Hi pembaca, mohon maaf jika terdapat kesalahan pengetikan dalam penulisan novel ini. Jangan lupa komentar atau kritik yang membangun agar kedepannya saya bisa lebih baik lagi. Jangan lupa juga like dan follow ya.
***
Seorang pria tua berjubah putih, dengan jenggot panjang berwarna putih berjalan dengan anggun dan terlihat bijaksana. Tepat di belakangnya, ada seorang gadis berseragam sekolah berjalan mengikutinya dengan patuh. Mereka menyusuri lorong yang sepi, namun Rorong itu berukuran cukup luas untuk suatu lorog. Lorong itu terlihat mewah dengan ornamen emas dan dinding terbuat dari batu alam yang indah. Pria tua itu mendekati pintu kayu berukuran besar dengan ukiran bunga. Dia membukanya, dan dia melihat aula besar yang sangat megah. Di Dalam aula itu, sudah ada para siswa yang memakai seragam yang sama dengan gadis itu. Namun yang membedakan gadis itu dengan yang lainnya, dia tidak memiliki lambang di dada kiri seragamnya.
Saat mereka masuk kedalam, semua orang melihat ke arah mereka. Gadis itu terlihat mengabaikan semua tatapan mereka, sama halnya dengan pria tua berjanggut yang berjalan di depannya.
Saat gadis itu berjalan semakin dekat ke depan aula itu, dia melihat meja besar dimana ada sekitar 30 orang di sana. Mereka terlihat lebih tua dari para siswa dan sedikit lebih muda dari pria tua yang dia ikuti. Namun mereka tetap terlihat anggun dan berwibawa sama seperti pria tua yang dia ikuti. Gadis itu menebak, jika 30 orang itu adalah guru dari semua murid di sana, karena mereka sangat pantas untuk di menjadi seorang guru.
Pria tua berjanggut itu berjalan ke depan aula. Berdiri tepat di tengah aula. Sementara gadis itu berdiri di sisi depan aula. Dia diam untuk memperhatikan semua orang di sana dengan tatapan layu. Para siswa dan dan 30 guru itu sekilas memperhatikan gadis itu, itu mulai terasa tidak nyaman.
Kedatangan pria tua itu disambut semua orang. Dua orang yang duduk di meja besar di depan aula berdiri dari kursi mereka, mendekati pria itu. Mereka terlihat membicarakan sesuatu, namun tidak ada satupun di ruangan itu yang bisa mendengar pembicaraan mereka. Saat mereka selesai berdiskusi, ketiga orang itu menatap gadis yang berdiri sendirian di sisi sudut aula.
Gadis itu menyadarinya, dia sedikit terkejut namun sikapnya terlihat biasa saja. Lalu pria tua berjanggut memberi isyarat untuk gadis itu mendekat. Gadis itu mematuhinya, dia segera berjalan mendekati pria berjanggut itu. Saat dia sampai, gadis itu berdiri tepat di samping pria berjanggut itu.
Pria berjanggut itu memegangi bahunya, lalu berkata "Hari ini, untuk pertama kalinya selama sekolah ini didirikan, kita kedatangan murid pindahan."
Suara pria itu terdengar lantang dan tegas. Suaranya juga menggema di ruangan itu, membuat semua orang bisa mendengarnya dengan jelas. Mendengar ucapan si pria tua itu, para siswa nampak heboh. Mereka mulai berbicara dan mengatakan hal yang entah apa. Gadis itu tidak bisa mendengarnya dengan jelas karena mereka terlalu berisik.
Pria tua itu mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk diam. Semua siswa mematuhinya, semua diam seketika. Setelah itu pria tua itu memberi isyarat pada si gadis untuk memperkenalkan diri, gadis itu membalasnya dengan mengangguk pelan, lalu memperkenalkan dirinya.
"Elsie Ulusoy." Ucap Ivy.
"Terdapat 4 warna yang membedakan para siswa. Warna hijau di melambangkan kepala Medusa, warna Oren Melambangkan Burung feniks, Biru melambangkan Ikan Kraken. Dan terakhir merah, melambangkan LEVIATHA." Jelas Pria tua itu.
Ivy memperhatikan para siswa di hadapannya. Mereka memang memiliki baju dengan warna yang berbeda.
"Kau akan masuk ke salah satu kelompok itu dengan bantuan bola ajaib." Lanjut pria itu, lalu seseorang membawa kotak kayu berwarna coklat dimana di dalamnya terdapat kristal yang sangat indah. Kristal itu berbentuk bulat sempurna seperti bola, berukuran cukup besar, dan dia berwarna ungu pucat. Terlihat sangat indah, seperti mutiara laut.
Sebelumnya, Taki sudah menjelaskan pada Ivy tentang tradisi di sekolah ini. Mereka membagi kelompok para siswa dengan bola kristal itu, tapi ada beberapa siswa yang pada akhirnya menentukan kelompok mereka karena warna mereka tidak bisa keluar. Mereka bilang, itu berarti mereka anak-anak yang spesial, tapi jika itu terjadi pada Ivy, Taki memintanya untuk memilih kelompok burung feniks karena lulusan kelompok itu kebanyakan sukses dan memiliki citra yang baik. Itu sangat bagus, tapi Ivy tak berniat memilikinya karena dia sadar, dia memiliki sifat yang buruk. Ivy merasa tidak pantas.
Saat pria itu meminta Ivy meletakkan tangannya di atas bola indah itu, ia melakukannya dengan santai. Dia tidak merasa gugup selama sekali, dia terlihat sangat santai, dan nampak tidak begitu berminat.
Setelah beberapa detik, cahaya berwarna hijau terang muncul dari bola itu. Cahayanya muncul begitu cepat dan sangat terang, membuat semua ruangan menjadi hijau. Itu sedikit mengagetkan semua orang termasuk Ivy. Ketika Ivy melepas tangannya dari bola itu, cahaya hijau itu menghilang seketika.
Semua orang masih terdiam. Nampaknya masih syok dengan apa yang mereka lihat, lalu tiba-tiba pria tua itu berkata "ομάδα μέδουσα." Yang artinya kelompok medusa.
Suara pria itu menggema di ruangan itu, lalu setelah pria itu menyelesaikan kalimatnya, semua siswa bersorak. Seolah menyambut kehadiran Ivy.
Pria tua itu meminta Ivy untuk pergi ke tempat dimana kelompoknya berada, Ivy mematuhinya. Dia pergi kesana, semua siswa yang memakai lambang kepala media menyambut kedatangannya.
Setelah itu, pria itu mengalihkan pembicaraan, dia membahas turnamen penyihir yang baru saja di adakan. Dia menyampaikan rasa bangganya keran salah satu muridnya dapat menjadi juara pertama. Setelah itu dia menyebutkan nama siswa itu, Sir John McKellen. Dia mengatakannya dengan lantang dan tegas, membuat Ivy yang mendengarnya bergidik negeri, sementara siswa lainnya berduri sambil memberi tepukan seolah ikut bahagia atas kemenangan siswa itu.
Namun Ivy merasa tidak demikian, dia agak bingung pasalnya dia merasa tidak asing dengan nama itu. Ya, nama itu adalah nama salah satu tokoh dari novel yang baru saja dia baca. Itu hanya novel pendek, jadi Ivy bisa membacanya dengan cepat.
Tidak lama seorang siswa laki-laki maju ke depan dengan langkah yang penuh percaya diri. Siswa itu memiliki wajah yang tampan, bertubuh tinggi, dan memiliki rambut perak yang indah. Seragamnya adalah Oren, yang berarti dia berasal dari kelompok feniks.
Siswa itu berjabat tangan dengan pria tua, lalu pria tua itu memberikannya piara besar berwarna emas. Dia terlihat bahagia dan bangga saat piala itu berada di tangannya. Bahkan senyum cerah tak lepas dari wajahnya yang tampan. Itu adalah Sir John McKellen.
Acara malam itu dilanjutkan dengan makan malam. Saat Ivy mendengar waktunya makan malam, dia sangat terkejut, pasalnya selama dia di negeri itu, dia tidak pernah tahu kapan malam hari, dan kapan siang hari. Setiap jam, langit akan tetap gelap, dan sepanjang hari lumpuhkan terus menyala di setiap sudut kota.
Keterkejutan Ivy teralihkan, dia melihat para siswa berbaris membentuk 4 kelompok besar di aula itu. Mereka berbaris sesuatu lambang seragam mereka. Ivy yang melihat hal itu segera mengikuti kelompoknya, lalu saat semua barisan telah rapi, secara ajaib, ada 8 bangku dan 4 meja yang sangat panjang muncul dari langit-langit ruangan. Hal yang paling mengagumkan adalah, meja itu penuh dengan makanan. Saat bangku dan meja itu turun, semua anak mulai mengambil posisi mereka untuk makan. Ivy juga melakukan hal yang sama dengan siswa lainnya. Ivy memilih duduk di kursi paling ujung dari kelompoknya, itu karena beberapa orang terlihat menjaga jarak darinya. Ivy tidak tahu kenapa mereka menjauhinya, tapi peduli apa ? Ivy tidak peduli dengan semua orang di sana.
***
Hi pembaca, mohon maaf jika terdapat kesalahan pengetikan dalam penulisan novel ini. Jangan lupa komentar atau kritik yang membangun agar kedepannya saya bisa lebih baik lagi. Jangan lupa juga like dan follow ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Historical FictionIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...