24-B-2

33 1 0
                                    

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan, setelahnya dia terdiam dalam lamunan panjang. Aku hanya bisa menatap gadis itu yang tengah melamun, itu juga membuatku sedikit bingung.

Saat rasa gelisah ya mulai menular padaku, aku-pun menyentuhnya sambil berkata  "Kenapa kau terdiam ? Apa ada masalah?"

Itu membuat gadis itu tersadar dari lamunannya, lalu berkata "a, aku, tidak ada. Tidak ada."

"Terus, dimana kedua orang tuamu. Kenapa kau berada di sini sendirian ? Apa kau tidak takut di culik ?" Tanya gadis itu mengalihkan pembicaraan.

"Mereka pergi karna ada urusan. Dan aku, tidak takut di culik, aku sangat kuat !" Ucap ku dengan mimik muka ber-sungguh-sungguh.

"Kau terlalu percaya diri." Ucap gadis itu meremehkan, namun dia tersenyum lembut setelah ku.

"Tidak, aku memang sangat kuat ! Aku sudah berada !"  Ucap ku yang terdengar ngotot.

Gadis pun sedikit menunduk untuk mengelus rambut ku. Pada saat itu, gadis itu bisa melihat dengan samar mata dari mataku. Aku pikir dia sedang memperhatikan wajahku. Mungkin gadis itu sudah merasakan ada hal aneh di sana.

"Aku minta maaf sebelumnya, mungkin pertanyaan kurang sopan, tapi... apa kau tidak bisa melihat sejak lahir ?" Tanya gadis itu yang membuatku sedikit terkejut.

"Tidak, aku bisa melihat." Ucapku dengan suara yang sedikit terbata-bata.

"Terus kenapa kau tidak bisa melihat sekarang ?"

"Saat usiaku 3 tahun. Ada orang yang melakukan hal ini denganku.
Aku pikir... mereka musuh dari ayahku. Karna mereka tudak bisa menyakiti ayahku karna salah kuat, jadi mereka malah menyakitiku." Suara ku menjadi lemah.

"Ah... Itu mengerikan." Gumam gadis itu yang masih bisa ku dengar.

Gadis itu pun kembali berdiri seperti semula, namun dia kembali melamun. Kali ini lebih lama. Dia juga tak mendengar panggilanku.

Aku pun menyentuh tangan gadis itu, karena gadis itu tak kunjung merespon ucapan-ku. Gadis itu menoleh ke ku untuk sesaat, ah... Aku tidak yakin karena dia tidak berbicara.

"sepertinya aku harus pergi." Ucap gadis itu tiba-tiba.

"Kau ingin kemana ?" Tanya ku dengan nada yang terdengar sedih.

Ya... Aku memang sedih karena dia harus pergi, pasalnya ini kali pertama aku menemukan seseorang yang tidak begitu peduli dengan mataku, ini bukan artian yang buruk. Namun dia tidak diskriminasi, lebih tepatnya dia tidak menyudutkan, menghina atau bersikap kasar padaku hanya karena mataku yang buta.

Sebenarnya kata diskriminasi bukanlah kata yang memiliki arti yang bagus, tapi di negri Semidio sendiri diskriminasi adalah hal yang biasa. Untuk mereka yang lahir dari golongan Semidio kecil, atau minoritas diskriminasi sering terjadi. Mereka yang terlahir dari orang tua dengan ras berbeda, terlahir lemah serta tak sempurna juga akan di kecilkan.

Gadis itu kembali berkata "Entahlah." Dia terdengar bingung.

"kau aneh, bagaimana bisa kau tidak tahu tujuanmu."  Ucapku.

"Siapa namamu." Tambah ku.

"Elsie Cotton, kau bisa panggil aku Ivy." Ucap gadis itu

Lalu gadis itu dengan lembut menyentuh wajah ku, membuat aku menutup mataku, dan gadis itu mulai membaca mantra, setelah selesai lalu berkata "Itupun kalau kita bertemu lagi."

Setelah itu gadis itu pergi, dia berlari meninggalkan ku. Aku bisa mendengar suara langkahnya yang menjauhiku. Saat aku kembali membuka mataku, entah bagaimana aku bisa melihat seorang gadis menggunakan baju seragam berlari membekalinya. Dia berlari dengan begitu cepat, meninggalkan taman itu. Aku tidak tahu siapa gadis itu, namun tanganku melayang di udara seorang ingin meraih gadis itu, namun aku tidak mendapatkan apapun.

Saat gadis itu telah menghilang dari pandanganku, aku mulai menyadari aku sudah kehilangan segalanya. Aku juga sadar, mungkin gadis itulah Elsie Cotton, gadis yang sudah menyembuhkan ku.


. Aku-pun bertekat untuk mencari atau menemukan Else cotton suatu hari nanti, untuk mengucapkan trimakasih karena dia sudah membuatku kembali melihat lagi. Namun aku tidak pernah menemukannya, hingga aku pertama kali masuk sekolah sihir. 

Ada seorang gadis muda yan memiliki nama yang sama dengan sosok gadis yang menyembuhkan ku. Gadis itu bernama Elsie cotton, hanya saja dia tak memiliki warna sihir yang sama dengan gadis yang aku temui dulu dan usia gadis itu sama denganku. Aku yakin jika Elsie Cotton yang ada di hadapanku itu, bukanlah elsie Cotton yang telah menyelamatkan-ku.

Terlepas dari itu semua, aku merasa senang bertemu dengannya, terlebih dia baik padaku. Aku bertekat untuk dekat dengannya, meskipun gadis itu kerap bersikap acuh tak acuh padaku. Itu sedikit membuatku sedih, namun aku mengabaikannya karena ingin dekat dengannya hingga gadis bernama Elsie Ulusoy muncul.

Gadis bernama Elsie Ulusoy itu memiliki warna sihir yang sama dengan gadis yang aku temui dulu, namun aku mencoba mengabaikannya karena nama mereka yang berbeda dan usia kami sama. Gadis yang ku temu dulu, seharunya sekarang berusia lebih tua dariku, ya... Setidaknya usia gadis itu 25 atau 27 tahun.

Elsie Ulusoy muncul bagai bintang di tengah malam. Dia begitu menawan dan misterius. Ada banyak orang yang meragukan kemampuannya serta curiga dengan identitas-nya. Hal itu karena Elsie Ulusoy masuk di pertengahan pelajaran, itu belum pernah terjadi sebelumnya. Dan orang tuanya tidak diketahui siapa, namun dia memakai nama keluarga Ulusoy, itu agak aneh karena nama itu milik keluarga bangsawan.

Saat orang-orang mengetahui jika Elsie Ulusoy adalah anak dari manusia biasa, para siswa mulai menatapnya aneh serta berbisik yang tidak-tidak tentangnya. Namun gadis itu mengabaikannya, dia tetap terlihat anggun serta mempesona setiap kali aku melihat ke arahnya.

Ya... Semenjak kehadiran Elsie Ulusoy di sekolah asrama sihir, aku sering memperhatikannya secara diam-diam. Dan saat dia menatapku, segera mengalihkan perhatianku ke arah yang lain. Karena aku agak malu jika dia sampai mengetahui aku memperhatikannya.

Terlepas dari identitas nya yang misterius. Elsie Ulusoy tetaplah gadis yang luar biasa. Ada banyak orang yang ingin dekat dengannya, termasuk aku. Tapi aku benar-benar tidak berani mendekatinya. Aku merasa tidak pantas, pasalnya dia begitu luar biasa. Gadis bernama Elsie Ulusoy itu memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia di atas rata-rata, bahkan sepupuku yang terkenal jenius tidak sebanding dengannya.

Aku pikir, aku Takan memiliki kesempatan untuk bicara dengannya. Namun suatu hari dia bicara padaku, berbicara tentang aku yang selalu menatap Elsie Cotton. Saat itu aku sangat marah, karena dia melihatku seperti pria yang menyedihkan. Aku benar-benar merasa tersinggung.

Waktu berlalu, hingga hari itu Elsie Ulusoy dan aku terdampar di tempat ini. Beberapa menit sebelumnya. Aku merasa pusing hendak berjalan di dekat asrama, berharap dapat membaik. Namun aku malah mendengar suara Elsie Cotton yang berbicara dengan seorang gadis. Aku yang merasa penasaran segera mendekat, dan aku melihat Elsie Cotton serta Elsie Ulusoy bertengkar.

Awalnya aku tak ingin ikut campur karena ini masalah antar wanita. Namun, aku melihat Elsie Cotton diserang oleh sihir aneh milik Elsie Ulusoy. Karena merasa ini keadaan darurat, aku segera mendekati Elsie Ulusoy, berpikir untuk melepas mantra sihir yang menyandra Elsie Cotton. Namun saat beberapa langkah lagi ia menyentuh Elsie Ulusoy, cahaya putih muncul. Aku yang berlari cukup kencang tak mampu berhenti, hingga aku terperangkap di dalam cahaya itu bersama Elsie Ulusoy.

Tapi hal yang lebih mengejutkan adalah, fakta jika Elsie Cotton bukanlah anak dari Cagatay Cotton Ulusoy. Melainkan, Ivy lah anak kandung dari Cagatay Cotton Ulusoy. Fakta jini juga membuatku agak pusing, ini agak rumit.

Aku kembali menatap jalan yang tadi Ivy lewati. Aku tak tahu kemana gadis itu pergi, dia berjalan terlalu cepat serta dalam emosi yang tak stabil. Aku ingin mengikutinya, karena aku takut disini sendirian, tapi... Aku tak berani. Aku takut gadis itu marah, terlebih jika Ivy marah, dia terlihat seperti singa.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang