37(Tambahan)

37 3 0
                                    


Setelah urusan mereka selesai, Ivy, Murray dan Cagatay pun pulang. Tentunya mereka mendapat banyak uang sebagai imbalan pekerjan mereka.

Beberapa bulan kemudian, Cagatay telah akhirnya memutuskan untuk kembali ke masa depan. Dia mengajak Ivy dan Murray, namun mereka menolak lantaran tahu itu akan menguras habis tenaga Cagatay. Ivy dan Murray tidak mau membebani Cagatay lebih banyak, hal hasil Cagatay menjelajahi waktu sendirian.

Setahun kemudian, Ivy dan Murray memutuskan untuk memulai perjalanan waktu mereka. Setelah melakukan persiapan panjang serta mental yang kuat, akhirnya mereka pergi.

Mantra sihir penjelajah waktu itu membawa Ivy dan Murray ke tahun 1409. Saat itu negeri Semidio telah tumbuh menjadi sangat besar, meskipun itu tidak sebanding dengan negeri Semidio di abad 23.

Negri Semidio mungkin telah telah ditempati ribuan orang didalamnya, namun tempat itu sangat sempit dan padat penduduk. Hal itu terjadi karena tidak ada satupun orang yang bisa meluaskan goa Semidio, semua orang tidak tahu jika yang membuat goa itu menjadi besar atau mengecilkannya hanya Ivy, Murray serta Cagatay. Sekuat apapun mereka, mereka tidak akan mampu melakukannya.

Ivy dan Murray tinggal di sana selama beberapa bulan untuk mengumpulkan energi mereka, sekaligus menikmati suasana baru yang belum pernah mereka rasakan. Ini seperti liburan bagi keduanya.

Pada saya itu juga Ivy dan Murray bertemu dengan penyihir dari bangsa siren. Sosoknya yang sangat berbeda membuatnya di jauhi banyak orang, hal itu wajar karena pada zaman itu rasis pada kaum yang berbeda memang sering terjadi. Tapi Ivy dan Murray tidak melakukannya, mereka menganggap semua manusia itu sama, yang membedakan hanya amal mereka.

Tapi ada hal yang baik saat mereka bertemu dengan penyihir dari bangsa siren itu. Penyihir siren itu mengobati Ivy, sehingga Ivy dapat hamil. Ivy yang mendengar hal itu tidak percaya, tapi dia membiarkan siren itu melakukan pengobatannya. Tidak ada hal aneh yang dia lakukan, dia hanya membaca sejumlah manta, dan itu selesai dalam 15 menit.

Ivy dan Murray yang melihat bagaimana dia melakukan ritual itu, menjadi ragu. Namun saat 4 Minggu setelah siren itu melakukan ritualnya, Ivy benar-benar hamil. Ini membuat mereka senang, namun karena hal itu Murray dan Ivy terpaksa tinggal lebih lama karena tidak mau anak mereka terluka.

Ivy dan Murray tentunya tidak melupakan kebaikan penyihir siren itu. Untuk ucapan terimakasih, mereka memberi penyihir siren itu kekayaan serta nama baik. Ivy dan Murray dapat melakukannya, dengan cara membantu siren itu meluaskan negri Semidio. Tentu hanya Murray yang melakukannya, dan setelahnya dia bilang kepada semua orang jika penyihir siren itulah yang melakukannya. Ini membuatnya menjadi salah satu orang yang tercatat dalam sejarah, dan menjadi awal kebangkitan bangsa siren.

Beberapa bulan kemudian, Ivy melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki. 1 Minggu kemudian, Ivy dan Murray kembali menjelajah waktu. Kali ini mereka muncul di 10 tahun di masa lalu. Itu saat usia Ivy baru berusia 7 tahun.

Kali ini mereka memutuskan untuk tinggal selama beberapa hari di sana. Hal itu karena kekuatan energi sihir mereka masih aman. Mereka tumbuh semakin kuat seiring berjalannya waktu. Ivy juga berniat untuk menemui sang ayah di Landen karena Ivy tahu ini kesempatan terakhirnya untuk menemuinya.

***

"Apa kau yakin ingin menemuinya sendiri ?" Tanya Murray.

Ivy menoleh untuk melihat Murray. Suaminya itu saat ini tengah menggendong anak mereka yang saat ini berusia baru beberapa Minggu. Kulitnya bahkan masih merah dan tubuhnya masih sangat kecil.

"Iya. Aku harus melakukannya sendiri." Ucap Ivy, lalu ia tersenyum lembut untuk meyakinkan Murray.

"Baiklah, aku akan berjalan-jalan bersama Aiden." Ucap Murray, sambil memperbaiki posisi anak mereka di gendongannya.

Aiden, ya, itulah nama panggilan anak Ivy dan Murray. Nama yang mudah di ingat namun terdengar tidak pasaran.

"Hem..." Balas Ivy, lalu dia melangkah maju mendekati rumah nya.

Rumah sederhana yang telah dia tinggali selama lebih dari 17 tahun itu, kini ada di hadapannya. Saat Ivy sampai di depan pintu, Ivy segera mengetuknya. Tidak lama pintu itu terbuka, seorang pria wajahnya tidak asing lagi bagi Ivy terlihat, dia hanya terlihat lebih tua sekarang.

"I, I, Ivy ?!" Ucap Pria itu terkejut

"Apa kabar, ayah ?"

Kalimat itu membuat Cagatay terdiam sejenak. Lalu saat dia tersadar dari keterkejutannya, dia memeluk Ivy dengan sangat erat. Ivy membalas pelukan hangat itu, hatinya terasa hangat. Sungguh dia merindukan pria itu.

Setelah puas berpelukan, Cagatay meminta Ivy masuk ke dalam rumah. Suasana rumah saat itu terasa sama, tidak ada yang berubah. Tapi entah kenapa Ivy merasa betah di dalamnya, sangat berbeda saat ibunya telah menikah dengan pria brengsek itu.

Langkah Ivy terhenti saat dia melihat foto keluarga yang terpasang sangat jelas di dinding. Ivy menatap foto itu dengan seksama, di sana ada ibunya juga. Wanita itu terlihat sangat cantik di foto itu. Ini membuat Ivy merindukan ibunya, pasalnya sudah lama dia tidak menemui ibunya.

"Dimana ibu ?" Tanya Ivy.

"Dia sedang bekerja." Jawab Cagatay.

Cagatay menatap Ivy, lalu berkata "Dan dirimu di tahun dini sedang tidur. Apa kau ingin melihatnya ?"

Dia tersenyum. Menatap Ivy dengan penuh harap, seolah dia berharap jika Ivy menemui dirinya di tahun ini. Tapi Ivy merasa malas melakukan hal itu.

"Tidak. Aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan ayah." Ucap Ivy, lalu dia tersenyum.

Cagatay sedikit sedih saat mendengarnya, namun detik kemudian dia berkata "baiklah, mati kita bicara."

Ivy dan Cagatay pun mulai bicara, tapi saat itu Ivy lebih banyak menceritakan kisah hidupnya. Ivy menceritakan bagaimana kehidupannya selama ini, bahkan dia menyebutkan tahun hingga jam nya. Itu memang terdengar merepotkan, namun didalam ingatan Cagatay yang ivy  lihat di masa dulu, dia memang mengatakan kejadian itu beserta waktunya. Berharap ayahnya pergi ke tahun itu, dan tidak mengubah apa yang terjadi nantinya. Seperti saat Ivy membakar baju sekolahnya di belakang rumah.   Serta saat ayahnya menyelamat negri Semidio, yang akhirnya merenggut nyawanya.

Sebenarnya ini terasa menyakitkan bagi Ivy. Entah karena dia menceritakan masa lalunya yang begitu menyakitkan, atau karena harapannya agar ayahnya pergi ke waktu yang dia sebutkan agar masa depan tidak berubah. Terdengar egois bukan ?

Meskipun Ivy berharap ayahnya pergi ke tahun yang dia bilang, tapi Ivy tidak memaksa pria itu untuk pergi. Pilihan jelas ada di tangannya.

"Ayah boleh tidak melakukannya. Ivy akan menerima semua keputusan mu, ayah." Ucap Ivy lemah, namun tatapannya terlihat penuh harapan.

Cagatay hanya diam cukup lama. Membuat suasana menjadi hening, lalu tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Cagatay pun segera beranjak dari tempat duduknya untuk melihat siapa yang datang. Sementara Ivy, mengikutinya di belakang.

"Tiap yang datang ?" Tanya Cagatay sambil membuka pintu.

Saat pintu terbuka, Cagatay melihat Murray berdiri di sana.

"Kau ! " Ucap Cagatay, tatapan Cagatay teralihkan saat dia mendengar suara bayi menangis.

"Siapa anak itu ?" Tanya Cagatay dengan nada kesal.

Ivy yang berada di belakang segera mengambil Aiden. Dia segera memenangkan anaknya, dan anak itu langsung tenang. Cagatay yang melihat hal itu merasa bingung.

"Sudah jelas, ini cucu-mu tahu. Apa kau tidak bisa melihatnya, kami sangat mirip ! " Ucap Murray ketus, lalu dia mendekati Ivy dan Aiden.

Aiden dan Murray memang sangat mirip. Mereka bagai pinang di belah dua. Mulai dari rambut, warna kulit, warna mata, bahkan wajahnya sangat mirip dengan Murray.

Cagatay yang mendengar jawaban itu merasa pusing. Dia merasa senang karena anaknya tumbuh menjadi wanita yang kuat, namun ada banyak hal yang membuatnya selalu syok tiap kali bertemu anaknya. Tapi dia senang saat melihatnya bahagia.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang