38 (Tambahan)

93 5 0
                                    

Beberapa hari kemudian.

"Kau lama sekali ! Apa kau tahu dia sudah menunggu kedatanganku lebih dari 20 tahun !" Ucap seorang pria tua sambil menatap Ivy penuh amarah.

Ivy menatap pria tua itu. Dia tidak lain adalah Adalgiso. Pria itu masih sama seperti terakhir kali Ivy melihatnya. Entah itu sifatnya, maupun fisiknya, dia tidak berubah sama sekali meskipun waktu berlalu.

"Dia melewatkan banyak hal karena kutukan mu !" Jelas Adalgiso.

Sosok yang Adalgiso maksut adalah Taki. Ya... Pria yang dulu Ivy segel kekuatannya. Pria itu kini bekerja sebagai pustakawan karena dipecat dari pekerjaannya. Kehidupannya juga menjadi sangat sulit, dan banyak orang yang menjauhinya. Semua itu hanya karena kemampuan sihirnya telah menghilang.

Beruntung sekarang dia memiliki Violet sebagai istrinya serta Adalgiso yang selalu mendukungnya. Tapi kini Taki tidak perlu menderita karena Ivy telah mencabut segarnya. Dia akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelahnya. 

Ivy melakukannya tanpa Taki sadari. Karena saat ini pria itu tengah tertidur karena kelelahan. Dan itu hal bagus, karena Ivy merasa tak enak menghadapi pria itu. Dia merasa bersalah.

"Aku minta maaf, aku ingin datang lebih cepat, tapi apa dayaku." Ucap Ivy.

Ivy merasa bersalah karena dia datang begitu lema. Tapi Ivy tidak memiliki pilihan, karena sihir waktu membawanya ke tahun yang berbeda dengan yang dia inginkan. 

"Ini juga sulit untuk kami, karena datang ke tahun ini saja kami butuh perjuangan." Lanjut Ivy.

"Ah... Sudahlah. Sebaiknya kau pergi !" Ucap Adalgiso dengan nada kesal.

Ivy yang mendengar hal itu hanya bisa mengangguk. Sekilas Ivy menatap Taki yang tertidur di atas sopa. Lalu dia keluar dari toko buku.

Saat Ivy keluar, Ivy melihat suami dan anaknya yang masih bayi. Dia tersenyum, lalu berjalan mendekati mereka.

"Apa sudah selesai urusannya ?" Tanya Murray yang langsung di balas anggukan oleh Ivy.

"Baiklah, ayo jalan." Ucap Murray.

Ivy dan Murray pun berjalan. Mereka berada di jalan utama di kota Semidio. Jalanan kota itu terlihat lebih samai dari sebelumnya, terlihat begitu moderen dan tapi. Terlihat jalan itu tidak banyak berubah, semua masih terlihat sama seperti dulu.

Murray mendesah kasar lalu berkata "Aku pikir kita bisa kembali beberapa tahun setelah kita menghilang dari asrama. Tapi ternyata, kita malah pergi ke 20 tahun di masa depan."

Ivy yang mendengar keluhan suaminya, menatap Murray dengan kening mengkerut sambil bertanya "Ham... Kau tak berniat untuk melakukan ritual penjelasan kan ?"

"Emangnya kenapa ?" Tanya Murray balik.

"Oh ayolah sayang, aku sudah lelah. Aku tidak mau lagi melakukan hal semacam itu. Lagipula Aiden masih terlalu kecil." Keluh Ivy.

Ya, Ivy memang merasa sangat lelah sekarang. Dia juga merasa bosan karena terus menjelajah waktu dan tidak dapat hidup dengan normal. Meskipun begitu, dia tidak membencinya karena selalu ada Murray di sampingnya.

"Iya, iya. Sesuai katamu sayang." Ucap Murray, lalu dia mengecup Ivy dengan lembut.

"Jangan terlalu dekat, nanti Aiden bangun." Tegus Ivy saat anaknya mulai menggeliat di gendongan Murray.

Mendengar hal itu, Murray hanya bisa mengendus kesal, lalu berkata "dengar nak, kau harus tumbuh dengan cepat agar ayah-mu ini bisa lebih dekat dengan ibumu !"

Ivy yang mendengarnya hanya bisa tersenyum masam. Pasalnya suaminya bertingkah seperti anak kecil.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Ivy sampai di rumah megah milik kakeknya, yaitu Alan Ulusoy. Kedatangan Ivy tidak semudah itu, beberapa orang menghalanginya masuk karena tidak percaya jika dia anak Cagatay. Beberapa penjaga bahkan bersikap kasar, dan ini memancing amarah Murray.

Murray yang terbawa emosi tanpa ragu menghajar mereka, hingga menghancurkan halaman rumah Alan Ulusoy. Saat Alan Ulusoy keluar dan menyaksikan amarah Murry, dia menjadi begitu marah. Namun saat Ivy memberitahu tahu identitasnya, dia hanya bisa terdiam. Alan Ulusoy nampaknya telah putus asa mencari keberadaan cucunya yang menghilang 20 tahun yang lalu. Keadaan semakin kacau saat beberapa orang terus datang padanya, mengaku sebagai cucunya.

Ivy yang tak ingin repot-repot menjelaskan tentang identitasnya meminta Alan Ulusoy menunjukkan ruang rahasia milik Cahaya. Hal itu karena ruang itu hanya bisa di buka dengan keturunan Cagatay yang sebenarnya, Ivy juga memiliki kuncinya. Kalung dengan liontin kunci bewarna hitam yang Cagatay berikan, itu adalah kunci dari ruangan rahasia itu.

Alan Ulusoy yang melihat kepercayaan diri Ivy merasa terkejut. Dia tidak memiliki pilihan selain mengizinkannya, karena hanya itu cara untuk membuktikannya. Tes DNA ? Itu jelas bisa di palsukan dengan sihir atau sejenisnya, seperti kasus Elsie Cotton palsu itu.

Saat Ivy sampai di tempat yang Alan Ulusoy maksut, Ivy melangkah dengan santai ke ruangan itu. Dan itu benar-benar tidak terjadi apa-apa. Ivy dapat mendekati ruangan itu dengan mudah, Ivy bahkan dapat masuk kedalamnya. Namun beberapa menit kemudian, saat Ivy keluar, ruangan itu mulai terbakar.

"Apa yang kamu lakukan !?" Tanya Alan saat melihat kebakaran itu.

"Apa kau tahu, karena buku-buku sihir terlarang itulah anakmu tidak pernah kembali dan diburu oleh banyak orang !" ucapan Ivy yang membuat membuat Alan terdiam tanpa kata. 

Ya, selain bertemu dengan sang kakak untuk pertama kalinya, tujuan Ivy kemari juga untuk membakar semua buku sihir terlarang yang sudah ayahnya kumpulkan. Tidak ! Itu hanya sandiwara yang Ivy buat, sebenarnya Ivy memindahkan semua buku serta benda keramat lainnya ke tas ruang yang dia miliki, lalu membakar ruang rahasia milik ayahnya. Ivy melakukannya agar semua orang yang terobsesi pada ruangan itu menyerah.

Ivy juga melakukannya agar buku itu tidak jatuh ke tangan yang salah. dia tidak mau bumi dalam bahaya karena mantra sihir kuno yang ayahnya simpan.

Setelah menyelesaikan urusan dengan Alan Ulusoy, Ivy dan Murry serta anak mereka hendak pergi ke rumah keluarga Murray. Saat Alan Ulusoy mendengarnya, dia ingin ikut dengan alasan ingin lebih dekat dengan keluarga maknanya.

Pada kenyatannya, Alan hanya tidak mau kehilangan Ivy lagi. Dimasa depan pria tua itu akan berada di dekat Ivy, kemanapun wanita itu pergi. Ivy maupun Murray sendiri tidak masalah, dengan hal itu.

Kini Alan hidup dengan tenang lantaran sudah menemukan cucunya yang selama ini dia cari, hal yang membuatnya lebih bahagia adalah, dia dapat bertemu dengan cicitnya.

***

Saat mereka tiba di kediaman keluarga McKellen, mereka begitu terkejut saat melihat kedatangan Murray. Bagi mereka Murray telah meninggal, karena Murray menghilang begitu lama. Namun saat mereka melihat rambut perak khas keluarga McKellen, mereka tidak hanya bisa meyakini jika pria itu benar-benar Murray. Anak dari keluarga McKellen.

Hal yang sangat mengagumkan adalah, Murray kini telah tumbuh menjadi pria yang sangat kuat. Dia juga menikahi gadis dari keluarga Ulusoy yang terkenal dengan reputasi baik. Semenjak hari itu, hubungan keluarga Ulusoy dan McKellen menjadi sangat dekat.

Kabar tentang ditemukannya cucu kandung keluarga Ulusoy menyebar begitu cepat seperti hembusan angin. Kabar ini juga langsung menggembirakan negri Semidio. Pasalnya Alan Ulusoy telah mencarinya hambur 40 tahun lebih, dan kini dia telah menikah dan punya anak.

Semua berakhir dengan bak, Ivy dan Murray dapat berdamai dan berbaikan dengan keluarga mereka. Mereka hidup dengan baik dan nyaman, tapi ini bukanlah akhir dari perjalan mereka karena masih banyak orang yang menginginkan sesuatu dari Ivy termasuk Churchill Babington. Penyihir tua itu bersama pengikutnya tidak akan menyerah dan tidak akan berhenti terobsesi untuk menguasai waktu.

"TAMAT"



SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang