu melayang kearah Ivy, dia jatuh tepat di pangkuannya.

Benda itu hanya gepeng dengan bentuk seperti tangan dengan ukiran  satu mata di tengahnya. Matanya bewarna biru tua dan putih. Ivy memegangnya, berniat mengembalikannya pada Taki. Namun saat tangan Ivy memegang benda itu, seketika ruangan menjadi gelap.

Saat ruangan kembali terang, Ivy menyadari dia tudak lagi ada di dalam bus itu. Ia melihat ruangan yang sangat megah dan mewah. Ruangan itu memiliki tekstur kuno yang kental, dimana bangunan itu terbuat dari batu kasar dan dingin. Beberapa tempat dihiasi kayu ukir dan pahatan yang indah.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang