6-B

82 2 0
                                    

Kelopak mata Ivy terbuka, ia perlahan bangun, lalu menatap orang-orang di sekelilingnya, salah satu dari mereka adalah Zafar. Mereka bertanya keadaannya, Ivy menjawab dengan lemah jika ia baik-baik saja. Seorang wanita tua menawarkan bantuan, untuk mengantarkannya ke rumah sakit, namun Ivy menolaknya dengan lembut. Orang-orang yang mendengar jawaban Ivy tak bisa memaksanya, setelahnya Ivy mengucapkan trimakasih karena mereka sudah membantunya. Setelahnya Ivy berusaha bangkit, lalu ia berjalan dengan lemah, meninggalkan sekumpulan orang-orang yang peduli padanya .

Ivy menyebrang jalan, untuk pergi ke halte bus, namun saat ia berada di sana, Ivy menatap toko kue milik Zafar. Ivy mengucapkan mantra yang nyaris seperti bisikan, lalu hanya dalam hitungan detik "BUUM !" Suara ledakan itu terdengar sangat kuat, bahkan membuat kaca jendela bergetar, lalu api mulai berkobar. Mulanya itu hanya kobaran kecil dari bagian dapur, namun api membesar dengan sangat cepat melahap bangunan itu. Pemadam otomatis yang terpasang di langit-langit ruangan, tidak mampu memadamkannya, membuat suasana semakin kacau.

Semua orang di dalam toko itu berhamburan keluar, membuat suasana menjadi sangat gaduh.  Semua orang menjadi panik termasuk Zafar yang baru saja sampai di tokonya. Pria itu mulai menangis, meratapi toko kue miliknya terbakar dengan hebat.

Ivy yang melihat hal itu hanya menatapnya dengan wajah datar, lalu saat mobil bus dengan no tujuannya tiba, Ivy segera masuk ke dalam. Mengabaikan apa yang baru saja terjadi.

***

"Nona Elsie."

"Nona Elsie ."

"Elsie !"

Ucap seseorang sambil memukul meja. Suara itu membangun Ivy dari lamunannya, ia segera menatap sosok yang baru saja memukul meja. Ternyata itu adalah tuan Imron, pria tampan keturunan Turki yang terkenal sangat suka kebersihan. Setelah itu Ivy menatap ke sekelilingnya, ia ternyata ada di dalam kelasnya. Tepatnya sedang mengikuti pelajaran tuan Imron.

Imron menatap Ivy dengan ekspresinya yang sekilas nampak datar. Namun jika di perhatikan, pria itu nampaknya sedikit kesal, hal itu karena Ivy melamun di jam pelajarannya.

"A, i, iya tuan Imron." Ucap Ivy terbata-bata, ia nampaknya masih agak kaget dengan apa yang terjadi.

"Kenapa kau melamun di jam pelajaran ku, ha !" Tanya Ivy sambil menatap Ivy dengan menyelidiki.

"Sepertinya dia sangat tidak menyukai pelajaran tuan." Saut Natali.

Kalimat yang Natali lontarkan itu membuat siswa lain di dalam kelas itu tertawa, kecuali Brayen. Pria tampan dengan rambut unik itu nampaknya terlihat tidak menyukai candaan Natali. Sama dengan Brayen, tuan Imron juga tidak menyukainya.

Tuan Imron menatap Natali dengan tajam, lalu ia berkata "Diam-lah nona Natali. Saya tidak sedang bicara dengan anda !"  itu membuat gadis muda itu terdiam dengan wajah pucat dan merah.

Tuan Imron kembali menatap Ivy, lalu berkata "Sekarang, aku minta kau menjelaskan materi yang baru saja terangkan."

"Baik tuan Imron." Ucap Ivy lemah, setelahnya Ivy mulai menjelaskan tentang materi yang baru saja tuan Imron jelaskan.

Sebenarnya Ivy tidak begitu mendengarkan penjelasan tuan Imron barusan, hal itu karena Ivy terlalu sibuk memikirkan masalah kemarin. Meskipun begitu, Ivy dapat menjelaskannya dengan baik. Dengan caranya sendiri, Ivy dapat melakukan dengan mudah, tapi tentu tak sebagai penjelasan tuan Imron sendiri.

"Oh, wau. Penjelasan yang bagus." Puji uan Imron saat Ivy selesai menjelaskan, Ivy sedikit tersenyum saat mendengar pujian itu.

"Tapi kau tetap harus memperhatikan saat aku menjelas kan materi pembelajaran, mengerti nona Elsie." Tambah tuan Imron tegas.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang