15-B-2

44 3 0
                                    

Penting !

Hai pembaca, mohon maaf jika terdapat kesalahan pengetikan dalam penulisan novel ini. Jangan lupa komentar atau kritik yang membangun agar kedepannya saya bisa lebih baik lagi. Jangan lupa juga like dan follow ya.

***


"Ini buku apa ?"  Tanya Ivy saat ia melihat tumpukan buku unik diatasi meja yang berada tepat di sampingnya.

"Buku-buku itu tidak ada yang berguna. Aku berencana membuangnya." Ucap Vivian.

Ivy membuka buku itu, dia membacanya sekilas dan nampak terkejut. Ivy segara mendekati Vivian, lalu berkata "A, bisakah aku memilikinya ?" yang langsung di jawab "iya" oleh Vivian.

Tidak lama Adalgiso datang, Ivy segera berpamitan dengan Vivian, lalu menyusul Adalgiso. Saat itu Adalgiso terlihat sangat kerepotan dengan banyaknya barang belanjaannya. Pria itu bilang, jika semua barang itu untuk Ivy, dan semua barang memiliki warna dan mode yang sangat feminim. Ivy merasa, itu sedikit tidak cocok untuknya, tapi Ivy tidak mengatakan apapun. Selain itu,  dia merasa lucu saat mendengar ucapan Adalgiso yang membelikannya barang-barang manis itu. Pasalnya, dimatanya Adalgiso tampak seperti pria tua yang pemarah dan kasar, tapi dia memiliki sisi manis seperti itu. Bukankah itu agak unik.

****

Esokan harinya. Ivy sedang duduk di kursi yang ada di lorong panjang yang sepi. Lorong itu nampak megah dengan gaya Eropa kuno dimana semua dinding terbuat dari batu yang di pahatan. Terdapat beberapa jendela besar setengah lingkaran di sisi lain dinding. Cahaya dari luar menerangi lorong itu, membuatnya semua terlihat jelas.

Merasa mulai bosan, Ivy mengambil sesuatu dari tasnya. Itu adalah buku yang dia ambil dari penyihir Vivian. Buku itu adalah sebuah Novel dengan judul "Darah Yang Tergenang." Dari judulnya, novel itu memiliki kesan yang sedikit horor dan misterius, tapi bukan itu yang menarik perhatian Ivy. Ivy tertarik pada buku itu karena ia melihat namanya tertulis di sana. Elsie Cotton nama dari salah satu tokoh didalam novel itu, nama yang sangat mirip dengan nama asli Ivy, namun penggambaran Elsie Cotton di dalam novel itu jauh berbeda dengan Ivy.

Karakter Elsie di dalam novel itu memiliki paras yang sangat cantik dengan rambut hitam yang bergelombang. Dia juga memiliki sifat dan karakter yang baik dimata semua orang, bukankah itu sangat jauh dengan Ivy yang memiliki sifat pendendam, dingin dan haus akan kasih sayang (Brayen).

Cerita itu bermula dari pengenalan keluarga Mckellen. Sir John McKellen adalah tokoh utama di novel itu, dia dikenal sebagai pria yang tampan, gigih, cerdas, dan sangat bertalenta. Dia digambarkan sangat luar biasa, namun dia memiliki sifat yang agak buruk pada penyihir berdarah campuran.

Yap, ini adalah kisah tentang para penyihir di negeri Semidio. Novel ini memiliki alur cerita yang bagus dengan banyaknya konflik mengenai kasta para penyihir  dan hubungan asmara yang penuh dengan cobaan.

Novel itu dimulai dari pengenalan keluarga Mckellen. Keluarga Mckellen adalah keluarga bangsawan atas bangsa penyihir. Keluarga itu terkenal sangat kuat, kaya dan sangat disegani, bahkan selama ratusan tahun keluarga Mckellen selalu melahirkan keturunan yang sangat hebat dan kuat.

Sir John McKellen adalah salah satunya. Sejak dia lahir, dia sudah menjadi kebanggan keluarga karena dia memiliki energi sihir yang luar biasa.  Satu-satunya keluaran McKellen yang menjadi sampah adalah Hugo Murray McKellen, yang tak lain adalah sepupu Sir John McKellen.

Hugo Murray McKellen sendiri lahir dengan normal seperti keluarga McKellen lainnya. Dia juga memiliki energi sihir yang lebih kuat dari Sir John McKellen, namun suatu musibah membuat Hugo Murray McKellen menjadi sampah.

Semua itu berubah saat Hugo Murray McKellen menginjak ⅞ tahun seorang penyihir jahat menyihirnya sehingga dia buta. Kedua orang tua serta para penyihir terkuat di negerinya tidak mampu mengobatinya. Hingga suatu hari ada seseorang baik yang mengobatinya, sehingga dia kembali melihat. Hanya saja, hal itu membuat energi sihirnya melemah. Membuatnya menjadi sampah dan tak lagi dicintai, bahkan keluarganya sendiri tidak benar-benar menginginkannya.

Hugo Murray McKellen dan Sir John McKellen bersekolah di tempat yang sama. Mereka sekolah di asrama menengah atas, dimana semua anak penyihir terbaik sekolah. Mereka berdua berada di satu tingkatan, namun sekolah itu memiliki kasta dimana anak-anak dengan peringkat nilai terbaik akan diperlakukan istimewa, karena Murray bukanlah anak yang jenius, maka dia diperlakukan sangat tidak baik di sekolah, sangat berbeda dengan Sir yang mendapatkan banyak perhatian, dukungan dan kemewahan di sekolah.

Suatu hari di sekolah para penyihir, Hugo Murray McKellen dibully oleh teman-temannya, namun seorang gadis bernama Elsie Cotton datang membantunya. Gadis itu seperti malaikat yang sangat baik hati di tengah kerasnya hidup yang Murray jalani. Gadis itu tidak hanya membantu Hugo Murray McKellen dalam pelajaran, tapi juga menyingkirkan semua orang yang mengganggunya.

Semenjak hari itu mereka menjadi sangat dekat, hingga tanpa Hugo Murray McKellen sadari, dia mulai jatuh cinta pada sosok Elsie. Sir John McKellen  yang melihat kedekatan mereka  itu merasa cemburu, karena ternyata Sir John menyukai Elsie. Semenjak hari itu, Sir John mulai mendekati Elsie dengan aktif. Dia juga memanfaatkan kedekatannya dengan Hugo Murray McKellen untuk mendekati Elsie.

Perlahan tapi pasti, Sir John McKellen berhasil mendekati Elisa, hingga akhirnya mereka benar-benar resmi berpacaran. Hugo Murray McKellen yang mengetahui hal itu sangat marah, dia menggunakan segala cara untuk memisahkan mereka, termasuk menyebarkan fakta jika Elise keturunan darah kotor agar Sir John menjauhinya. Elise memang bukan keturunan darah penyihir murni, namun dia memiliki ayah seorang pahlawan. Dia juga kaya dan bermartabat.

Rumor itu sangat mempengaruhi kehidupan sosial Elise. Banyak orang menyukainya semenjak hari itu,  namun untungnya Sir John McKellen setia berada di sisi Elise. Saat Hugo Murray McKellen yang menyadari hal itu semakin marah, kemarahan dan kebenciannya Sir John McKellen tumbuh semakin dalam dan besar. Membuat kekuatan sihir Hugo Murray McKellen yang telah lama tertidur meledak, membuat Hugo Murray McKellen menjadi monster dalam sekedar.

Hugo Murray McKellen memporak-porandakan negeri Semidio. Membuat kota itu hampir hancur, dan jalanan digenangi oleh darah merah hanya untuk membunuh Sir John McKellen. Sebagai pria sejati, Sir John McKellen  tentu harus melawan Hugo Murray lagi. Dia sangat kesulitan karena Hugo Murray sangatlah kuat, namun dengan bantuan rekan-rekannya dan bangsa Semidio lainnya, Hugo Murray McKellen akhirnya kalah. Setelah kejadian itu, Hugo Murray McKellen harus mendekam di penjara bawah tanah kau  siren seumur hidupnya.

Perjuangan Sir John McKellen dan Elise untuk bersama belum selesai, mereka juga harus menghadapi keluarga McKellen yang sangat membenci kaum campuran, dan mengubah stigma negatif orang-orang berdarah campuran.

Kisah itu berakhir dengan Sir John McKellen dan Elise yang penuh dengan kebahagiaan, sangat berbeda dengan Hugo Murray McKellen yang hidup dalam kemalangan.

Setelah membaca buku itu, Ivy merasa agak emosional, hal itu karena Hugo Murray McKellen memiliki nasib yang agak mirip dengan Ivy. Hanya saja, Ivy tidak berakhir dengan menyedihkan, dia berhasil membalaskan dendam pada mereka yang telah mengganggunya, meskipun, jauh didalam hati Ivy, ia merasa bersalah.

Perhatian Ivy teralihkan saat ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Ivy melihat ke asal suara, dan mendapati seorang pria itu tengah berjalan sendirian di lorong. Pria tua itu berjalan sambil melihat ke arahnya. Ivy segera menyimpan novelnya, lalu berdiri seolah menyambut kedatangan pria itu.

***

Hai pembaca, mohon maaf jika terdapat kesalahan pengetikan dalam penulisan novel ini. Jangan lupa komentar atau kritik yang membangun agar kedepannya saya bisa lebih baik lagi. Jangan lupa juga like dan follow ya.









SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang