33-B-2

53 1 0
                                    

***

"Kakiku terasa sakit !"  Keluh Ivy.

Ivy saat ini berada di bawah pohon yang rindang di tengah hutan. Dia tengah beristirahat karena lelah berlari, kakinya juga terluka karena tusukan dulu dan terkena ranting tajam. Ini terasa perih saat berjalan.

Ivy kembali teringat kejadian beberapa jam yang lalu. Saat Lukas menyeretnya, Ivy dengan kencang menendang selangkangan pria itu.  Itu membuat pria itu melepas cengkeramannya, lalu Ivy berlari ke arah hutan untuk bersembunyi.

"Aku berlari ke hutan tanpa arah. Sekarang aku tidak tahu dimana, mana kaki sakit, langit sudah gelap dan udara mulai dingin. Aku tidak yakin Murray akan menemukanku dengan cepat." Keluh Ivy.

Ivy mulai membayangkan Murray. Ivy berpikir jika seharunya Murray sudah tahu apa yang terjadi sekarang tentang kafannya. Membayangkan wajah dia yang panik mencarinya membuat hatinya sedikit senang, namun dia juga sedih membayangkan hal itu.

"Apa aku akan mati disini. Mati karena serangan hipotermia, ya... Bisa jadikan mengingat daerah ini sangat dingin saat malam hari. Apalagi ini sudah masuk akhir musim gugur. Aku tidak mau mati ! Aku ingin pulang untuk bertemu dengannya, tapi aku tidak bisa berjala." Gumam Ivy.

Mata Ivy mulai berair. Dia mulai menangis saat membayangkan tidak dapat bertemu suaminya. Dalam hati dia terus menggerutu karena setiap kali dia baru saja mendapatkan kasih sayang atau cinta, itu akan berakhir dengan cepat. Ini membuatnya tersisa. Akan lebih baik jika dia tidak merasakan cinta dari awal, jadi saat dia kehilangan dia dalam keadaan baik.

"Aku... tidak .... mau kehilangannya. Aku mencintainya... Huaaaa." Ucap Ivy disertai suara tangisan.

Suara Ivy terhenti seketika, saat dia mendengar suara geraman. Ivy menatap ke asal suara, dan melihat sosok manusia serigala di di balik semak-semak. Tubuh Ivy gemetar ketakutan seketika.

Manusia serigala itu berjalan mendekat. Taring giginya terlihat sangat tajam, air liurnya menetes serta tatapan matanya yang kelaparan. Dia selain dekat, namun Ivy masih belum beranjak dari tempatnya. Sebenarnya Ivy ingin kabur, namun tubuhnya kesulitan bergerak.

Saat serigala itu hanya tinggal beberapa meter lagi darinya, Ivy hanya bisa menutup matanya. Dia mencoba ikhlas dengan apa yang akan terjadi padanya.

"Apa aku akan mati !" Batin Ivy .

Namun tiba-tiba terdengar suara cicilan, serta suara patahan tulang. Suara itu terdengar sangat jelas, ini membuat Ivy merasa gila. Ivy membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi, dan dia begitu terkejut saat melihat seseorang berdiri di hadapannya. Sementara serigala itu tegah kesakitan, karena lehernya seakan tercekik dan perutnya mulai robek.

"Zerrrrrt..." Suara itu terdengar sangat menjijikan, perlahan bagian dalamnya keluar bersaman dengan cairan kental.

Ivy menutup matanya serta mulutnya dengan kedua tangannya, supaya dia tak berteriak. Tubuh Ivy gemetar lebih hebat saat menyaksikan pemandangan itu. Ivy ketakutan, ya... Meskipun dia sudah membunuh beberapa orang, faktanya dia masih takut jika ada orang lain yang melakukan hal demikian.

Sosok itu perlan berjalan mendekati Ivy, Ivy yang mendengarnya berkata "Siapa kau !"

"Jangan mendekat !" Lanjut Ivy tanpa menatap sosok itu. Dia masih menutup matanya.

"I, IVY ?"

Namun seketika ketegangan serta ketakutan itu berkurang takkala suara yang akrap di telinganya terdengar. Ivy perlahan membuka matanya, menatap sosok yang berselimut kabut hitam tebar dan mata bercahaya terang dihadapannya .

"Apa itu kau Murray ?" Tanya Ivy dengan suara sangat pelan.

"I, iya. Ini aku."  Ucap Murray.

Ivy memperhatikan sosok itu. Perlahan kabut sedikit menghilang, membuat Ivy mulai yakin jika sosok itu adalah Murray, suaminya.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang