Beberapa hari kemudian. Murray saat itu tengah sarapan, dia menikmati makanannya dengan lahap dan tenang seorang diri. Ivy tidak ada di sana, karena Ivy harus bekerja sejak dini hari.
Mengenai hubungannya dengan Ivy, Murray dan Ivy sudah membaik, meskipun Ivy belum membalas cintanya. Murray sendiri tidak mempermasalahkan itu meskipun hatinya terasa sakit, karena bagaimanapun Ivy dulunya memiliki kekasih. Jelas tidak mudah baginya untuk melupakan kekasihnya, gadis itu bahkan tega kembali ke masa lalu demi pria itu.
Beberapa menit kemudian, Murray telah selesai sarapan. Dia segera meletakkan piring kotornya ke tempat yang seharusnya, namun tatapan Murray teralihkan saat dia melihat jari manisnya. Disana ada cincin pernikahannya dengan Ivy. Cincin yang kini telah berkarat.
"Cincin." Gumam Murray, lalu dia memperhatikan cincin itu, dan mulai menyadari sesuatu.
"Waktu kami menikah, cincin pernikahan kami hanya kawat kecil. Kini cincin ini sudah berkarat, bahkan sudah terlihat sangat buruk. Tidak akan bagus menggunakan cincin berkarat. Aku harus bekerja lebih keras untuk membelikan dia cincin emas." Gumam Murray.
Ini membuat Murray bertekad untuk bekerja lebih keras untuk bisa membeli cincin untuk Ivy. Namun saat menyadari pekerjaan yang hanya butuh bangunan, jelas tidak akan bisa membeli sebuah cincin emas. Murray pun berpikir, pekerjaan apa yang cocok untuknya, namun menghasilkan banyak uang.
"Apa yang harus ku lakukan." Guamm Murray.
"Bagaimana kalau aku berburu. Aku mungkin bisa mendapatkan rusa dengan kemampuan sihirku. Aku mendengar para pemburu mendapatkan uang sangat banyak dengan menjual hasil buruannya. Kalau demikian, aku bisa membeli cincin. Aku juga bisa memenuhi kebutuhan rumah lainnya." Gumam Murray saat ide itu muncul.
Murray berjalan ke lemari kayu. Tempat dimana dia menyimpan barang-barangnya. Saat lemari itu terbuka, Murray melihat tongkat sihirnya disana. Murray mengambil tongkat itu, menggenggamnya sambil menatapnya dengan lekat.
***
Saat matahari mulai tenggelam. Ivy bergegas untuk pulang ke-rumah. Saat berjalan menuju rumahnya yang sederhana, Ivy menyempatkan diri untuk memunguti kayu bakar. Persediaan musim dingin.
Saat dia sampai dirumah, Ivy menyimpan kayu bakar itu di tempat yang telah disediakan. Setelahnya dia bergegas masuk ke-rumah untuk segera memasak. Ivy terlihat buru-buru saat itu, karena takut Murray pulang bekerja namun makanan belum selesai.
Murray sebenarnya tidak pernah marah jika Ivy tidak masak untuknya. Namun entah kenapa Ivy merasa, dia harus memasak untuk pria itu, jika dia tidak melakukannya Ivy merasa tidak tenang. Ia merasa bersalah. Setelah selesai memasak, Ivy menunggu pria itu di depan tungku perapian agar tubuhnya tetap hangat. Terlebih udara mulai sangat dingin sekarang serta matahari tenggelam lebih cepat, menandakan musim dingin semakin dekat.
"Kenapa dia belum pulang juga?" Gumam Ivy saat dia menyadari, jika Murray belum juga pulang padahal ini sudah lewat dari jam pulang Murray biasanya.
Ivy menatap ke arah pintu yang tertutup. Dari matanya, dia terlihat begitu berharap. Dia begitu memastikan pria itu segera pulang. Namun sudah 20 menit berlalu Ivy mengganggu, pria itu belum juga muncul.
2 jam kemudian, pintu rumah terbuka. Ivy segera mendekat ke arah pintu untuk memastikan siapa yang datang. Dan dia bernafas lega saat melihat Murray muncul dari sana.
"Kenapa kau pulang larut malam begini ? Apa mereka membuat mu lembut." Tanya Ivy saat Murray baru saja masuk.
"Tidak, aku mencari pekerjaan tambahan tadi." Jawab Murray bohong.
Pada kenyatannya dia sudah berhenti bekerja. Dia kini memilih berburu dengan memanfaatkan kekuatan sihir yang dia miliki, dia juga melakukan hal ini untuk mengasah kemampuan sihirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMIDIO
Historical FictionIVY DIRUNDUNG DI SEKOLAHNYA KARNA DITUDUH SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN JESSICA, MESKIPUN HAKIM SUDAH MENYATAKAN IVY TIDAK BERSALAH NAMUN SEMUA TEMANNYA MASIH MENGGANGGUNYA. HINGGA SUATU HARI, SEKELOMPOK PEMUDA YANG KERAP MENGGANGGU IVY MENGHILANG SECAR...