Ivy terduduk lesu. Mata Ivy terbuka lebar seakan mau keluar saat menatap pemandangan di hadapannya. Tubuhnya gemetar, dan keringat keluar cukup banyak dari pori-pori-nya. Dia terlihat putus asa saat menatap hutan lebat serta perbukitan terhampar luas di hadapannya.
Saat itu, di tempat Ivy berada. Langit begitu cerah, burung berkicau dengan berdua, pohon-pohon tumbuh tinggi dan rimbun, serta udara segar di sekelilingnya. Pada umumnya, cuaca saat itu akan membuat siapa saja menjadi senang. Tapi tidak dengan Ivy.
Ya, Ivy ternyata tidak berhasil pergi ke waktu dimana Brayen di cekoki ramuan hijau. Ivy tidak tahu dia dimana, dan dia tidak tahu dia berada di tahun berapa, tapi yang jelas Ivy bisa mengatakan dengan pasti jika ia tidak berada di waktu yang dia inginkan. Tanda yang paling jelas terlihat adalah keadaan alam di sekitar Ivy saat ini masih sangat bagus, seolah baru memasuki musim panas, sementara waktu yang Ivy ingin-kan adalah awal musim gugur. Ya... Ini adalah resiko jika menggunakan sihir hitam yang belum sempurna, dia tidak bisa memprediksi tahun mana dia akan berpindah.
"AAAAAAAAAAAAAAAAA!" Ivy berteriak, teriakan itu untuk melampiaskan semua kekesalannya saat ini.
Suaranya menggema, membuat sekelompok burung yang berada di sekitarnya terbang menjauh karena kaget. Suara teriakan Ivy kembali terdengar, namun kali ini terdengar sedikit gemetar. Gadis itu mulai menangis sesenggukan. Air matanya turun tapa biasa ia cegah.
"Hiks... Aaa.... Hu...huu.... Hiks..." Tangis Ivy sambil memukul dadanya yang terasa sakit.
"Ki, kita ada di mana ?" Suara itu menghentikan tangis Ivy.
Ivy segera menghapus air matanya, lalu mencari ke asal suara. Ternyata tepat di belakang Ivy ada pria dengan rambut perak yang indah. Dia menatap Ivy dengan tatapan kebingungan. pria muda itu adalah Murray.
"Kau, kenapa kau ada di sini ?" Geram Ivy marah.
Murray yang melihat raut wajah marah serta mendengar nada bicara Ivy yang kasar, sedikit merajut alisnya. Dia mulai terpanjang emosinya.
Dengan tatapan tajam Murray berkata "Aku hendak menolong Elsie dari wanita jahat seperti kau !"
Tapi Ivy yang mendengar ucapan Murray barusan semakin marah. Dia tertawa sinis sebelum kembali bertanya "Kau bilang aku jahat ?"
"Ya, terus apa ? " ucap Murray yang terdengar tegas.
"Aku melihatnya dengan jelas, bagaimana kau menyiksa Elsie dengan sihir hitam-mu !" Ucap Murray yang mengingatkan Ivy atas aksi Ivy beberapa menit yang lalu saat dia bertengkar dengan Elsie Cotton palsu.
Ivy berdiri. Menatap Murray dengan wajah merah padam, lalu berkata "Apa kau melihat kejadian itu dari awal ? Apa kau tidak lihat siapa yang menyulut apa terlebih dahulu ?! Atau matamu telah buta karena terlalu mencintai gadis itu ! "
Suara Ivy terdengar sedikit gemetar. Dia kesal dan marah, tidak hanya kepada Murray, tapi juga pada Tuhan yang seakan-akan mempermainkan hidupnya.
Saat Murray akan mengatakan sesuatu, Ivy dengan cepat membaca mantra sihir yang membuat Murray tak bisa bicara. Lalu Ivy kembali berkata "Gadis itu yang menyerang lebih dulu !"
"Dan, perlu kau tahu. Gadis itu bukan Elsie Cotton, aku lah Elsie Cotton yang asli. Aku putri kandung Cagatay Cotton Ulusoy dan cucu dari Alan Ulusoy. Gadis yang kau puja selama ini telah mencuri identitas-ku, menikmati segala hal yang seharunya menjadi milikku.
Apa kau tahu berapa banyak luka akibat dia yang mengaku sebagai anak kandung Cagatay Cotton Ulusoy ? AAPA KAU TAHU !" Jelas Ivy penuh emosi, tanpa ia sadari air matanya kembali keluar.
" KAU TIDAK AKAN PERNAH TAHU BETAPA MENDERITANYA AKU !!!" Lanjut Ivy dengan nada tinggi.
Setelah mengatakan itu, Ivy sudah sedikit tenang, hanya sedikit. Ivy masih merasa jengkel. Ivy menatap Murray dengan tatapan layu, kini gadis itu benar-benar merasa jijik melihat Murray. Bukan karena pria itu lemah atau semacamnya, Ivy hanya tidak suka dengan sikap Murray. Pria itu tidak tahu apa-apa, tapi mencampuri urusan orang lain seakan dia tahu segalanya.
Rasanya Ivy ingin memukul Murray, namun setelah mengingat apa yang tertulis di buku ramalan, Ivy berpikir ulang untuk melakukannya. Ia tahu jika Murray tidak pula memiliki kehidupan yang baik, sama sepertinya. Selain itu, amukannya tidak akan mengubah apapun, dia akan tetap berada di sana.
Ivy mendesah kasar, lalu dalam hatinya, Ivy berkata "Percuma saja aku marah dengannya, toh ini tidak akan mengubah keadaan. Tapi... Akan lebih baik kalau aku menjauh darinya."
"Cih ! Kau membuatku muak !" Ucap Ivy.
Ivy melepas mantrannya pada Murray, sehingga Murray bisa kembali bergerak dan berbicara. Setelahnya Ivy memunggungi Murray, dia berjalan menjauhi pria itu.
"Ka, kau mau kemana ?" Tanya Murray dengan suara pelan.
"Jangan ikuti aku. Carilah jalan keluar-mu sendiri, lagipula ini salahmu karena mengganggu ritual ku !" Ucap Ivy tanpa menghentikan langkahnya, dan tidak pula menatap Murray.
Langkah Ivy begitu cepat. Dia dengan cepat menghilang dari balik pepohonan. Murray tidak mengatakan apapun, sehingga Ivy pergi dengan hati yang lapang. Meskipun begitu, Ivy merasa agak khawatir, mengingat Murray bukanlah penyihir yang handal.
Ivy menghentikan langkahnya, dia menatap ke ajakan dimana tadi dia meninggalkan Murry sambil berkata "Dia akan baik-baik saja kan ?"
Ivy menggelengkan pelan kepalanya. Ia mencoba mengusir pikiran buruk, lalu mulai berjalan ke depan tanpa arah tujuan. Saat Ivy berjalan, angin berhembus dengan kencang dari belakangnya, itu membuat rambutnya melayang di udara. Melayang dengan lembut.
Saat itulah Ivy beru menyadari jika rambutnya telah memutih semuanya. Seperti wanita tua, tapi dia masih begitu muda untuk di panggil nenek. Ivy tidak tahu dengan penyihir lainnya, tapi rambut Ivy memutih setiap kali energi sihirnya digunakan. Kondisi ini bisa di bilang unik, dan sampai sekarang Ivy tidak tahu kenapa hal ini terjadi.
"Rambutku... Telah sepenuhnya putih. Aku telah menggunakan hampir seluruh kekuatan sihir ku, sekarang aku perlu istirahat untuk memulihkan keadaan. Dan... Soal mantra penjelajah waktu itu... Aku harus menunggu selama 6 bulan lagi, baru bisa menggunakan mantra sihir menjelajah waktu. Jika tidak, mungkin aku akan mati karena kehabisan tenaga.
Hah... Ini mengerikan. Aku tidak tahu ini di mana, dan tahun berapa ini."
Dek, tiba-tiba Ivy teringat sesuatu. Tentang ingatan yang Cagatay Cotton Ulusoy perlihatkan padanya, Ivy mengingat jika dia akan bertemu dengan Cagatay Cotton Ulusoy sekitar tahun 1322. Itu artinya Ivy berada di tahun itu.
Saat Ivy memikirkannya, tubuhnya semakin lemas, kepalanya terasa pusing hingga berdenyut. Perlahan Ivy terduduk di tanah, bersamaan dengan itu perasaan panik, cemas serta takut berkecamuk di hati serta pikirannya.
"A, apa yang harus ku lakukan ?" Batin Ivy.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Historical FictionIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...