6-C

59 2 0
                                    

Setelah kepergian Brayen dan Natali, seorang dokter masuk kedalam ruangan itu. Dia adalah dokter yang bekerja di sekolah elit itu, dia juga menjadi guru kesehatan, tapi dia tidak bekerja setiap hari. Dia hanya pergi ke sekolah jika ada siswa yang sakit, karena dia memiliki pekerjaan lain di luar sekolah.

Dokter itu menanyakan keadaan Ivy, Ivy menjawab jika kondisinya sudah baik-baik saja. Lantas, dokter memberikan hasil diagnosanya sementara dan memberikan beberapa obat. Dokter itu mengatakan jika Ivy sangat kelelahan, dia juga kurang makan. Penyakitnya terdengar tidak berat, namun juga tak boleh di anggap remeh.

Setelah selesai, dokter itu pergi. Ivy juga harus pulang karena jam sekolah sudah selesai. Ivy segera pergi ke-kelasnya untuk mengambil barang-barangnya. Saat berjalan menuju kelas, jalan sudah sangat sepi, koridor, semua kelas, dan ruangan lainnya, semuanya kosong. Ivy pikir hanya ada dia di sekolah itu sekarang, namun saat Ivy sampai di kelasnya, ternyata ada Margaret dan Sementa di sana. Mereka menatap Ivy dengan sinis saat menyadari kedatangannya.

Ivy hanya menatap mereka sekilas, bergegas mengambil barangnya, dan berniat pergi tanpa membuat keributan. Tapi nampaknya itu hanya harapan Ivy, Sementara dan Margaret mendekati Ivy dengan wajah belagunya. Mereka nampak angkuh seakan berada di atas angin. Dalam hitungan detik, mereka sudah ada di belakang Ivy, namun ivy masih mengabaikan mereka seolah mereka tidak pernah ada. Namun tiba-tiba, Sementa menarik rambut Ivy kasar, membuat Ivy menjerit kesakitan.

"Dasar wanita murahan ! Berani sekali kau pura-pura sakit demi mencari perhatian kekasih orang lain !" Ucap Sementa lalu mendorong Ivy ke depan, membuatnya menabrak meja yang ada di belakangnya dan terjatuh.

Ivy meringis ke kesakitan. Dia mengelus bagian tulang belakangnya yang terasa sakit. Lalu menatap kedua gadis itu dengan kesal. Rasanya Ivy sangat ingin menghajar mereka.

"Aku tidak menggoda siapapun, aku memang sakit ! Dasar gila !" Ucap Ivy sambil meninggikan suaranya, itu membuat kedua gadis itu semakin marah.

"Kau, berani melawan !" Geram Margaret.

Margaret berjalan maju, mendekati Ivy, dia dengan kesal menendang dan menginjak paha dan perut Ivy tanpa belas kasih, sambil berkata "Rasakan ini, dasar jalang !"

"Aaau... !" Rintih Ivy.

Ivy yang sudah muak dengan perlakukan mereka, dengan cepat menggunakan mantra sihirnya, lalu tiba-tiba tubuh Margaret terpental beberapa meter. Tubuh Margaret jatuh dengan keras kelantai setelah menabrak meja, lalu dia pingsan.

Sementara yang melihat kejadian itu sangat terkejut dengan yang terjadi. Namun dia tidak berpikir itu aneh, dia berpikir Ivy sudah mendorong Margaret dengan sangat kuat. Meskipun sudah melihat betapa kuatnya Ivy, dia masih terlihat angkuh seperti sebelumnya, dia masih ingin menindas Ivy.

Masih dalam keadaan lemah, Ivy mencoba bangkit. Dia menatap Sementa lalu berkata "Apa masalah kalian, kenapa kalian terus menggangguku !?"

"Itu karena kau pantas mendapatkannya !" Ucap Sementa lantang penuh dengan kebencian.

"Kau yang menyebabkan kebakaran di laboratorium kan, kau juga yang membunuh Jessica serta berani menggoda Brayen." Lanjut Sementa.

Ivy tak habis pikir mendengar ucapan Sementa, pasalnya gadis di hadapannya begitu yakin dia lah pembunuhnya. Padahal Ivy sendiri adalah korban dari kebakaran itu. Itu membuat Ivy merasa sangat marah.

Tanpa Ivy sadari, asap hitam keluar dari tubuhnya. Matanya berubah menjadi hitam seperti langit malam, dan udara menjadi begitu dingin dan angin ber-tiput sangat kencang hingga membuat rambut Ivy melayang di udara. Sementa yang melihat hal itu menjadi sangat ketakutan, perlahan dia mundur, namun baru beberapa langkah tiba-tiba Sementa merasa tubuhnya terdiri kebelakang. Itu membuatnya terjatuh dengan sangat keras kebelakang.

"AAAH!"

"Sudah ku katakan, BUKAN AKU  ! " Teriak Ivy penuh amarah.

Suara Ivy menggema di ruangan itu, membuat suasana menjadi semakin mencekam. Ivy mendekati Sementa yang saat itu masih terbaring di tanah. Sementa merusak merangkak menjauh, namun Ivy berjalan lebih cepat. Saat Ivy berada di dekatnya, dia berbisik "Kalian ingin tahu siapa pelaku yang sebenarnya ? Baik, aku, Elsie Cotton, akan membongkar siapa  yang membunuh Jessica sebenarnya dan membalas perlakukan kalian lebih sadis dari yang kalian bayangkan ! Tunggu saja !"

Ucapan Ivy itu terdengar sebagai ancaman, membuat wajah Sementa menjadi sangat pucat. Dia gemetar ketakutan. Sementara Ivy, dia pergi setelah mengatakannya. Tapi secara misterius, semua barang Ivy yang tertinggal, juga menghilang.

***

Ivy berjalan menuju rumahnya seperti biasa. Karena dia sedang sakit, Ivy berjalan sangat lambat dan baru tiba saat hari mulai gelap. Langkah Ivy terhenti saat ia melihat kotak paket yang sama di depan rumahnya. Kotak yang berisi ancaman, dimana ada banyak barang serta kata-kata yang seolah merusak mental Ivy.

Ivy menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan kasar, seolah mengumpulkan kekuatan serta keberaniannya. Setelahnya Ivy berjalan mendekati rumahnya, setelah sampai ia segera mengambil kotak Paket lalu membuangnya ke tong sampah. Kali ini ia hanya membuangnya di tong sampah yang ada di depan rumahnya.

Setelah itu, Ivy masuk ke dalam rumah. Saat ia masuk, Ivy mencium bau alkohol yang sangat menyengat. Ivy langsung tahu siapa pelakunya, siapa lagi jika bukan ayah tirinya, tapi panggilan ayah tiri bahkan tidak pantas di sematkan oleh pria bejat itu.  Ivy kembali teringat saat-saat dimana pria itu melecehkannya, itu  membuat Ivy yang sedang marah semakin marah.

Ivy menatap ke arah depan dengan tajam, tangannya terkepal dengan kuat. Lalu Ivy melangkah maju, memasuki rumahnya lebih dalam untuk mencari  Rouni. Saat Ivy hampir sampai di kamar ibunya, ia mendengar suara tak wajar semakin jelas. Itu adalah suara cabul.

Langkah Ivy terhenti saat mendengar suara aneh itu. Ia merasa ragu untuk menemui pria cabul itu, namun saat ia menyadari keanehan dari pemilik suara cabul itu, ia menjadi marah, pasalnya wanita yang bersama Rouni bukanlah ibunya. Pria itu berselingkuh !

Dengan langkah cepat Ivy mendekati pintu itu, dia membuka pintu itu dengan kekuatan sihirnya, namun Ivy tidak sadar jika ia terlalu banyak menggunakan tenaga sehingga engsel pintu itu rusak.

Ivy begitu terkejut saat ia melihat apa yang Rouni serta wanita yang tidak ia kenali sedang bergulat di atas ranjang tanpa busana. Posisi mereka saat ini benar-benar tidak bagus, dimana Reoni sedang menindih tubuh wanita itu, bahkan (pisang) milik pria paruh baya itu masih menyangkut di (lubang bawah) milik wanita itu. Itu terlihat menjijikan, terlebih (pisang) milik Reoni sangat besar, berurat dan berbulu.

Ini membuat Ivy menjadi sangat marah, terlebih saat mengingat ibunya sedang hamil tua tapi pria itu malah selingkuh. Dan pria itu berselingkuh di rumah ibunya Ivy. Di kamar ibunya ! Pria itu hanya menumpang, tapi dia malah berselingkuh di sini. Bukankah dia tidak tahu diri. Ini membuat darah Ivy terasa mendidih.

"Apa, yang kau lakukan di sini ?" Geram Ivy.

Namun reaksi berbeda Rouni tunjukkan, dia malah tersenyum sambil berkata "apa kau mau bergabung ? Wanita ini tidak masalah jika kita main bertiga."

Seorang wanita, yang memiliki usia mungkin lebih muda dari Linda hanya tertawa. Dia terlihat tidak kebenaran dengan ucapan Rouni, itu membuat Ivy merasa gila.

Ivy di kuasai amarah menunjuk Reoni dengan jari telunjuknya. Dia menatap pria itu tajam, lalu mengucapkan mantra, tiba-tiba (pisang)  Reoni perlahan membengkak. Itu membuat sang wanita serta Reoni menjerit kesakitan, dan darah mulai keluar dari sana. Mereka hanya bisa berteriak kesakitan.

Setelah melakukan hal itu, Ivy dari kamar tanpa ada rasa bersalah. Dia mencari ibunya di rumah itu, namun ia tak menemukannya. Dia sedikit bersyukur karena ibunya tidak melihat bagaimana kelakuan suami tercintanya. Hal itu Karan Ivy takut ibunya syok lalu jatuh sakit karena melihatnya, terlebih dia sedang hamil tua.

Setelah memastikan ibunya tidak ada di rumah, Ivy memilih pergi keluar dari rumah itu. Setelah sampai di teras rumah, ia menatap tong sampah, dimana dia membuang paket penuh teror itu.

Tiba-tiba Ivy teringat kejadian di kelas waktu Margaret dan Sementa membuliy-nya. Saat itu Ivy dengan sengaja memegang tangan Sementa saat dia sedang menjambak rambutnya lalu membaca mantra sihir agar dia bisa melihat ingatan Margaret. Ia mendapatkan sedikit petunjuk dari sana.

SEMIDIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang