12.4

294 69 16
                                    

Dita masih sangat kesal pada Jin, sekarang meeting telah berakhir tapi Jin tidak mau melepaskan genggaman tangannya.

"Aku berikan waktu pada kalian. Jin 30 menit lagi kau harus sudah kembali ke mobil, paham?" Manajer Jin berbisik pada Jin. Jin menanggapinya dengan anggukan

"Nah~ ada yang ingin ku bicarakan selagi kita disini. Bagaimana kalau dengan segelas kopi~" Manajer Jin kini menggiring Manajer Dita keluar dari ruang meeting itu

"Tapi saya--" belum sempat menolak, manajer Dita sudah dirangkul dan dibawa pergi

"Aku harus pergi" Dita mengerucutkan bibirnya saat mengatakan itu

Jin mengedipkan matanya genit, "kalau begitu bawa aku pergi bersamamu~"

Dita menatapnya garang, membuat Jin tersenyum. "Ayolah~ kenapa masih kesal sih???"

"Oppa tidak tau apa yang ku lalui sendirian"

Jin menyentuh rambut Dita, "aku ada disini, kamu tidak sendirian"

Dita yang merasa masih tidak enak badan akhirnya meruntuhkan tembok amarahnya, ia memukul Jin sepelan mungkin. "Kenapa tidak mengabariku? Aku.. mengkhawatirkanmu" matanya masih tak bisa bohong kalau sangat kesal pada Jin.

Jin mencuri kesempatan untuk memeluk Dita dan menenggelamkan wajahnya di pundak Dita, "baiklah, baiklah.. aku yang salah, jadi maafkan aku ya~~"

Dita memeluk Jin dengan erat, "aku takut sekali, semalam.."

"Ada apa?" Jin kini kembali duduk tegak dan menatap lurus pada mata Dita setelah Dita melepaskan pelukannya

Dita mengingat lagi kejadian teror semalam membuatnya menangis tersedu, "aku menunggumu semalaman!" Jawabnya sedikit berteriak

Jin menghapus air mata Dita dari pipinya, tidak yakin apa yang membuat Dita sebenarnya menangis. "Ada apa kesayanganku?" Tanyanya dengan lembut

Dita akhirnya menceritakan apa yang terjadi semalam, tubuhnya bahkan bergetar karena darah dari 'paket' semalam masih begitu terasa jelas di jemarinya.

Jin mendengarkan dengan sabar, ia memeluk sambil menepuk-nepuk punggung Dita pelan. "Maaf aku tidak disana saat kau mengalami hal seperti itu" ucapnya pelan, hatinya jadi berat. Jin menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga Dita saat Dita membutuhkannya.

Dita menghapus air matanya saat sudah merasa sedikit lebih tenang, "jadi oppa tidur dimana semalam?" Tanyanya dengan tatapan tajam sambil melepaskan kembali pelukan itu

Jin merasa sepertinya Dita memikirkan yang tidak-tidak dalam kepalanya itu, "aku tidur di kamar" jawabnya jujur

Dita melirik padanya "kamar?"

Jin tampak bingung, jelas-jelas pasti tidur di kamar kan? "Kau ingin aku mengatakan apa?"

"Aku tanya, dimana?!" Dita jadi kembali merasa kesal, "nakal!" Teriaknya lagi

"Uh!" Jin memegang telinganya sendiri, dan tertawa pelan. Di matanya Dita tampak seperti seekor tupai yang sedang mengamuk. "Kenapa kamu menggemaskan sekali sih?" Tanyanya sambil mencubit pipi Dita

"Jawab aku!!"

Jin menyerah dengan keimutan ini, "aku akan tinggal di rumah keluarga besar mulai sekarang. Kenapa? Mau pindah kesana juga?" Goda Jin

Dita mengerjap beberapa kali, "bukan begitu, setidaknya oppa harus kabari aku!!"

"Kalau aku kabari, apa kau mau tinggal disana bersamaku?"

"Oppa!"

Jin tertawa, geli sendiri. "Oke aku akan berhenti, padahal aku sudah mencoba mengabarimu. Aku sudah menelepon mungkin sebanyak 40 kali? Atau mungkin lebih"

Jinstaurant✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang