36(Tambahan)

44 3 0
                                    

Cagatay berjalan di tengah malam dengan cepat. Dia mendekati pintu kayu dihadapannya dengan cepat.

"Bak !" Pintu itu terbuka dengan keras.

Setelah pintu terbuka, sepasang anak manusia itu degan cepat menghentikan aktifitas mereka. Mereka terlihat sangat kaget, bercampur kesal.

Seorang gadis muda yang tadinya berada di atas tubuh sang pria, dengan cepat gadis muda itu berlindung di belakang tubuh pria muda itu. Menutupi sebagain besar tubuhnya. Sementara pemuda itu dengan cepat meraih serius untuk menutupi tubuh mereka.

Dengan mata melotot, nyaris akan keluar. Cagatay menatap sepasang anak manusia tanpa busana di atas ranjang. Sepasang anak manusia itu adalah Murray dan Ivy.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN DI TENGAH MALAM !" Teriak Cagatay penuh amarah.

"Anda tidak sopan tuan !" Gertak Murray.

"Kau, kau berani bilang aku tidak sopan ! Kalian yang tidak waras !" Balas Cagatay cepat sambil menunjuk kearah Murray dan Ivy.

"Kenapa... Kenapa kalian yang belum menikah melakukan hu..."

Belum sempat Cagatay menyelesaikan kalimatnya lagi, Murray dengan cepat memotongnya. Pria itu mengatakannya dengan santai, namun serius "Kami sudah menikah."

Kalimat itu membuat Cagatay terkejut, hingga dia tak mempercayai apa yang baru saja dia dengar.

"A, apah ?" Tanya Cagatay dengan gagap.

"Kami sudah menikah selama tiga tahun. Apa kami salah melakukan hal itu agar hubungan kami tetap hangat ?" Ucap Murray sambil menunjukkan cincin pernikahan mereka yang bisa di bilang sangatlah sederhana dengan penuh bangga.

"Kami suami istri." Tambah Murray lagi.

Murray terus mengatakan dengan jelas status hubungannya dengan Ivy, sementara Ivy hanya diam di belakang Murray. Dia malu saat ayahnya memergokinya sedang berbuat mesum... Ya... Dengan suaminya sendiri.

Sementara Cagatay yang mendengar hal itu semaki marah, wajahnya memerah seperti baru keluar dari kukusan. Hal itu karena ia baru saja di dikagetkan dengan pengakuan Ivy sebagai anaknya, dan kini dia harus mendengar fakta jika anaknya telah menikah. Terlebih usia mereka bisa di bilang masih sangat muda.

20-an, tanpa pekerjaan pasti, rumah sederhana di tengah hutan ? Apa mereka berharap hidup bahagia hanya dengan itu ? Jangan konyol ! Mungkin itu yang Cagatay pikirkan.

"AAAAA.... KURANG AJAR KAU !" Teriak Cagatay penuh amarah yang membuat Ivy dan Murray kaget.

Cagatay maju, hendak memukul Murray. Murray yang menyadari hal itu segera bangun dari tempat tidur, dia mendekati Cagatay. Bukan meladeni pria itu, namun mencoba menahannya. Murray dengan cepat mengunci pergerakan Cagatay, membuat pria itu tidak bisa berkutik.

Ivy yang melihat Murray seperti itu merasa kagum. Pasalnya selama ini Ivy pikir Murray tidak mampu berkelahi, ya... Meskipun dia agak hawatir dengan keadaan ayah kandungnya itu.

"Tenanglah tuan !" Ucap Murray lemah.

"Aku tidak merestuinya ! Bagaimana mungkin putriku yang masih muda belia menikah dengan anak ingusan sepertimu !" Ucap Cagatay tidak terima.

Ivy yang tak mau mereka terlibat lebih jauh berkata "Tuan, tenang lah. Ini keputusan kami untuk menikah di usia muda. Lagipula saya bukan anak di bawah umur lagi !"

Murray yang mendengarnya merasa sangat senang, tapi tidak untuk Cagatay. Dia merasa sangat kecewa pada Ivy, terlebih saat mendengar Ivy memanggilnya dengan "tuan." Itu tidak lah layak, karena mereka adalah anak dan ayah. Ini menyakiti perasaan Cagatay.

"Kau, kau bahkan masih memanggilku tuan ! Aku ini ayahmu !" Ucap Cagatay dengan raut sedih, ini membuat Ivy merasa tersebut di suatu tempat. Ia merasa bersalah.

"..."

Cagatay melepas kuncian Murray dengan sihirnya, dia begitu mudah saat melakukannya karena faktanya Murray bukanlah tandingannya. Cagatay menatap Murray dengan tatapan penuh amarah, pria yang mengaku sebagai suami dari anaknya itu bahkan masih belum berpakaian sama sekali. Ini membuatnya semakin jijik saat menatap pria itu. Tak ingin merasa sakit hati lebih dalam Cagatay pun-pergi, meninggalkan sepasang suami istri itu.

Setelah Cagatay pergi, Murray segera menutup pintunya. Lalu dia berkata "maaf, aku lupa mengunci pintunya.

Suara itu memecah keheningan, namun suasana masih terasa canggung. Daripada membalas ucapan Murray, Ivy malah terdiam. Dia memikirkan ucapan sang ayah tadi. Entah kenapa itu sangat mengganggunya.

Murray yang melihat istrinya nampak murung mendekatinya. Dia menghiburnya dengan kata-kata manis hingga Ivy tersenyum kembali. Dan itu mampu membuat Ivy kembali tersenyum.

***

Beberapa menit kemudian, Ivy keluar dari kamar. Kali ini dia sudah berpakaian dengan rapi agar bisa menemui ayahnya. Namun saat itu, Cagatay tidak ada di dalam rumah. Ivy pun segera keluar, berharap pria itu ada di sana. Dan benar saja, Cagatay ada di sana, sedang melamun.

Cagatay duduk di kursi panjang yang ada teras rumah. Ivy mendekatinya, dia duduk di sampingnya lalu berkata "Aku minta maaf. Aku tahu kalimatku membuat anda terluka.

Pria itu terdiam cukup lama. Tidak kunjung mendapat respon, Ivy hendak pergi. Namun baru saja Ivy akan berdiri, pria itu berkata "Memangnya, apa yang terjadi di masa depan hingga kau membenciku ?"

Mendengar hal itu, Ivy kembali duduk. Ivy mendesah lalu berkata "Ceritanya panjang. Dan aku belum siap untuk menceritakannya.

Mungkin suatu hari nanti. Hubungan Ivy dan ayahnya mulai membaik, perlahan tapi pasti Ivy mulai memaafkan apa yang terjadi di masa lalu.

***

Pada tahun 1323, Xia tiba-tiba datang menemui Ivy dan Murray. Kedatangan pria itu untuk minta tolong membuatkan ruang rahasia untuk tuannya yang bernama Cedric Rodriguez.

Saat Ivy mendengarnya, dia sangat terkejut, karena menurut sejarah orang yang membuat ruangan bawah tanah yang suatu hari akan menjadi negri tersembunyi adalah Cedric Rodriguez. Meskipun itu terdengar sangat luar biasa, Ivy dan Murray menolaknya. Alasannya karena mereka tidak yakin dengan kemampuan yang mereka miliki.

Tapi saat Cagatay malah menerima tawaran itu dengan penuh semangat. Dia juga memaksa Ivy dan Murray untuk menerima tawaran itu. Awalnya Ivy dan Murray bersikeras menolaknya, namun Cagatay adalah orang yang sangat memaksa. Dia juga merayu Ivy dan Murray dengan kata-kata motifasi yang membuat keduanya luluh.

Beberapa Minggu setelah kabar itu di terima, Ivy, Murray, Cagatay serta Xia sampai di kediaman Cedric Rodriguez. Seperti yang digambarkan oleh legenda, Cedric Rodriguez memiliki paras yang sangat taman tidak heran jika banyak wanita yang tergila-gila padanya. Terlepas dari parasnya, dia pria yang setia (khusunya setelah menikah) dan ayah yang adil serta bijak sana.

Ivy, Murray, dan Cagatay pun melakukan mulai melakukan pekerjan mereka. Hari demi hari mereka lalui dengan sangat sibuk, tapi karena hal ini mereka mulai menjadi sangat akrap. Pada saat itu juga Ivy dan Murray baru menyadari jika Cagatay begitu hebat. Membuatnya dalam menggunakan sihir serta pengetahuannya dalam mantra serta sejarah sihir bisa di bilang sangat luas tak berujung. Tidak mengherankan jika dia menjadi legenda sejak usia muda.

Setelah 2 Minggu pengerjaan, akhirnya ruang bawah tanah itu jadi. Sesuai yang terjadi di masa depan, mereka membuat ruang rahasia di bawah sumur dengan mantra sihir sebagai pelindungnya serta darah dari Cedric Rodriguez. Ini membuat ruangan itu tetap tersembunyi, aman dan nyaman.

Cedric Rodriguez yang melihat hasil pengerjaan Ivy, Murray, dan Cagatay merasa begitu puas. Dia merasa sangat senang. Untuk menghargai kerja keras Ivy, Murray, dan Cagatay, Cedric Rodriguez membuat 3 patung.

Saat Ivy, Murray, dan Cagatay melihat patung itu, mereka mulai menyadari jika mereka lah tiga tokoh misterius yang ada di dalam sejarah. Lukisan patung yang ada di sekolah sihir yang pernah mereka lihat selama ini, ternyata adalah patung mereka.

Tapi saat menyadari hanya ada 3 patung, membuat hati mereka bertanya, siapa orang keempat ? Namun saat mereka melihat tuan Cedric Rodriguez, Ivy meminta Cedric Rodriguez membuat satu patung dirinya lalu di sejajarkan dengan patung lainnya.



SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang